Lamaran

964 60 5
                                    

Satu bulan telah berlalu..

Rania masih menetap di Indonesia. Ia sengaja menyerahkan semua pekerjaan kantornya kepada bawahannya. Hubungan mereka berjalan dengan sangat baik.

Mengingat janji Fachry untuk menemui ibunya di Amerika, Rania dan Fachry akan berangkat besok. Jujur saja , saat ini Fachry memiliki rencana untuk melamar Rania. Ia tak tahan jika harus berpisah lagi.

Sore ini, Rania sedang berkeliling kompleks. Ia berniat untuk sedikit berolahraga. Selama ia di Indonesia, ia tak menjaga pola makannya hingga berat badannya terus bertambah.

Rania tak menyadari bahwa sedari tadi Fachry memperhatikannya dari kejauhan. Rania masih sibuk melakukan pemanasan.

"Semoga kali ini kamu udah mau nikah sama aku Ran." Batin Fachry.

Fachry menghampiri Rania. Tampak Rania sedang kelelahan. Ia langsung memberikan sebotol air mineral kepada Rania.

"Loh? Fachry? Kok tau aku disini?" Tanya Rania penasaran. Sejak kapan Fachry ada disini?

"Tadinya aku mau kerumah kamu. Mau bantuin kamu packing buat besok sekalian ngajakin makan malam nanti. Tapi kamu gak ada, yaudah aku cariin keluar rumah." Jelas Fachry sambil menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Rania.

"Aku udah packing kok. Dan-mmm makan malam?" Tanya Rania bingung. Biasanya mereka hanya makan bersama dirumah. Menyantap masakan Fachry bersama merupakan moment yang paling disukai Rania.

"Sekali-kali makan diluar boleh lah." Jawab Fachry sambil merangkul pinggang Rania.

"Aneh kamu ri. Yaudah ayo kita balik."

"Ayo sayang."




...




Setelah mengantarkan Rania pulang dengan selamat. Fachry langsung bergegas untuk mereservasi restoran tempat ia akan melamar Rania. Fachry sangat bersemangat. Ia yakin, kali ini tak ada alasan bagi Rania untuk menolaknya.

Fachry kembali memilih restoran berbintang 4 yang bernama Amuz Gourmet. Tentu saja restoran favoritnya bersama Rania.

Ia mulai menghias meja makan mereka malam ini. Ia ingin terlihat berbeda dengan lamaran-lamaran lainnya. Sesuai dengan warna kesukaannya, ia menaburkan mawar putih diantara lilin-lilin yang tertata rapih.

Dan ya, ia telah menyiapkan cincin sejak lama. Dulu, saat ibunya meminta agar mereka menikah, Fachry segera membeli cincin yang sangat mewah untuk Rania. Walau saat itu Rania menolak untuk menikah, Fachry tetap menyimpannya. Ia yakin bahwa suatu saat nanti Rania akan berubah pikiran. Ia yakin, Rania tidak akan egois lagi.

Tak terasa jam telah menujukkan pukul 7 malam. Fachry telah bersiap dengan setelan jas putihnya. Ia sangat tampan malam ini.

Saat ini Fachry sedang menuju kerumah Rania. Wajahnya kini sangat berseri. Ia tak sabar ingin melamar wanitanya itu. 'Cinta pertamanya.'

Selang beberapa menit, kini ia sampai di kediaman Rania. Ia melihat Rania mengenakan dress putih selutut. Padahal mereka tidak sedang berjanjian. Rania sangat cantik.

"Hai sayang." Sapa Fachry sambil mengecup punggung tangan Rania dengan lembut.

"Hai Ri, kamu gantengnya kelewatan malam ini." Ucap Rania lalu menatap Fachry lekat.

"Kamu juga cantik banget malam ini Ran." Balas Fachry lalu mengusap pipi Rania pelan.

Fachry menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak lupa ia memutar lagu Forever by Gangga Kusuma.

Now where would I go
With all of the pain
Promise I will never find
Someone like you again
Someone like you again..

"Lagunya relate banget sama hubungan kita Ran." Ucap Fachry sambil menggenggam tangan Rania erat.

"Setuju Ri, kalau dipikir sih aku emang gak bakalan pernah, dan gak bakalan bisa nemuin orang yang bisa gantiin kamu. Kamu terlalu sempurna Ri." Jelas Rania sambil melemparkan senyuman manisnya kepada Fachry.

"Aku juga ngerasa gitu Ran. Makasih udah hadir di hidup aku. Makasih Ran." Ucap Fachry lalu mencium punggung tangan Rania berkali-kali.




...




Tak terasa kini mereka telah berada di restoran tempat Fachry reservasi tadi. Rania dan Fachry berjalan sambil menautkan kedua tangan mereka.

Rania terpukau dengan pemandangan didepannya. Sangat indah. Ia tak menyangka Fachry bisa se romantis ini.

"Duduk dulu sayang." Ajak Fachry dengan nada lembut lalu menarikkan kursi pelan untuk Rania

"Makasih Ri." Ucap Rania dengan wajahnya yang sedang merona. Ini pertama kalinya ia diperlakukan seperti ini.

Tak ingin berlama-lama, Fachry langsung bertekuk lutut dan mengeluarkan cincin dihadapan Rania. Rania benar-benar terkejut dengan perlakuan Fachry saat ini. Ia sama sekali tak menyangka Fachry akan melamarnya.

Terdengar di telinga Rania, lagu kesukaannya. Beautiful in white.

... So as long as I live I love you
Will have and hold you
You look so beautiful in white
And from now 'til my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
Tonight

"Rania, aku mau berterima kasih karena selama ini kamu selalu setia sama aku. Makasih karena kamu selalu ada di sisi aku. Makasih karena udah nunggu aku setahun lamanya. Kamu, cinta pertama aku, satu-satunya perempuan yang bisa luluhin dinginnya aku. Satu-satunya perempuan yang gak pernah nuntut apapun dari aku. Makasih Rania. Makasih atas semua perhatian yang udah kamu kasih ke aku selama ini. Aku bener-bener beruntung bisa milikin kamu Rania. Makasih karena udah lahir didunia ini. Makasih, makasih Rania." Ucap Fachry dengan sangat tulus. Tanpa Rania sadari, air matanya telah membasahi pipinya. Ia terharu dengan segala ucapan Fachry.

"Aku juga makasih Ri, makasih karena kamu udah balik ke hidup aku. Makasih karena selama ini kamu selalu jadi alasan aku bahagia. Aku sayang sama kamu Ri. Aku cinta sama kamu. Makasih karena udah jadi warna di hidup aku selama 3 tahun terakhir ini. Gak bakalan ada yang bisa gantiin kamu Ri." Balas Rania dengan isakan tangisnya. Fachry pun mengangguk mengiyakan pernyataan Rania.

"So, will you marry me Rania?"

Deg

Rania tidak tahu harus menjawab apa. Ia tak ingin mengecewakan Fachry. Tapi disisi lain, ia merasa bahwa belum saatnya untuk menikah.







Duh Rania ada-ada aja deh HAHA. By the way 2 part lagi ending guys. Tungguin ya!

Cold couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang