Chapter 56

12 5 0
                                    


BAGIAN 56
(Bangun, gue kangen Lo)

"Gimana keadaan dia dokter?" tanya Seorang cowok dengan baju bernoda darah.

Dokter muda dengan kaca mata itu menghela nafas perlahan. Mata nya menatap miris wajah khawatir lelaki itu.

"Pendarahan nya sudah di tangani namun dia belum melewati masa kritis nya."

Cowok tampan dengan balutan kaos putih dan jaket hitam itu merasa tercekat.

"Kita doakan yang terbaik untuk dia," ucap Dokter itu lalu menepuk pundaknya beberapa kali.

Si laki-laki terdiam Sampai Dokter itu sudah berjalan cukup jauh. Badan nya merosot pada sandaran kursi rumah sakit, raut wajah nya juga tidak bisa di jabarkan.

"Lo pasti baik-baik aja, kan?" gumam nya pada kesunyian. Dia menghela nafas lalu membasahi bibirnya yang terasa kering. Pandangan nya kemudian beralih pada Jendela yang menghubungkan Ruang gadis itu di rawat.

Kakinya menegak, meneguhkan hati. Dia melangkah ke jendela, memegang kaca nya dengan tatapan tertuju pada seorang gadis yang sedang terpejam dengan alat bantu pernafasan.

Si lelaki meneguk ludah pelan. Sama sekali tidak menyangka harus di hadapkan pada keadaan seperti ini.

Flashback on

Seorang cowok dengan motor sport berwarna hitam terlihat sedang mengejar Dua motor di depan nya dengan kecepatan di atas Rata-rata.

Raut wajah di dalam helm  full Face itu terlihat datar dengan Alis menukik.

"Sialan!" umpat nya saat motor itu Semakin melaju.

Double siap nya adalah Ban motor nya yang ternyata bocor.

Cowok berjaket hitam itu berdecak sebal. Mata tajam nya menyorot motor itu. Bukan tanpa alasan dia begini. Motor itu—tepat nya pengendara nya adalah seorang perampok yang merampas tas milik seorang lansia.

Dia berniat mengejarnya lalu memasukkan penjahat itu ke dalam jeruji besi, tapi sial nya Ban motornya bocor di waktu yang tidak tepat.

Cowok itu mengedarkan pandangannya Sampai berhenti di satu titik.

Di sana—di jarak yang tidak jauh darinya dia  melihat seorang gadis yang sedang berteduh di halte.

Berdehem pelan. Dia turun dari motor nya sambil membuka Helm dan menyugar rambut sekilas. Sama sekali tidak peduli juga dengan air hujan yang mengenai kepala nya.

"K-kenapa, ya?"

Cowok itu menatap motor yang di pakai seorang gadis bertubuh sedikit gempal yang barusan bertanya. Tatapan nya beralih pada gadis itu selama beberapa detik.

"Pinjem motor Lo," ucap nya tanpa basa-basi.

Gadis itu mengerjapkan mata nya, masih syok karena di tatap oleh cowok berparas di atas Rata-rata itu.

"M-motor?" tanya nya gugup.

Si cowok mengangguk dua kali.

Dia menatap motor nya sendiri. Sedikit tak rela namun kapan lagi motor antik nya akan di Kendarai oleh cogan berkelas?

Yah, dia bisa tau jika cogan satu ini memang berkelas. Terlihat sekali dari gesture wajah dan penampilan nya.

"B-bol–" belum sempat bibir nya menyelesaikan ucapan, Cowok itu memberi nya kartu pelajar dan juga surat-surat penting nya.

"Nanti gue kesini lagi," ucap nya saat sudah menaiki motor.

Tanpa menunggu balasan. Dia melajukkan motor si gadis, setelah tadi berterima kasih lewat anggukan.

Girls In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang