29. They Already Know

1.1K 115 97
                                    

Jo masih pada kegiatannya, membujuk Bitna yang tengah marah karena ulahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jo masih pada kegiatannya, membujuk Bitna yang tengah marah karena ulahnya. Dia tidak tahu, hanya karena sebuah pil justru bisa membuat gadis pembangkang itu marah.

Wajah Bitna masih terlihat kusut. Meski berulangkali dilempari pertanyaan, tetapi gadis itu tetap memilih bungkam dan menatap ke arah lain.

Sebenarnya, Jo tidak perlu repot-repot membujuk Bitna untuk tidak marah lagi padanya. Gadis pembangkang itu hanya perlu mendapat gertakan sekali saja, lalu lekas melunak. Namun, entah kenapa, dia ingin melakukan cara lain—cara yang lebih lembut—cara yang bukan dirinya untuk membuat Bitna tidak marah lagi padanya.

“Katakan! Apa yang harus aku lakukan?” Jo bersuara lagi. Kepalanya mendongak menatap Bitna yang masih menatap ke arah lain.

“Tidak ada. Kau hanya perlu diam!” sergah Bitna ketus. Perlahan maniknya menatap Jo sekilas, berlalu tangannya bergerak untuk menyingkirkan kepala Jo yang masih berada di perpotongan pahanya. “Sana menjauhlah!”

Pun Jo beranjak, membawa tubuhnya untuk duduk. Sepasang netranya menatap Bitna yang tengah menatapnya dengan tatapan jengkel.

Hanya seperti itu dalam beberapa saat. Sampai helaan napas gusar terdengar dari hidung mancung Bitna.

“Aku hanya ingin tahu saja kenapa begitu khawatir. Memangnya kenapa kalau punya satu?” tanya Jo dengan wajah kelewat inosen.

Serius! Bitna mendadak kehilangan akal sebab mendapati Jo yang semakin terlihat bodoh. Satu tangannya meremat pelan rambutnya tatkala rasa pening tiba-tiba saja menyerang.

Bitna mendecak pelan. Kedua tangannya beralih untuk meraih kerah kemeja Jo. “Apa kau bilang? Coba katakan lagi!” tekan Bitna. Namun, Jo hanya menatap bingung. “Aku tidak mau. Maksudku, aku tidak mau memilikinya sebelum menikah!”

Usai meruntuki sikap bodoh Jo, Bitna menghempas kerah kemeja itu dengan sedikit dorongan. Dia memilih untuk menyandarkan punggungnya di kepala ranjang, sembari mengendalikan deru napasnya yang  tersengal.

“Apa itu sinyal kalau kau ingin secepatnya aku nikahi?”

Perkataan Jo membuat Bitna tergelak dengan ekspresi miris. Itu terdengar menggelitik di telinganya. Tangannya refleks mengusap kasar wajahnya.

“Tidak! Itu hanya perandaian, astaga.” Bahu Bitna mengendur. Dia benar-benar bingung dengan tingkah Jo yang selalu berubah-ubah. Awalnya, dia memang menyukai Jo yang terlihat bodoh daripada kejam. Tetapi, nyatanya, keduanya pun sangat memusingkan.

Jo bergeming. Makhluk sejenis wanita memang membuatnya pening. Wanita selalu ingin dimengerti, tetapi sulit dimengerti. Ini pertama kalinya, dirinya terlalu dipusingkan dengan seorang wanita yang merajuk.

Namun, fakta menariknya, Jo tidak ingin berhenti sampai dia bisa membuat Bitna tidak lagi marah padanya.

“Menyingkirlah!” Bitna sedikit mengibaskan tangannya ke arah Jo untuk menjauh. Berlalu memilih untuk membaringkan tubuhnya di ranjang.

Guess Who?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang