Melangkah meninggalkan Jo menuju gubuk kecil itu, tujuan Bitna adalah mengambil high heelsnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan area pantai. Mengabaikan suara Jo yang sesekali memanggil namanya.
Tubuhnya berbalik, Bitna mendapati Jo sudah mendekat ke arahnya. Dia melewati pria itu untuk tetap melanjutkan langkahnya.
“Hei, tunggu! Aku pakai baju dulu!” teriak Jo sembari berusaha memakai pakaiannya satu persatu. Manik kembarnya menatap eksistensi Bitna yang mulai menjauh.
“Memang kau tahu jalan pulangnya?” imbuhnya.
Bitna masih enggan menoleh, dia mendengkus. “Jalannya hanya lurus. Itu sangat mudah,” monolognya dengan decakan tipis. Kejadian beberapa menit lalu masih membuatnya gusar.
Sementara, Jo melangkah cepat usai semua pakaiannya sudah menutupi tubuhnya dengan sempurna. Sesekali dia berlari kecil guna menjangkau langkah Bitna yang sudah jauh di depannya. Bukan apa-apa. Dia hanya khawatir kalau sewaktu-waktu komplotan Crudele masih berlalu lalang di sekitar jalanan pantai.
Bitna sampai lebih dulu, langkahnya berhenti beberapa meter dari tempat dimana mobil Jo berada. Tubuhnya mematung sembari menajamkan indera penglihatannya disaat mendapati ada satu presensi di dekat mobil.
Tepat disaat itu, Jo berdiri tepat di sampingnya dengan deru napas yang terdengar tidak karuan. “Robert?” Jo kembali melangkah mendekati keberadaan mobil itu.
Membuat seorang pria yang ada di dekat mobil itu menoleh. Dan benar saja, itu Robert.
Bitna menghela napas. Awalnya dia pikir, itu salah satu komplotan Crudele sebab pria itu membelakangi pandangannya, membuatnya tidak dapat mengenal dengan jelas. Tidak hanya Robert, ada satu komplotan Jo yang muncul disaat Jo mendekat ke arah mereka.
Tanpa melakukan apapun, Jo lantas meminta Bitna memasuki mobil bersamaan dengan Robert dan Arthur yang duduk di kursi depan.
Robert melajukan kendaraan roda empatnya untuk meninggalkan sebuah bangunan kecil—tempat yang menjadi tujuan awal Jo semalam.
Kedua manik Robert sesekali menatap ke kaca spion, melihat eksistensi Jo yang duduk di belakang bersama Bitna. “Kalian kenapa kacau sekali? Bajunya basah begitu,” ucapnya dengan kekehan tipis.
Jo terperangah sebentar. Melihat ke seluruh pakaiannya, miliknya nampak kering. Pun pandangannya beralih ke arah Bitna yang bajunya masih basah. “Gadis nakal ini ingin memperkosaku.”
Hal itu sontak membuat gadis yang berada di sebelahnya menoleh cepat. Bitna menatap nyalang ke arah Jo yang justru sedang memasang wajah menyebalkan—dengan satu tarikan di sudut bibirnya.
Kalau saja dirinya mempunyai keberanian yang cukup, Bitna pasti akan meninju wajah Jo detik itu juga.
“Bercanda,” imbuh Jo terkekeh kecil. Tangannya mengusap wajah Bitna, mencoba menghilangkan raut gusar gadis itu yang justru semakin menatap horor ke arahnya. “Kami abis mandi di pantai.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Guess Who?!
Romansa[21+] Berbekal keberanian dan sedikit informasi yang didapatkan dari polisi. Auristela Libitna, seorang detektif muda itu menyerahkan dirinya ke komplotan mafia, menyembunyikan identitasnya dan berlakon layaknya gadis 'nakal' untuk mencari pelaku ke...