Chapter 5

26 7 2
                                    

BAGIAN 5
(Suka atau kagum?)

Tiga orang cowok tampan berjalan beriringan di koridor yang ramai karena jam istirahat.

Berbagai tatapan dan bisikan kagum terdengar sepanjang mereka melangkah.

Sudah menjadi hal biasa,
tiga cowok itu memang merupakan aset sekolah yang dikenal berbakat dan tampan.

Mereka juga tidak nakal-nakal amat.

"Cewek, boleh minta tangannya, gak?" suara dari salah satu cowok itu, yang sekarang sedang berhenti di dekat beberapa cewek, dua cowok lain juga ikut berhenti, menunggu dengan sabar.

Cewek yang tadi di panggil menoleh dan memasang wajah tersipu.

"B-buat apa?" tanyanya sambil tetap menyerahkan tangan mulusnya.

Cowok tampan yang tadi berbicara hanya nyengir tidak jelas.
Lantas, dia memegangnya sambil menerawang.

"Udah cocok jadi dukun santet," celetuk cowok yang lain.

Sementara yang satunya hanya menatap datar mereka semua,
tidak ada yang menarik.
Menurutnya semua terasa flat.

"Gue ramal, lo akan jadi istri dari seseorang," itu suara cowok yang dengan modusnya masih memegang tangan cewek tadi.

"Oh, ya? Siapa tuh orangnya?" tanya cewek itu tersenyum.

"Cowok ganteng dan seksi yang ada di depan Lo, yang sekarang lagi megang tangan Lo."

Dua cowok tadi memasang wajah muak, sedangkan si cewek nampak merona malu.

"Kamu mau jadiin aku pacar?" tanya cewek tadi.

Mendadak, Koridor juga mulai ramai oleh para murid.

Cowok tadi, sebut saja namanya Bintang—cowok Tampan nan tengil yang sayangnya menjadi pelabuhan hati seorang Nandhira Valerie Abraham.

Dia mengerutkan kening sambil mengetuk dagu, sebuah ekspresi yang membuat orang lain gemas, tapi tidak dengan dua cowok tadi yang memasang wajah ingin memukul.

"Bin, buruan!!" seru satu cowok berwajah tidak pernah santai.

Bintang Menoleh pada dua temannya, dia menampilkan senyum bodoh.

"Oh, masih ada manusia, ya?" ucap Bintang, lalu dia tersenyum manis pada cewek tadi.

"Maaf ya cantik, tapi pacar aku udah banyak. Kalo mau nanti aja kalo aku udah putus sama salah satu dari mereka," ucapnya sambil mengedipkan satu mata.

Lalu, tanpa menunggu waktu lama. Dia berbalik badan sambil melambai tanpa menoleh pada si cewek yang mukanya memerah, bukan karena malu atau salting, tapi karena kesal.

"Bintang!!" teriak cewek itu histeris
Sambil menghentakkan kaki kesal.

Itulah Bintang, si pemain hati perempuan tapi tidak pernah tobat.
Entah kapan cowok itu akan mendapat karmanya.

"Parah Lo," cibir satu cowok setelah memberi flying kiss pada segerombol cewek yang meneriaki namanya.

"Lo juga," ucap Bintang acuh.

Si Cowok yang dari tadi diam akhirnya mengeluarkan helaan nafas.
"Kalian bisa gak, sehari gausah tebar pesona?" tanya Cowok itu dengan mata menatap mereka malas.

Mereka menggeleng. "gak bisa! Itu udah jadi hobi kita, iya kan, co?" ucap cowok tadi meminta persetujuan dari cowok tampan yang sedang mengedipkan matanya pada cewek-cewek cantik yang sedang berkumpul di pojok koridor.

"Udah peleh! Tanggung jawab juga kaga Lo kalo mereka baper," dumel Bintang.

"Iri?" tanya cowok yang di panggil 'co' dengan Nada menyebalkan.

Girls In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang