Chapter 3

32 8 2
                                    

Kata nya tidak ada pertemuan yang kebetulan

_Anonym_

BAGIAN 3
(Pertemuan pertama)

"Baiklah anak-anak, materi pelajaran cukup sampai di sini. Bagi yang masih harus remedial, akan bapak tunggu di kantor," tutup pak Setyo sambil merapihkan barang bawaan nya.

"Baik, pak!"

Guru muda itu lalu melirik pada gadis yang sedang berdiri dengan satu kaki di angkat.

"Kamu, silahkan duduk! Lain kali jaga sikap, jangan berperilaku seenak nya di depan guru, terutama saya," tutur pak Setyo sambil menghela nafas.

Dia masih Muda, tapi sudah kena tekanan mental oleh para muridnya sendiri.

"Iya, pak," jawab gadis itu dengan wajah tidak semangat.


Pak Setyo mengangguk, lalu keluar dari kelas setelah sebelum nya kembali berbicara pada gadis itu.

"Jangan lupa bawakan barang-barang saya, ini sebagai bentuk rasa peduli saya terhadap akhlak kamu," ucap pak Setyo.

Si gadis menatapnya cengo, dalam hati mencibir. Hei, Siapa yang tidak ada akhlak?

"Ganteng sih, tapi kalo begitu siapa coba yang mau? Baperan," gumam Jeje saat pak Setyo sudah keluar dari kelas, ciri murid tidak berakhlak, tapi dia malah tidak menyadarinya.

Jeje meregangkan tangannya yang terasa pegal, lalu berjalan loyo ke bangku milik Rara yang kebetulan kosong.

"Itu tempat si Tasya," tegur Axcel, Jeje mengedikan bahu acuh.

dia mendudukan diri nya dengan kepala menelungkup di meja. "baru sehari berangkat, gue udah kena sial aja," ucap Jeje dengan pelan dan lemas.

"Makanya kalo apa-apa tuh di fikir dulu, kebiasaan sih, Lo!" celetuk Sisil yang baru datang dengan Rara.

Jeje mencebikan bibir kesal.

Mereka tadinya pamit ke kamar mandi, tapi malah nyelonong ke kantin, membeli minum untuk menyegarkan dahaga setelah berkutat dengan rumus tidak berujung.

Gaya nya padahal mereka mencontek. Minus Rara dan Axcel.

"Bagi sini," ucap Jeje mengambil minuman tanpa permisi, mereka memaklumi. Kasihan juga dengan keadaan Jeje.

"Gue boleh mintol gak?" tanya Jeje setelah menghabiskan minum nya. Dia menatap para sahabat nya dengan puppy eyes yang terlihat seperti orang susah.

"Apa Jeje?" tanya Rara sambil mengusap bahu Jeje lembut.

"Tolong bawain barang-barang pak Setyo ke kantor, ya? Gue lagi gak bertenaga," lesu Jeje sambil berbinar-binar, menampilkan wajah imut yang sayang nya membuat mereka jijik.

"Gausah begitu Je, geli gue," jujur Axcel.

Jeje makin lesu, dia memegang tangan Rara dengan raut memohon, tapi Rara malah menatap Axcel yang menggeleng tidak setuju.

Biarlah Jeje belajar dari kesalahan,
Bukan karena Axcel dan yang lain pelit. Tapi karena peduli.

"Nanti Rara anter aja, ya? Kan itu jadi tanggung Jawab Jeje biar gak lalai," bujuk Rara, si polos ini memang sangat baik.

"Tau, udah mana pindah gak bilang-bilang," ucap Sisil memanyunkan bibir.

Jeje menatap Sisil dengan raut menyebalkan. "jadi Lo gak tau, Sil?"

Girls In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang