Chapter 2

43 9 4
                                    

BAGIAN 2
(Jeje alias Zella Anastasya Miller)

Suasana kelas terbilang cukup kondusif, karena penghuninya sedang serius. Ah, tidak. Lebih tepatnya berpura-pura serius belajar ulangan fisika.

Mereka memang memasang wajah biasa saja, tapi dalam hati sudah mengabsen nama binatang untuk si kalem axcel--yang belum juga kembali dari tugas negaranya.

Mem-fotokopi contekan.

Sementara Sisil sedang menyembunyikan wajah kantuk nya di balik buku paket tebal.
Tadi malam dia tidak bisa tidur karena kegiatan sucinya, men-scroll beranda lambe turah.

Memang tidak setiap hari, tapi tadi malam dia tidak bisa tidur. Jadi saja dia menunggu esok sambil mencari gosip terhangat.

Sisil mengerjap, lalu memelototkan matanya agar rasa kantuknya hilang.
Dia sangat tidak bisa jika suasana hening begini.

Biasanya akan ada orang yang bisa di ajaknya mengobrol meski hanya manggut-manggut tanpa membalas.

Dia Axcel, si kalem dari kelas 11 IPA 4.
Yang sekarang sedang menjalankan tugas penting.

"Ra!" ucap Sisil pelan sambil memencet punggung gadis di depan nya menggunakan pensil.

Gadis berkuncir satu itu menoleh pada Sisil yang tadi memanggil namanya. "kenapa sil?" tanya Rara tanpa menjaga volume suaranya, dan hal itu membuat pak Setyo alias guru killer fisika melirik nya sekilas.

Sisil Tersenyum canggung, lalu menunjuki buku paket dan Rara bergantian, seakan berbicara, 'saya sedang bertanya pada Rara, Pak.'

Pak Setyo mengangguk, lalu kembali fokus pada aktivitas nya yang sedang menatap laptop.

Sisil menghela nafas lega, dia menatap Rara dengan mata menyipit kesal.

"Gausah berisik dong!" ucap Sisil pelan membuat Rara mengerjap polos.

"Kenapa?" tanya Rara lebih pelan, sambil berpura-pura menyender pada bangku dan membuka buku, hal itu di lakukan agar pak Setyo tidak mencurigai mereka.

Sementara Sisil lebih memepetkan tubuh ke meja dekat bangku Rara.

"Gue gabut," cebik Sisil sambil meniupi poni tipisnya menggunakan bibir, sok imut.

"Belajar dong Sisil," ucap Rara lembut.

Sisil menggeleng tidak minat,
Jika Rara yang belajar, sih. Masih mending, maksudnya dia tidak goblok-goblok amat dalam pelajaran.

Lain dengan Sisil yang belajar 15 menit saja sudah mengantuk berat, padahal dia bisa saja, tuh. Menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menatap ponsel.

"Gak mau!"

Mendengar itu, Rara hanya menghela nafas. "nanti Rara kasih Susu kotak, deh," tawar Rara.

Sisil jadi berbinar. "beneran nih, Ra?" tanya Sisil memastikan membuat Rara mengangguk sambil tersenyum.

"Asal jangan gabut lagi, ya?" Sisil Tersenyum lebar sambil membuat ekspresi manis.

"Unch-unch, sayang Rara se-bumi!" bisik Sisil senang plus sedikit terharu, lebay memang, padahal kan hanya susu kotak.

"Sayang Sisil juga sebumi," celetuk Rara sambil tersenyum lucu.

Sisil terkikik Sambil menutup mulut.
Lalu dia berdehem saat matanya bersitatap dengan pak Setyo yang menunjukkan tatapan laser nya.

"Untung ganteng," gumam Sisil mengelus dada menahan ngeri,
pak Setyo memang tampan tapi sayang terkenal galak dan suka memberi ulangan dadakan.

Girls In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang