Chapter 58

9 5 0
                                    

BAGIAN 58
(Arti persahabatan)

"Makan dulu, yuk!" ajak Bintang pada seluruh manusia yang ada di ruangan.

"Lo aja, Bin yang beli," ucap Zico mewakili yang lain.

Mereka saat ini sedang duduk di atas tikar yang di sediakan di sana. Ruangan yang di tempati Jeje adalah VVIP, Ibu Jeje menitipkan anak nya pada suster dan para sahabat Jeje. Jika Ayah Jeje, dia sedang ada kerjaan di luar kota.

Jeje adalah seorang gadis mandiri, dari dulu.

"Kok gue? Yang mau makan siapa?"

"Tinggal beli aja apa susah nya sih? Pelit banget Lo," ucap Zico mendelik Malas.

Bintang balas mendelik tak terima. Dia bukan nya pelit, tapi Ini sudah sore. Tidak baik berkeliaran di rumah sakit saat seperti ini.

"Sama Rara aja," ucap Rara memegang lengan Bintang. Cowok yang berstatus sebagai pacar Rara itu menggeleng tegas.

"Kamu pasti capek," ucap Bintang Sambil mengusap kepala Rara sayang.

"Tapi aku juga laper," ucap Rara mencebik.

"Ayo sama gue," ucap Zion bangkit dari kursi yang di duduki di depan Jeje.

Jeje sudah tertidur setelah saling membagi rasa dengan para sahabatnya. Gadis itu memang harus beristirahat agar lekas pulih. Beruntung kepala nya tidak memiliki luka serius. Tapi ya itu, tubuh nya banyak sekali yang lecet, bahkan wajah nya juga.

"Ayo, tunggu apa lagi?"

Mendengar itu sontak membuat Bintang Tersenyum lega.

"Mau makan apa?" tanya Zion.

"Apa aja, Zi. Yang penting jangan yang gak sehat," ucap Leon yang di samping nya ada Sisil yang sedang bersandar.

"Oke."

Dua cowok itu keluar dari ruangan. Meninggalkan 6 remaja yang sedang sibuk pada aktivitas nya.

"Kamu gapapa gak Pulang?" tanya Sisil mendongakan kepala.

Leon Tersenyum sambil menggeleng pelan.

"Udah Izin Sama orang rumah. Gapapa, kok. Kan sekalian jagain kamu," ucap Leon sambil mengusap pipi Sisil.

Gadis itu mengangguk, semakin menyamankan posisi nya.

Tatapan Sisil tertuju pada Axcel yang juga sedang tertidur di pangkuan Zico. Gadis itu tersenyum sangat tipis, terkesan sendu.

"Benar kata orang. Takdir itu gak bisa di prediksi," ucap Sisil membuat Leon menoleh.

"Aku sedih liat Axcel. Aku takut gak bisa kembaliin dia kaya dulu lagi."

Sisil hanya terus memikirkan itu. Dia takut jika Axcel akan berubah menjadi lebih pendiam.

Leon diam mendengarkan.

"Kenapa harus Axcel?"

Mendengar itu, Leon Tersenyum.
Di usapnya lembut Kepala Gadis nya.

"Dia kuat. Tugas kita adalah selalu di sisi nya. Apalagi sekarang ada cowok yang tulus sayang sama dia," ucap Leon.

Sisil hanya menghela nafas. Mata nya menatap bagaimana Zico yang sedang memandangi wajah damai Axcel. Yah, Sisil berharap banyak pada Zico.

"Kak Zico," panggil Sisil.

Zico Menoleh dan mengangkat satu alisnya.

"Lo gak akan nyakitin sahabat gue, kan? Soal nya kalo iya, mending Lo jauhin Aja. Axcel udah terlalu Sering di sakitin sama keadaan."

Girls In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang