23. Toy Store

1.3K 121 27
                                    

Waktu menunjukkan pukul delapan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Suasana di rumah komplotan mafia itu tidak terlalu ramai, tetapi beberapa pria menetap di rumah untuk berkumpul, mengobrol dan bermain kartu.

Bitna tengah terduduk bersama Ellen di salah sofa yang tersedia di ruangan utama. Kalau bukan karena Ellen, Bitna bisa saja menetap di kamarnya, daripada berdiam diri antara pria itu tanpa melakukan apapun. Apalagi, Jo tidak ada di sekitar mereka.

Jo sempat pulang pada siang hari bersama Jay sebelum akhirnya memilih untuk pergi lagi seorang diri.

“Apa kalian tahu, polisi masih melibatkan kita dengan kejadian satu bulan lalu? Ini benar-benar memusingkan.” Suara Jay tiba-tiba saja terdengar. Pria itu datang dengan membawa botol minuman di tangannya.

Perkataannya mengalihkan atensi teman-temannya yang berkumpul di meja besar. Vincent menghela napas, tangannya menjatuhkan asal kartu ke atas meja. “Kan sudah kubilang, Crudele sialan itu yang membuat kita kesulitan bergerak sekarang!”

Swan mengangguk, “Yah, mereka menyerang kita tiba-tiba saat itu. Ini akan menjadi masalah besar.”

“Tidak hanya itu. Polisi melibatkan kita bukan hanya karena perseteruan dengan Crudele, tetapi karena mereka ingin mencari pelaku penembakan salah satu anggotanya yang tewas, seperti kata Jay beberapa waktu lalu,” tukas James.

Tatkala suara James terdengar, melibatkan topik perihal kematian salah satu anggota kepolisian membuat Bitna menoleh cepat ke arah beberapa pria di sana.

Arthur ikut menimpali, “Dan Vincent jadi terduga.”

“Bukan hanya Vincent, tetapi kita semua,” sergah Robert. Seolah mengingatkan perihal kejadian satu bulan lalu yang melibatkan mereka semua ke dalam perseteruan.

Semuanya bergeming beberapa saat. Permasalahan itu menjadi sedikit hambatan untuk bisnis mereka. Menjadikan ruang gerak Fortisdevil  sedikit terhambat untuk bergerak dan harus lebih berhati-hati saat melakukan transaksi dengan kolega mereka.

“Coba katakan yang sejujurnya, Vi. Apa kau merasa menembak salah satu polisi itu?” tanya Jay hati-hati.

Vincent terperangah sebentar, merasakan pertanyaan Jay hanya lelucon belaka untuknya. “Manaku tahu, aku menembak siapapun yang ada di sana untuk melindungi diriku sendiri. Polisi yang saat itu datang tidak memakai seragam, itu terlihat sama.”

Tidak ada balasan dari Jay, pria itu kelihatan tengah mencerna baik-baik perkataan Vincent. Membuat sang terduga kembali bersuara, “Lagipula kalau aku yang menembak pun kenapa? Kalian mau menyerahkanku ke polisi?”

“Tidak, astaga. Aku hanya bertanya,” ucap Jay.

Ruangan mendadak hening disaat nada Vincent sudah terdengar gusar. Pun tidak ada yang menimpali percakapan antara dua pria itu. Mereka masih sama-sama menerka siapa yang sebenarnya dicari oleh polisi.

Guess Who?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang