Chapter 22

15 8 0
                                    

BAGIAN 22
(Dekat)

"Tumben Lo disini."

Zico yang sedang senderan di kursi dengan ponsel miring itu melirik sekilas pada Seorang cowok jangkung yang baru saja menyeletuk.

Cowok dengan jaket hitam itu sedikit terkekeh.

"Gue juga tiap hari Kesini kali, Bang,"
ucap Zico.

"Oh, ya? Kok Gue gak tau."

"Lo nya aja kebanyakan bucin."

Cowok jangkung tadi terkekeh.

"Iri, ya?"

Zico mendengus kecil.

"Gak, lah. Gue mah udah ada."

"Lah, serius? Sejak kapan, Lo bukannya cuma suka mainin mereka?" tanya cowok jangkung itu mengambil duduk di dekat Zico.

"Penilaian Lo tentang gue Bang.. " geleng Zico, lantas melanjutkan, " Selalu bener." Zico menyengir membuat Cowok tadi menggeleng pelan.

"Siapa?" tanya Cowok itu.

"Apanya?" tanya Zico balik dengan bingung.

"Ceweknya, Lah. Cantik?"

Zico terdiam sejenak, wajah seorang gadis sekilas memenuhi otaknya.

"Cantik." ucap Zico Tersenyum tanpa sadar.

"Widih, kayaknya dia pake pelet," celetuk cowok jangkung Tanpa Filter.

Zico yang mendengarnya jadi mendelik.

"Sembarangan Lo, Bang!"

Yudha--lelaki yang dua tahun lebih tua dari Zico itu terkekeh pelan.

"Beneran suka, ternyata."

"Iyalah, yakali gue tipu-tipu."

"Kan biasanya Lo gitu."

Zico menghela nafas, tapi dia juga tidak menyanggah ucapan Yudha,
Karena memang dia suka begitu.

Tapi mungkin kali ini lain.

"Co, Lo ada kenalan cecan, gak?"

Tiba-tiba satu orang cowok mendatangi meja Zico.

Zico menatapnya sekilas.

"Bukannya Lo masih sama Si Dila?"

Cowok tadi terlihat menggaruk belakang telinganya, dia menyengir bodoh.

"Males, lah. Dia anaknya ngambekan."

Yudha yang mendengarnya sedikit menggeleng.

"Namanya juga cewek, mana ada yang gak ngambekan."

"Ada, lah," sahut Cowok lain yang mendengar itu.

"Siapa coba?"

Girls In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang