Jangan pergi.

4.8K 178 24
                                    

"Rania, aku nginep ya?" tanya fachry pada rania yang ingin keluar dari mobilnya.

"Izin dulu sama kak vano." jawab rania menghentikan aktivitasnya.

"Udah kok, kemarin aku ijin." balas fachry dengan senyuman merekah.

"Yaudah, yuk masuk." ajak rania.



...


Ditempat lain, vania sedang berpikir keras. Bagaimana caranya ia memberi tahu kedua orang tua angkatnya tentang rania?

"Ayah, vania mau ngomong." ucap vania pada ayahnya yang sedang bersantai dengan menikmati secangkir tehnya.

"Mau ngomong apa nia?" tanya ayahnya dengan serius.

"Aku udah ketemu sama keluarga aku." ucap vania membuat mata ayahnya terbelalak mendengarnya.

"Iya, dan orang tua vania udah meninggal yah." lanjut vania dengan suara lirihnya.

"Yang bener nia? kamu yang sabar ya? Terus gimana keluarga kamu? Kamu ketemu sama siapa aja?" tanya ayahnya dengan tatapan sendunya. Ia sedih jika putri satu-satunya harus meninggalkannya.

"Aku udah ketemu kakak sama adik aku yah. Mereka baik. Ganteng dan cantik juga. Mereka pinter banget. Aku udah janji bakalan balik sama mereka. Ayah mau ya tinggal bareng vania nanti?" ucap vania memegang erat tangan ayahnya.

"Apa mereka bisa nerima ayah sama ibu nak?" tanya ayahnya dengan merendah.

"Pasti diterima kok yah! Mereka orang baik!" jawab vania dengan antusias. Sekarang ia sudah sangat lega. Itu artinya ia akan tinggal bersama keluarganya yang cukup utuh. Walau tidak dengan kedua orang tua kandungnya.

"Iya deh, ayah sama ibu bakal ikut sama kamu." ucap ayahnya sambil mengelus puncak kepala vania dengan lembut.

Jika sudah begini, vania lebih lega. Tak ada yang perlu ia pikirkan lagi. Sekarang, ia akan mengabari adiknya rania. Ia hanya mengirimkan pesan singkat namun ia yakin rania akan sangat bahagia membacanya.

"Nanti kakak bakalan balik kerumah. Siapin dua kamar buat kakak ya!"





...





Setelah membaca pesan vania tadi. Rania langsung menyuruh fachry membeli makanan dan cemilan lainnya. Ia juga langsung menelfon devano agar segera pulang kerumah. Rania sangat bahagia, ia bisa menuruti permintaan terakhir ayahnya. Ia bisa kembali bernafas lega karena salah satu masalahnya telah selesai.

Pukul 15.00
Vania dan kedua orang tua angkatnya menginjakkan kakinya dikediaman keluarga zaiza. Rumah yang sedari dulu hanya vania lihat dari kejauhan. Sekarang ia telah berada didalamnya dan menjadi bagian dari rumah ini. Rumah yang sangat megah, sangat luas.

"Welcome back vania." ucap devano dengan memeluk vania adiknya.

"Welcome back kak vania." ucap rania langsung memeluk kedua kakaknya erat.

"Jadi kamu sama rania bakal tinggal disini. Aku tinggal di apart aku. Selama ini rania tinggal sendirian disini. Walau kadang ada fachry yang nemenin." jelas devano pada vania.

"Hah? rania tinggal sendiri disini?" tanya vania dengan kaget.

"Iya kak, udah lama kali santai aja. Oh iya ini orang tua kakak ya? Apa kabar pak? bu?" tanya rania dengan sangat ramah.

"Oh jadi kamu yang waktu itu dateng kerumah ya?" tanya ibu vania.

"Iya bu, oh iya ri kamu anterin ayah sama ibunya kak vania ke kamarnya ya aku mau ke belakang dulu nyiapin makanan." ucap rania pada fachry dan langsung dianguki oleh fachry.

Ada sedikit rasa iri dihati vania. Rania hidup bersama fachry. Mereka sangat dekat. Sepertinya vania memang harus mengubur perasaannya. Ia akan berusaha ikhlas melihat fachry bahagia walau bukan dengannya.





...




Malam ini mereka semua berkumpul di balkon kamar rania yang sangat luas. Mereka berbicara dengan sedikit bercanda gurau. Devano yang membahas angel, vania yang membahas tentang pekerjaannya, dan rania yang selalu saja mengejek fachry karena hanya diam.

"Rania, lulus SMA lo mau kemana?" tanya vania sambil memakan snack yang fachry beli tadi.

"Gue bakal menetap di amerika kak. Saham di Indonesia lo yang urus karena kak vano punya saham sendiri. Dan gue bakalan ngurusin semua di amerika sendiri." jelas rania.

"Fachry? kalian ldr?" tanya vania membuat fachry langsung menoleh karena namanya disebut.

"Gue pamit." ucap fachry langsung meninggalkan mereka semua. Sedangkan rania, ia ingin mengejar fachry. tapi ditahan oleh devano.

"Biarin dia nenangin dirinya dulu ran." ucap devano menenangkan rania.

Selepas perbincangan tadi, rania masih memikirkan fachry. Belum ada kabar dari kekasihnya itu. Mengapa fachry terus menghindar?

Derrt derrt derrt

Ponsel rania bergetar, tertera nama fachry disana. Rania langsung mengambil ponselnya dan membaca pesan dari fachry.

"Besok kamu kerumah, mama aku dateng dari amerika."

Hanya beberapa kata tapi mampu membuat rania bergetar. Ia sama sekali tak mempunyai persiapan untuk bertemu dengan kedua orang tua fachry. Bagaimana ini?



...




Seperti yang fachry katakan semalam. Rania akan bertemu orang tua fachry. Entah apa yang akan dibicarakan. Sekarang fachry sudah siap. Ia sedang menunggu rania didepan rumahnya.

Diperjalanan, tak ada perbicangan apapun. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Hingga pada akhirnya mereka tiba di rumah fachry.

"Assalamualaikum." ucap mereka bersamaan dan muncullah seorang wanita paruh baya yang terlihat sangat cantik menurut rania.

"Waalaikumsalam, ayo masuk." ajak wanita paruh baya itu yang rania yakini adalah ibu fachry.

"Jadi kamu pacarnya fachry?" tanya ibu fachry dengan tersenyum pada rania.

"Iya tante." jawab rania dengan gugup.

"Kalian udah pacaran berapa lama?" tanya nya lagi membuat rania makin canggung. Ia lupa, sudah berapa lama ia dengan fachry?

"Setahun lebih ma." jawab fachry dengan singkat.

"Kamu adik kelasnya fachry ya?" tanya ibu fachry lagi.

"Iya tante, tahun ini lulus." jawab rania dengan tersenyum.

"Setelah kamu lulus, tante mau kalian berdua siapin pernikahan kalian." ucap ibu fachry dengan penegasan dikata pernikahan. Jadi ini alasan fachry menghindar? Ibunya meminta untuk segera menikah. Bisa gila rania, urusan di amerika belum selesai sudah ada masalah baru.

"Nanti rania pikirin lagi tante." jawab rania dengan sangat canggung.









"Seumur hidup, aku baru nemuin orang yang bisa ngasih warna buat hidup aku. Tapi kenapa? untuk kesekian kalinya ada yang ngancam hubungan aku sama fachry. Fachry, semoga kamu gak pernah mikir buat ninggalin aku ya?" -Rania Syafirah Zaiza

Cold couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang