Kesibukan yang belum kentara di kantor kepolisian. Beberapa pria menempati mejanya masing-masing, ditemani secangkir kopi dengan asap yang mengepul.
Komisaris June datang dari ruangan belakang menuju mejanya, ditangannya pun terdapat secangkir kopi. Dia meletakkan cangkir itu perlahan, mendudukkan dirinya di kursi sembari sesekali menatap satu persatu wajah anggotanya.
“Apa Nona Auristela berkunjung lagi ke sini?” tanya Komisaris June. Pria berusia 36 tahun itu seketika mengingat perihal gadis yang pernah berkunjung ke sini beberapa kali.
Biasanya, di jam seperti ini, gadis berusia 24 tahun—anak dari seorang perwira polisi yang tewas dalam misinya—selalu berkunjung ke sini untuk merengek agar diberitahu siapa pelaku penembakan sang Ayah.
Tetapi, ini sudah genap satu bulan, Komisaris June tidak mendapati kebisingan dari racauan gadis itu.
“Nona Auristela tidak pernah ke sini lagi semenjak hari itu,” jawab sang anggota.
Membuat Komisaris June mengangguk pelan. Dugaannya ternyata benar. “Apa menurutmu dia benar-benar ke kawasan mafia itu?” tanyanya kemudian.
Sang lawan bicara mengangkat kedua bahunya, pria itu juga tidak dapat memastikan. “Entahlah, tapi aku tidak yakin Nona Auristela melakukan itu.”
“Gadis yang malang,” lirih Komisaris June. Dia mengerti kondisi gadis itu. Yang dia tahu, Auristela tinggal seorang diri saat ini selepas meninggalnya Austin—perwira polisi yang merupakan ayah gadis itu.
Π•Π•Π•Π•Π
Sayup-sayup pelupuk matanya terbuka bersamaan dengan rasa pening yang begitu dominan di kepalanya. Manik kembarnya masih membiasakan untuk menangkap objek, terlebih lagi sinar matahari langsung menyoroti wajahnya.
Bitna melenguh pelan, pandangannya perlahan mengedar ke seluruh penjuru mobil-dia tidak mendapatkan apapun. Gadis itu hanya seorang diri di dalam mobil. Padahal, tadi dia pergi bersama Jo dan berakhir ketiduran.
Belum lama rasa pening di kepalanya hilang, Bitna dikejutkan dengan keadaannya kini; manik kembarnya mendapati sebuah pemandangan asing yang membuatnya sontak mengubah posisi duduknya agar tidak lagi bersandar di kursi mobil.
Sebuah pemakaman.
Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan Jo yang entah kemana perginya.
Jeonathan Alta itu mengajaknya pergi dengan mobil, tanpa mengatakan tujuan. Membuatnya sempat tertidur akibat kantuk yang masih terasa sebab gangguan Vincent di setiap malam. Tetapi, justru kini dirinya ada di sebuah pemakaman.
Perlahan tangannya bergerak untuk membuka pintu mobil, tetapi sebelum itu terjadi, dirinya dikejutkan dengan presensi seseorang yang datang dari pintu mobil lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guess Who?!
Romance[21+] Berbekal keberanian dan sedikit informasi yang didapatkan dari polisi. Auristela Libitna, seorang detektif muda itu menyerahkan dirinya ke komplotan mafia, menyembunyikan identitasnya dan berlakon layaknya gadis 'nakal' untuk mencari pelaku ke...