Chapter 47

15 6 0
                                    

BAGIAN 47

(Minta maaf)

"Rara kenapa?"

Seorang gadis yang sedang memakan roti itu mendongak, menemukan sang ayah yang sedang menatap nya khawatir.

Gadis itu menggeleng dengan senyum tipis.

"Gapapa Ayah."

Lelaki dewasa itu menaikan dua Alis nya, bingung dengan anak muda jaman sekarang. Padahal, Sudah terlihat dengan jelas Jika Rara sedang ada masalah, terlihat dari wajah nya yang lesu dan sembab. Meski sudah di tutupi sedikit bedak, tapi Ayah Rara sangat paham Dengan perubahan sikap sang putri.

Dia menghela nafas sejenak, menaruh koran pagi nya lalu berdehem kecil, berusaha menarik perhatian Rara yang sekarang sedang menatap kosong ke sarapan pagi nya.

"Rara tahu, kan? Ayah gak suka kebohongan."

Mendengar itu membuat Rara menatap Ayah nya, dia merasakan tatapan tajam dari sang Abdi negara itu.

Rara meneguk ludah pelan, tidak tahu harus bagaimana. Suara nya juga sedang tidak mendukung. Semalam, dia menangis. Rara bukan gadis bodoh yang tidak tahu apa arti taruhan. Gadis itu tidak menyangka jika ketulusan nya di permainkan.

Rara marah? Tidak. Dia tidak marah, hanya kecewa yang teramat pada Bintang.

Jika akan seperti ini jadinya, lebih baik jika dia terus memendam Rasa pada Bintang. Bersikap biasa saja walau setiap hari melihat cowok itu bersama cewek lain. Setidaknya itu lebih baik jika hanya sebuah kepura-puraan yang di dapat nya.

Yah, Rasanya memang sakit, tapi lebih sakit jika kepercayaan kita tidak di anggap serius. lebih sakit jika apa yang kita rasakan, kebahagiaan yang kita dapat dari dia hanya sebuah sandiwara agar permainan nya berhasil.

Maka dari itu, mata Rara kembali berembun, hati nya sakit. Walau dia sudah terbiasa terlihat kuat,  bagaimanapun ini sangat menikam Hati nya.

"Hei, anak ayah kenapa? Kok malah nangis?"

Karena terus terdiam sambil mengenang hal manis Mereka yang sayang nya hanya sebuah Rencana, Rara tidak sadar jika setetes air mata mengalir dari mata nya.

Karena tangis nya terlanjur keluar dan dengan usapan lembut di kepala itu, Rara Makin menangis, dia terisak kecil.

Si lelaki dewasa memeluk Putri nya yang menangis bak anak kecil itu. Dia mengusap punggung Rara dengan lembut.

"Ayah senang kalo Rara mau terbuka."

Lagi, tangis Rara makin deras.

"Gapapa nak, keluarkan Saja. Itu lebih baik Daripada Rara menangis sendiri."

Rara memeluk erat Ayah nya, menyembunyikan Wajah, mencari perlindungan di dada Bidang sang ayah. Tidak ada pelukan paling nyaman Selain dengan Ayah kandung nya sendiri.

Kadang kala, tidak selalu semua nya harus di pendam sendiri. Apapun masalah nya. Kita butuh setidaknya satu orang yang bisa membuat kita bangkit dari kesedihan.

Menangisi suatu hal bukanlah hal yang bagus. tapi, dengan terus memendamnya juga hanya akan membuat sesak di dada.

Setelah beberapa menit, Rara menghentikan tangisnya. Dia melepaskan pelukan nya.

Si lelaki Dewasa itu tersenyum kecil, Rara jarang menangis. Dan sekali nya menangis pasti akan meledak begitu saja.

Entah karena merindukan Mami nya, masalah di sekolah atau apapun. Dia tahu jika Rara sudah tidak bisa menangani nya sendiri.

Girls In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang