sad

4.1K 164 31
                                    

"Kamu gapapa ran?" tanya fachry langsung memeluk rania erat. Ia khawatir vania akan melakukan hal yang tidak-tidak kepada rania.

"vania kakak aku." tiga kata itu langsung keluar begitu saja dari mulut rania. Fachry yang mendengarnya langsung melepaskan pelukannya pada rania.

"Kenapa gitu? kok bisa?" tanya fachry dengan sangat penasaran. Ia menatap rania dengan tatapan sendunya.

"Ceritanya panjang bro, mending lo bawa rania pulang. Gue bakal ngurusin acara disini sampai
kelar." ucap devano memotong pembicaraan mereka dan langsung di angguki oleh fachry.

Diperjalanan pulang, rania menceritakan semuanya kepada fachry. Tentu saja fachry terkejut mendengar hal itu. Sifat mereka berdua sangat berbeda. Hanya kecerdasan mereka yang sama. Tapi tetap saja, rania yang paling cerdas diantara mereka bertiga.


...

Sedangkan dilain tempat, vania masih meruntuki dirinya sendiri karena kelakuannya. Ia sangat egois selama ini. Membuat adiknya tersiksa, bahkan sampai saat ini rania tak pernah merasakan kasih sayang padahal ia tinggal disatu atap yang sama dengan orang tuanya.

Ia tak tahu arah kali ini, ia terus melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia terus berpikir, betapa jahatnya dirinya membuat adiknya tersiksa seperti itu. Andai sejak dulu ia menampakkan dirinya dikeluarga zaiza, semuanya pasti akan baik-baik saja.

Kringg kringg kringgg

Ponsel vania berdering, tertera nama fachry disana. Seketika tangannya bergetar. Ia tak tahu harus berkata apa, ia sangat yakin bahwa fachry sangat membencinya karena hal ini. Ya, itu pasti.

"Halo"

"Kak vania?"

Deg

Suara itu, suara yang ia dengar beberapa menit yang lalu. Suara adiknya yang terdengar ragu untuk mengucapkan kalimat itu. Vania diselimuti rasa bersalah kali ini. Entah apa yang harus ia lakukan.

"Kak vania baik-baik aja kan? Kakak denger aku gak?" tanya rania lagi-lagi membuat vania menahan tangisnya. Dibuat dari apa hati adiknya ini, masih tetap baik setelah apa yang ia perbuat.

"Aku cuma mau bilang, kakak kerumah ya besok ! Ditunggu sama kak vano. Aku tutup ya telfonnya, assalamualaikum."

'waalaikumsalam' balasnya dengan lirih.

Sebenarnya, dibuat dari apa hati rania? mengapa ia berbicara seolah-olah tak terjadi apa-apa tadi. Kenapa ia bisa berubah drastis seperti itu? -pikir vania.

Hari sudah mulai larut, vania memutuskan untuk pulang. Ia melihat rumahnya sudah sepi, mungkin saja kedua orang tuanya sudah tidur. Ia akan membicarakan masalah ini esok hari saja.





...






Pagi ini, vania akan pergi ke tempat penarikan uang. Ia dan timnya yang memenangkan lomba kemarin. Dan tentu saja, hadiahnya dibagi rata. Vania sama sekali tak berniat untuk bertemu rania. Hatinya memang menginginkan untuk kembali, tapi egonya masih sama. Ia akan fokus untuk mengobati kedua orang tuanya.

Vania menyiapkan sarapan lagi, kemudian ia memanggil kedua orang tuanya untuk ikut sarapan dengannya. Seketika rencananya untuk memberitahu kedua orang tuanya  ia sampingkan dulu. Sekarang, yang utama adalah kesembuhan mereka.

Ia menjalani hari-harinya seperti biasa, ke kantor dan mengurus beberapa berkas dan sesekali ia ditelfon oleh pihak rumah sakit tentang operasi kedua orang tuanya.

Dan, ia tak menyadari bahwa sedari tadi ada yang memerhatikan gerak geriknya dengan teliti.





...






"Kak vania gak dateng kayaknya" ucap rania sambil menyeruput tehnya.

"Mungkin dia emang belum terima sama semua ini." balas devano sambil menatap lurus kedepan.

"Setidaknya, kita udah nemuin dia. Urusan dia mau kembali kesini belakangan aja." ucap rania dengan senyuman getirnya.

"Semoga aja dia bisa berubah pikiran ran." ucap devano menatap rania dengan tatapan sendunya.

"Aamiin kak." balas rania.

'Kenapa harus seperti ini? selalu saja ada kenyataan-kenyataan yang membuatku harus menerimanya dengan terpaksa. Rania rindu sama papa mama. Walau kalian selalu ngelampiasin amarah kalian ke rania, tapi rania tetep sayang kok. Andai kalian ngerti perasaan rania, ternyata kakak rania adalah orang yang sama. Orang yang suka sama fachry, mau ngambil fachry dari hidup rania, iya fachry yang udah ngasih warna kehidup rania. Kenapa dunia harus sekejam ini sih? rania juga pengen bahagia. Sekali aja. Rania mau hidup normal kayak orang-orang diluar sana. Bukannya rania kurang bersyukur, tapi bukankah bahagia adalah hak setiap manusia? tapi mengapa? rania sama sekali gak mendapatkan hak itu. Rania harap, semoga suatu saat nanti rania bisa merasakan apa itu bahagia.' -Rania Syafirah Zaiza.

Cold couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang