Panggilannya terputus beberapa sekon tatkala informasi penting sudah didapatkan dari wanitanya. James kembali ke tempat komplotannya berada usai menerima panggilan dari Jane.
Wajahnya terlihat sedikit cemas, James mendudukkan setengah tubuhnya di kursi yang ada di samping Swan. “Jane meneleponku,” tukasnya.
Atensi semuanya teralihkan. Kekehan Jay dan Robert mengudara begitu saja. “Sepertinya hubungannya sudah membaik,” ucap Jay.
“Sekarang James menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga orang,” gurau Robert dengan kekehan.
Merotasikan bola matanya, James ogah menanggapi serius guruan dari kedua temannya itu. Manik kembarnya memilih untuk menatap yang lain, “Jane bilang, polisi tengah merencanakan penangkapan Crudele, dan mungkin kita akan menjadi sasaran juga.”
Semua yang ada di dalam ruangan lantas menatap serius ke arah James. Tidak ada yang bersuara sebab semuanya harus memikirkan apa yang akan mereka lakukan guna menghindari kejaran polisi.
“Tapi tempat kita aman. Aku pikir, polisi mungkin akan mengalami sedikit kesulitan saat mencari,” ucap Swan.
“Yah, tapi bukankah berjaga-jaga lebih baik?” sergah James.
Semuanya mengangguk bersamaan. Mereka tentu tidak ingin mengambil resiko, tetapi berpindah dalam waktu dekat agaknya sulit untuk dilakukan. Terlebih lagi mereka baru saja terlibat dengan project baru.
•••••••
Mengendarai mobil untuk kembali ke rumah komplotan mafia itu dengan perasaan yang berkecamuk, Bitna tidak menyangka, orang yang dia cari selama ini nyatanya selalu ada di depan mata.
Entah dirinya yang memang bodoh, atau pada dasarnya Jo terlalu apik memainkan peran. Tingkah laku pria itu lama-kelamaan membuatnya menggila. Niat hati ingin menarik atensi Jeonathan Alta, tetapi Bitna baru menyadari dirinya ikut terjerat.
Berkali-kali batinnya meruntuk, menangis kesal karena menjadi orang yang tidak sabaran. Seharusnya dia mendengarkan perkataan Komisaris June untuk tidak perlu mencaritahu dan menunggu polisi yang menangkapnya.
Namun, apapun yang menyangkut ayahnya—keluarga yang hanya dia miliki—Bitna tidak bisa tinggal diam. Meski akhirnya seperti ini, dirinya masuk terlalu jauh dengan salah satu komplotan mafia yang diduga pelaku atas penembakan sang ayah.
“Berengsek kau, Jeonathan Alta!” hardik Bitna untuk yang kesekian kali. Sesekali tangannya mengepal untuk melayangkan pukulan pada stir, mencoba untuk meluapkan kemarahannya.
Waktu sudah menjelang sore, barangkali Jo dan komplotannya akan pulang dalam waktu dekat. Sebelum itu, Bitna melajukan kendaraan roda empatnya dengan kecepatan penuh untuk sampai di rumah lebih dulu.
Tidak ada hal yang bisa tergambarkan selain kekecewaan. Berulang kali Bitna menepis, mencoba tidak merasakan apapun selain kemarahan. Namun, tidak dapat dipungkiri sikap Jo akhir-akhir ini membuatnya hampir terkesan. Tidak banyak, tetapi berhasil membuatnya berada di sebuah cabang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guess Who?!
Romansa[21+] Berbekal keberanian dan sedikit informasi yang didapatkan dari polisi. Auristela Libitna, seorang detektif muda itu menyerahkan dirinya ke komplotan mafia, menyembunyikan identitasnya dan berlakon layaknya gadis 'nakal' untuk mencari pelaku ke...