Apa yang dikatakan Ellen benar. Malam ini akan ada perayaan yang dilakukan komplotan mafia itu. Yang membuat Bitna terkejut adalah ternyata ada banyak pria yang terlihat seperti tukang pukul bermunculan di sekitar rumah. Tubuhnya besar, wajahnya seram dan mereka benar-benar menakutkan.
Ellen mengatakan, beberapa pria bertubuh besar itu hanya akan datang diwaktu tertentu, seperti perkelahian untuk merebutkan kekuasaan dan acara-acara yang dilakukan komplotan Jo; seperti saat ini.
Sekarang menunjukkan pukul 8 malam. Tetapi, Jo belum juga selesai dari kamar mandi untuk menyegarkan diri kurang lebih dua puluh menit yang lalu. Agaknya, acara itu akan dimulai pukul 9 malam.
Bitna masih terduduk di sisi ranjang dengan setelan kemeja hitam yang sudah dia siapkan untuk dipakai oleh Jo. Sesekali kepalanya selalu memutar kejadian tadi sore saat terlibat pembicaraan dengan Ellen. Saat mendapati hal itu, seharusnya Bitna tahu, dia harus cepat menemukan pelaku tanpa membuang-buang waktu untuk berada di sini.
Sekon berikutnya, Bitna tersentak, mendapati Jo yang keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang melilit pinggulnya. Membiarkan dada polosnya itu terlihat.
Pandangannya beralih, menatap ke arah manapun, asalkan tidak menatap Jo yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi. Melalui sudut matanya, Bitna masih bisa menangkap samar-samar pria itu mulai berjalan ke arahnya.
Disaat tangan Jo terulur untuk meraih pakaiannya di atas ranjang, tubuh Bitna sontak beranjak dan sedikit menjauh dari eksistensi Jo. Bitna menghela napas, “Jo, bisa tidak berikan aku kamar lain? Di sini kan banyak kamar. Aku tidak leluasa kalau satu kamar denganmu,” keluhnya.
Mendapati racauan itu, Jo melirik sekilas ke arah Bitna; begitu tajam. Pria itu tidak terlalu mempedulikan racauan yang acapkali keluar dan mengganggu pendengarannya. Jo memilih untuk memakai setelan kemejanya.
Tetapi, disaat Jo hendak membuka handuk yang melilit di pinggulnya, Bitna lekas mencegah hal itu. Netranya membulat tidak percaya. “Gila! Kau mau pakai celana di sini?”
“Memangnya kenapa? Itu mengganggumu?” tanya Jo begitu acuh.
Serius, Bitna bisa naik darah kalau terus-terusan berada di dekat Jo. Sekarang dia mengerti, Jo memang lebih baik tidak banyak bicara. Karena, disaat pria itu berbicara justru menyulut emosinya.
Lagi-lagi, Jo hendak membuka handuknya. Tetapi, tangan Bitna masih cepat menahan kegiatannya itu. “Hentikan, Jo! Aku di sini, astaga! Kau tidak malu?”
“Tidak,” balas Jo biasa.
Membuang pandangannya ke sembarang arah, Bitna menyentuh pelipisnya. Rasa pening sudah menjalar ke area kepala. Mulutnya masih dia tahan untuk tidak meracau dan mengeluarkan kata-kata kasar ke arah Jo. Gadis itu memilih untuk memasuki kamar mandi dan menyegarkan diri, daripada melihat tingkah Jo yang membuatnya tak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guess Who?!
Romantik[21+] Berbekal keberanian dan sedikit informasi yang didapatkan dari polisi. Auristela Libitna, seorang detektif muda itu menyerahkan dirinya ke komplotan mafia, menyembunyikan identitasnya dan berlakon layaknya gadis 'nakal' untuk mencari pelaku ke...