35. Trapped By Destiny

1.1K 98 49
                                    

Atmosfer terasa begitu pekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atmosfer terasa begitu pekat. Detakan jarum jam lebih dominan terdengar. Suasana menjelang malam yang seharusnya digunakan untuk beristirahat justru terasa semakin melelahkan. Mungkin hal itu hanya dirasakan sebagian dari komplotan Fortisdevil, tetapi sudah pasti untuk Jeonathan Alta.

Pria yang sudah hampir tujuh tahun bergabung bersama Fortisdevil itu hanya bisa terdiam semenjak kejadian sore tadi yang memberikan banyak pertanyaan dalam benaknya. Jo menggigit ibu jarinya, memikirkan apa yang selanjutnya akan dia lakukan di saat seorang gadis yang kini menjadi berbagai alasan dari hidupnya itu terbangun.

Rasanya hambar. Lebih hambar sebelum Jo bertemu dengan sosok gadis bernama Bitna. Saking hambarnya, Jo sampai tidak bisa merasakan kekecewaan yang seharusnya lebih dominan dirasakan tatkala mengetahui gadis itu menipunya.

Beberapa kejadian kelam di masa lalu menyapa, memaksanya untuk kembali mengingat hal yang seharusnya sudah dilupakan.

...

Hari itu, hari dimana Nathan akan menagih janji sang ayah yang akan mengajaknya pergi makan bersama setelah bekerja. Tidak akan pernah terjadi sama sekali. Sampai kapanpun.

Kepulangan sang ayah yang diharapkan untuk segera mengajaknya pergi makan terganti menjadi kabar buruk yang tidak ada siapapun yang ingin mendengarnya. Tidak ada sama sekali.

Senyum Nathan perlahan memudar tatkala mendapati eksistensi beberapa polisi mendatangi rumah kecilnya. Membawa sebuah kabar atas perginya sang ayah karena satu kejadian salah sasaran yang dilakukan oleh satu polisi yang ada di sana. Berhasil membuat tubuhnya melemas, lututnya gemetar bersamaan dengan cairan bening yang membendung di pelupuk mata.

Sang ayah dinyatakan tewas akibat tertembak. Kabar itu berhasil menghantarkan hal yang sama menyentuh palung hatinya.

Nathan menangis sejadinya. Memohon kepada beberapa polisi untuk menarik ucapannya perihal kondisi sang ayah. Nathan begitu memohon, seraut wajahnya penuh belas kasih. Mengharapkan apa yang dikatakan beberapa polisi itu hanya sebuah lelucon semata.

Salah satu polisi itu, Nathan melihat nama yang tersemat di seragamnya; Austin Baldric. Polisi itu membawa tubuhnya untuk masuk ke rumah, mendudukkan dirinya perlahan dengan wajah penuh sesal.

“Tuan, apa yang terjadi? Dimana Ayahku?” Nathan meraung, kedua tangannya menggenggam erat tangan kekar polisi yang kini duduk bersamanya.

Polisi Austin menghela napas, netranya menyendu menatap remaja laki-laki di hadapannya yang begitu menyedihkan. “Nak, maaf. Maafkan aku... Aku akan memberimu kompensasi sampai kau lulus sekolah. Aku benar-benar minta maaf.”

Bukan. Bukan itu yang Nathan inginkan. Dia bahkan lebih baik putus sekolah daripada harus merelakan nyawa sang ayah dengan uang kompensasi. “Aku tidak membutuhkan itu. Aku hanya ingin Ayahku, Tuan. Aku tidak memiliki siapapun di sini...”

Guess Who?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang