sad.

4.8K 169 3
                                    

"RUMAH SAKIT PELITA HATI"

Saat ini Rania,devano,Fachry, dan ketiga sahabatnya berada di rumah sakit untuk melihat keadaan ayah dan ibu Rania.

Mereka sedang menunggu keterangan dokter, karena dokter sedang berada di dalam kamar ayah dan ibu Rania.

Cklek

Dokter pun keluar dari kamar ayah dan ibu Rania.

"Dok, gimana keadaan papa mama saya?" Tanya devano dengan mata berkaca-kaca.

"Mohon maaf, tapi benturan dikepala mereka sangat keras sehingga kami tidak bisa menyelamatkannya"

Deg

Tangis Rania pecah seketika. Ia sangat hancur. Mengapa harus seperti ini? Meski ia tak dekat dengan kedua orang tuanya tapi ada tekanan batin yang membuatnya sesak ketika mendengar hal itu.

Sementara devano? Ia langsung terjatuh. Ia sudah tak bisa menopang dirinya lagi.

"Ran, sabar. Semua ada hikmahnya kok, percaya sama aku" ucap Fachry lalu memeluk Rania erat.

"Turut berduka cita ya kak vano" ucap Angel lalu mengelus punggung devano.


👼🏻👼🏻👼🏻

13:00

Disinilah rania,devano beserta kerabat dan teman-temannya. Isak tangis memenuhi seluruh pemakaman. Bagaimana tidak? Keluarga Rania adalah keluarga terpandang. Ada banyak sekali orang yang datang untuk ikut upacara pemakaman kedua orang tua Rania.

"Kenapa harus sekarang sih? Gue belum pernah ngerasain kasih sayang orang tua! Kenapa kalian pergi gitu aja? Apa kalian gak tau kalau aku ini butuh banget sama kasih sayang kalian?" Teriak Rania sambil menjambak rambutnya lalu menangis.

"Dek, Lo harus sabar. Gue tau gimana perasaan lo sekarang. Mungkin lo lebih hancur daripada gue, karena lo emang gak pernah ngerasain kasih sayang dari mereka" ucap devano sambil memeluk Rania erat.

"Lo emang enak kak! Lo dimanjain. Sementara gue? Gue ga pernah ngerasain itu. Kenapa mereka pergi secepat ini? Salah gue apa hah?" Balas Rania dengan nada sedikit tinggi.

"Ran, udah ah jangan gitu. Semua ini takdir, kamu gak usah nyalain takdir" ucap Fachry dengan senyuman khasnya. Raniapun terdiam, senyuman Fachry memang selalu bisa meluluhkan hati orang.

19:30

Malam ini, ada tausiyah dirumah Rania. Ada banyak sekali orang yang datang, ikut mendoakan kedua orang Rania.

"Kak vano, temen-temen mau datang kan?" Tanya Rania.

"Iya, udah gue telfon tadi. Oiya kakek mana ya? Kok gue gak ngeliat sama sekali" jawab devano.

"Se jam lagi kakek dateng dari Jepang. Lo kan tau kakek sibuknya kayak gimane, and ya pesawatnya baru nyampe" jelas Rania.

"Oh ya udah gue mau kedepan dulu ngeliat ustadz nya udah dateng apa belom"

"Yoaaa" jawab Rania.

Sebenarnya Rania masih sangat sedih dengan semua yang terjadi. Tapi apa boleh buat? Yang dikatakan Fachry memang benar, kita tak bisa melawan takdir.

"Assalamualaikum princess" Rania mengenal suara itu. Sepertinya berasal dari pintu kamar.

"What? Waalaikumussalam kakek!!!" Jawab Rania dengan excited lalu memeluk kakeknya dan melampiaskan seluruh kesedihannya.

"Cucu kakek pasti sabar, kakek tau kamu kuat" ucap kakek Rania.

"Iya kek, Rania udah berusaha kuat kok"

"Waktu itu vano sudah cerita tentang ayah dan ibumu. Tak usah menyalakan takdir, semua akan indah pada waktunya" ucap kakeknya menenangkan hati Rania.

"Iya kek" jawab Rania.


///



"Rania" ucap Fachry memanggil Rania yang sedang menyiapkan makanan untuk para tamu.

"Iya?" Jawabnya tanpa melirik sekalipun.

"Dah makan?" Tanya Fachry.

"Belum" jawab Rania lagi dengan singkat. Hadeh ada-ada saja pasangan dingin ini.

"Makan yuk" ajak Fachry lalu menarik tangan Rania.

"Ga laper" ucap Rania dengan menggelengkan kepalanya.

"Udah ah! Semenjak turun dari pesawat kamu ga pernah makan. Aku tau kamu laper tapi gamau bilang, jangan ngebantah!" Ucap Fachry dengan tegas dan raniapun langsung menuruti karena sedikit takut.

----

"Nih makan" ucap Fachry memberikan makanan kepada Rania.

"Pedas" jawab Rania.

"Ini aku beli sendiri, jadi ga mungkin pedas. soalnya aku tau kalau kamu ga suka." jelas Fachry lalu dijawab anggukan dengan Rania.

Cold couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang