Chapter 7

19 8 0
                                    


BAGIAN 7
(Tentang Rasa)

Jeje memandangi ponselnya dengan wajah sumringah dan degup jantung tidak normal.

Dia baru saja mendapatkan foto seseorang dari Sisil yang notabenenya si Admin lambe turah.

"Pantengin terus tuh hp! Jangan kasih kendor!" celetuk seseorang dengan nada tinggi dan menyebalkan.

Jeje acuh saja, dia malah semakin menatap ponsel itu dengan senyum lebar yang membuat siapapun ngeri.

Serius, Jeje cantik. Tapi kalo senyum jatuhnya aneh. Apalagi wajahnya terbiasa dengan raut galak begitu.

"Sil," panggil Jeje pelan.
Hal itu membuat Sisil yang sedang mengupas mangga menoleh.

Jeje memang sedang main ke rumah Sisil, lebih tepatnya ke kamarnya.
Alasannya klasik, yaitu gabut di rumah. Apalagi ini malam Minggu jadi lebih baik jika menginap atau pulang malam saja, toh rumah mereka sangat dekat.

Jika Rara, sih. Tidak di bolehkan.
Sementara Axcel?
Entahlah gadis itu sedikit lebih tertutup dari biasanya sejak kemarin.

"Hmm?" gumamnya tidak jelas karena sedang mengunyah buah berperisa manis itu.

Jeje yang semula tiduran di kasur Sisil, mendadak bangkit dan duduk menghadap gadis itu dengan bantal di pangkuannya.

"Menurut Lo ... Gue cocok gak sama kak Zion?" tanya Jeje membuat Sisil menghentikan aktivitas mengunyah nya.

"Lo suka sama dia?" tanya Sisil sedikit serius, dia Tidak percaya saja jika Jeje secepat itu menyukai Zion.

"Ya ... Gitu." Sisil mencibir karena Jeje tidak berterus terang.

"Yakin Lo suka sama dia?"tanya Sisil memastikan.

Jeje menatapnya dengan kening mengerut dan mata menyipit.

"Kenapa? Emang gue gak boleh suka sama dia?"

Sisil melongo Sebentar, kemudian kekehan kecilnya terdengar.
"Kenapa Lo jadi gak pede gini?"

Sisil sangat tahu jika Jeje itu orang yang paling pede bahkan jika sedang salah sekalipun.

Tapi rupanya akan berbeda jika urusan suka atau cinta, karena jujur saja kita menjadi sedikit lemah karena berbagai perbedaan dan ekspetasi.

Jeje sendiri melipat bibirnya dan mengedikan bahu, dia bukan tidak pede hanya saja sadar jika Zion sulit di gapai.

"Kalo Lo suka. Ya perjuangin, lah! Gak boleh nyerah, nanti keburu di ambil orang, baru tau. Sakit coy!" ucap Sisil menggebu-gebu.

Membuat Jeje menaikan dua alisnya,
Karena jujur menaikan satu alis itu susah menurut dia.

"Emangnya Lo juga berjuang buat kakak OSIS itu?" tanya Jeje dengan tangan bersidekap, sengaja menggoda Sisil.

Wajah Sisil yang semula penuh semangat 45 mendadak surut, tapi tidak di pungkiri jika pipinya memerah.

"Y-ya belum sih, tapi kan seenggaknya kemarin gue udah dapat kemajuan," ucap Sisil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Jeje berdecak kecil "Sil, yang kemarin tuh bukan kemajuan! Tapi Lo nya aja yang baru mau nampakin diri."

Sisil jadi merenung, memang sih selama ini dia tidak berani dekat atau pdkt kepada leon. Bukan karena tidak pede, tapi dia takut jika nanti malah di tolak.

Pikirnya tidak apa jika mencintai dalam diam, yang terpenting dia tidak perlu menanggung sakit hati jika crush nya tidak suka padanya atau yang lebih buruk malah menyukai gadis lain.

Girls In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang