Chapter 4

26 9 1
                                    

BAGIAN 4
(Tentang 4 mostwanted boy)

"Jadi, alasan kamu pindah itu apa, Je?" tanya Rara. Saat ini mereka sedang berkumpul di dalam kamar Jeje, setelah tadi mengikuti acara syukuran rumah.

"Kan tadi gue udah cerita, Ra," ucap Jeje yang sekarang memakai jilbab plisket pink.

Sisil yang sedang makan cemilan hanya menahan tawa.

"Lo kaya gak tau Rara aja sih je, dia mah harus di jelasin sejelas-jelasnya biar mudeng," ucap Sisil sambil mendekati Rara yang Tersenyum malu.

Sisil menawarkan kue cookies yang di balas gelengan oleh Rara.

Sedangkan Axcel sedang anteng mengelilingi kamar Jeje.
Sambil melihat-lihat koleksi novel milik Jeje yang sudah seperti perpustakaan pribadi.

"Novel Lo makin banyak aja," celetuk Axcel sambil mendudukan dirinya di dekat mereka.

Jeje memasang wajah sok gaya-nya.

"Yaiyalah, Jeje gituloh," ucap Jeje sambil mengibaskan jilbab.

"Si peleh," kekeh Sisil tidak bisa menahan tawanya.

Alhasil remahan cookies yang sedang di makan malah terjatuh ke kasur empuk Jeje.

"Heh, heh! Itu kalo makan yang bener ya, kaya yang beresin aja Lo," cibir Jeje membuat Sisil misuh-misuh dengan wajah menyebalkan.

"Lo juga gak beresin kali," ucap Sisil, dia sangat tahu dengan kebiasaan baik sang sahabat.

"Yang penting masih ada Bubu,"

Axcel yang mendengarnya hanya tersenyum tipis. "Lo gak bisa selalu mengandalkan orang lain, Je."

Jeje menatapnya takjub, Sisil melongo, sedangkan Rara hanya menggaruk kepala yang tak gatal.

"Kenapa Lo bisa sebijak ini cel?" tanya Jeje.

"Fiks, nama Lo ganti aja jadi Axcel teguh," ucap Sisil menjentikkan jari.

Axcel menghela nafas panjang.
Niat hati ingin menasihati malah di beri respon begini.

"Ih Sisil, kamu gak boleh sembarang ganti nama orang, kan kasian orang tua axcel yang udah Aqiqahin dia," celetuk Rara.

Sisil Tersenyum, lalu merangkul bahunya gemas."tuh, dengerin kalo Bu hajat lagi ceramah."

"Bu haji, Sisil," rengek Rara.

Axcel dan jeje menggeleng sambil terkekeh.

"Kalian jadi nginep di sini, kan?" tanya Jeje menatap 3 sahabatnya bergantian.

Mereka mengangguk, sedangkan Axcel sedang diam melamun. "kenapa Lo diem aja? Gak izin dulu, ya?" tanya Jeje yang menyadari perubahan wajah Axcel.

Axcel menghela nafas pelan, dia menatap buku yang tadi di ambilnya, lalu mengusapnya perlahan. "izin atau nggak..emangnya penting buat mereka?"

Mereka bungkam, bahkan Sisil dan Rara yang sedang saling bercanda pun diam.

Jeje Berdehem panjang, lalu mengelus bahu sang sahabat tidak santai.
"Tenang saja cel, Jeje yang cantik ini akan selalu menjadikan kamu prioritas," ucap Jeje dengan wajah hiperbola.

"Apa banget sih, lo," kekeh Sisil melempar Jeje dengan bantal berbentuk buaya.

Jeje menatap Sisil tajam, yang mana tidak membuat takut, tapi malah membuat Sisil ingin menampar wajahnya.

Sisil nih, tidak ada takut-takutnya dengan muka seram Jeje.

Sedangkan Axcel? entahlah.
Nyatanya dia selalu merasa terhibur dengan kebodohan mereka.

Girls In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang