Back to Indonesia

1.4K 101 35
                                    

Rania masih terus memikirkan wanita tadi. Ia sampai tak fokus bekerja. Ia yakin, ia pernah melihat wanita itu sebelumnya. Tak lama kemudian, Jessica datang dengan membawa beberapa berkas.

"Nona, saya sudah tahu siapa wanita yang anda maksud." Ucap jessica.

"Siapa dia?" Tanya rania.

"Dia adalah mananger keuangan di perusahaan kita. Ia baru kembali bekerja setelah setahun cuti karena berduka." Jelas jessica.

"Berduka?"

"Ya nona, anaknya meninggal setahun yang lalu." Jawab jessica.

"Jadi wanita itu adalah Rossa yang selama ini posisinya diambil alih oleh Mr.David? Dan apakah kamu tahu siapa nama anaknya?" Tanya rania dengan jantung yang berdegup kencang.

"Seingat saya, anaknya bernama Fachry devanendra. Ia pernah lulus beasiswa di LA namun memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Setelah kembali ke Indonesia, ada satu perusahaan yang menawarkannya untuk menjadi CEO karena pemilik perusahaan itu tidak memiliki pewaris. Namun, ia melihat Fachry sangatlah cerdas. Jadi ia berniat baik untuk mewariskan segala kekayaannya kepada Fachry. Dan waktu itu, ia meninggal karena kecelakaan saat ada perjalanan bisnis." Jawab jessica. Lalu rania tampak sangat shock. Ingatannya tentang fachry kembali lagi. Ia langsung terjatuh dan membuat Jessica kaget.

"Nona? Apa yang terjadi? Apakah ada yang sakit?" Tanya jessica dengan sangat cemas.

"Kamu bisa keluar sekarang. Tinggalkan saya sendiri dan batalkan semua janji hari ini." Ucap rania dengan tegas lalu segera diangguki oleh Jessica.

Jessica sangat khawatir dengan keadaan rania saat ini. Ia pikir, jika devano datang rania bisa membaik. Setidaknya ada yang menjaga rania. Ia pun menghubungi devano agar segera ke kantor.

Tak butuh waktu lama, devano telah sampai. Ia langsung menuju ke ruangan adiknya. Ia sangat khawatir setelah mendengar yang jessica katakan tadi. Ia tahu, pasti adiknya sangat shock.

Ia langsung memasuki ruangan rania dan mencari dimana keberadaan adiknya itu.

"Ran, lo gapapa?" Tanya devano sembari memeluk rania.

"Gue udah berusaha kuat selama setahun ini. Kenapa bayangan dia muncul lagi kak? Gue down lagi. Gue jadi inget, dulu sebelum dia pergi orang tuanya mau gue nikah sama dia secepatnya. Dan gue gak bisa ngabulin itu kak." Jawab rania dengan tangis yang mengiringinya.

"Gue paham ran. Tapi lo gak perlu sesalin hal yang udah berlalu. Semua orang punya masa lalu ran. Lo gak perlu lihat kebelakang lagi. Lo harus fokus natap kedepan. Ingat ran, lo punya masa depan. Lo gak boleh terus menerus nutupin diri lo kayak gini. Lo gak boleh terus menerus ngejauh dari kita semua. Kita semua selalu ada buat lo. Selalu siap dengerin cerita lo ran. Apalagi, lo punya kakak kek gue." Jelas devano lalu menghapus air mata di pipi rania.

"Makasih kak, makasih karena sampai sekarang lo selalu support gue. Gue bakal berusaha keluar dari masa lalu gue kak." Ucap rania lalu memeluk devano erat.




...



Hari ini rania pulang lebih awal. Tentunya ia bersama devano. Setelah sampai, rania langsung tidur. Devano hanya tersenyum melihat adiknya. Ia yakin, adiknya sangat bekerja keras selama ini. Ia harus bisa mengukir kembali senyum diwajah cantik adiknya.

Karena devano memang kakak yang baik, ia mengemasi semua barang-barang adiknya. Ia membawa banyak setelan baju untuk rania. Ia ingin rania berlama-lama di Indonesia. Padahal, jika rania ingin berlama-lama ia bisa membeli baju saat di Indonesia nanti. Jujur saja, kekayaan rania jauh berkali-kali lipat diatas kekayaan devano dan vania. Devano sampai bingung, bagaimana cara rania memakai uangnya yang tak berkurang sama sekali.

Devano melihat-lihat isi kamar rania. Disetiap ruangan dirumah ini, devano selalu menemukan foto fachry. Rania masih mencintai fachry, devano sangat yakin akan hal itu. Di kamar rania, ada beberapa barang pemberian fachry. Ia masih merawatnya dengan baik.

"Ri, lo bener-bener ngubah hidup adek gua." Batin devano.








Pagi ini, rania dan devano sudah berada di pesawat. Rania tampak baik-baik saja. Semoga akan selalu seperti ini, pikir devano.

Selama berjam-jam perjalanan, akhirnya rania dan devano tiba di Indonesia. Devano mengajak rania ke cafe dulu sebelum kerumah. Rania hanya meng-iyakan kemauan kakaknya. Ia malas jika nanti harus berdebat karena rania tak mau menurutinya.

Sesampainya mereka di cafe yang devano maksud, devano mengajak rania ke salah satu meja. Disana ada banyak orang. Rania bingung, apa maksud devano sebenarnya?

Yap, rania melihat sahabat-sahabatnya. Rania melihat tatapan mereka yang penuh kerinduan. Mereka langsung memeluk rania. Seketika air mata rania terjatuh begitu saja.

"Rann, kenapa lo harus ngejauhin kita juga sih" ucap acha sambil menangis sesegukan.

"Iya ran, kita semua kangen sama lo. Kita mau ngehubungin lo, tapi kita gapunya nomer hp lo. Bahkan sosmed lo udah dinonaktifin." Balas fany lalu memeluk rania erat.

Rania masih belum bisa berkata apa-apa. Ia sangat terharu. Sahabat-sahabatnya masih sama seperti dulu. Mereka masih orang yang sama. Jika fachry masih hidup, apakah dia juga tetap menjadi orang yang sama?

Setelah acara melepas rindu selesai, mereka berbincang-bincang ringan tentang kehidupan rania di amerika.

"Ran, disana lo tinggal sama siapa?" Tanya adel sambil menyeruput minumannya.

"Sama bodyguard gue." Jawab rania singkat.

"Bodyguard lo ada berapa emang? Cowo semua?" Tanya angel.

"Ada banyak. Ada cewek tapi dikit. Sekitar 10 orang." Jawab rania lagi-lagi dengan sangat dingin.

"10 lo bilang sedikit? Penasaran dah gua, rania orang sepenting apa sampai-sampai pakai keamanan yang sangat amat ketat." Ucap fany.

"Oh iya persiapan nikahan kak vano sama angel udah berapa persen nih?" Tanya rania.

"Udah siap 100% ran, tenang aja." Jawab devano dengan senyum khasnya.

"Ohh bagus deh kalau kayak gitu. Sekarang gua mau ziarah ke makamnya fachry. Udah lama gak kesana." Ucap rania membuat semuanya heran.

"Napa liatnya kek gitu? Santai aja kali." Lanjut rania lalu segera beranjak dari tempatnya.

Tak butuh waktu lama, raniapun sampai ditempat tujuannya. Tempat peristirahatan terakhir fachry.

Batu nisan yang setiap hari selalu ditaburi bunga. Rania memang menyuruh orang kepercayaannya disini untuk selalu membelikan bunga lalu ditaburkan di atas makam fachry.

"Hai ri, aku dateng nih. Maaf ya baru jengukin kamu lagi. Aku butuh nyali besar buat balik kesini ri. Kamu pasti ngerti itu. Kamu pasti baik-baik aja kan disana? Aku rindu banget sama kamu ri. Rindu kamu yang selalu ngurusin keperluan aku. Ngebantu aku, nguatin aku kalau aku lagi susah. Rindu banget. Emang bener ya ri, orang baik disayang Tuhan. Semoga aku bisa kuat tanpa kamu ri, semoga aku bisa tetep kuat disini tanpa kamu. Aku pergi dulu ya ri, love you dear." Ucap rania dengan air mata yang sedari tadi membasahi pipinya.

Dan dari kejauhan, ada seseorang yang memperhatikan rania dengan rasa rindu yang sama. Dengan air mata yang juga membasahi pipinya.

Cold couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang