Suasana hati Bitna sudah memburuk sejak dirinya terlibat pertengkaran kecil perihal pil yang pada awalnya disiapkan oleh Jo untuk diminum.
Bitna benar-benar dibuat pusing dengan tingkah Jo yang selalu melakukan apapun semaunya. Jo sulit ditebak dan sangat misterius. Gadis itu masih tidak mengerti mengapa Jo justru membuang pil yang jelas-jelas harus dikonsumsi.
Derap langkahnya terdengar menggema di sepanjang lorong, Bitna melangkah perlahan mendekati kamar Ellen. Wajahnya masih terlihat kusut meski sudah dibubuhi riasan. Bahunya pun mengendur, seakan tidak memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu hari ini.
Bitna merasa sangat lelah. Tubuhnya masih sedikit lemas tatkala dibawa untuk berjalan. Meski begitu, hari ini dia sudah bertekad untuk membantu Ellen mengerjakan pekerjaan rumah.
Langkahnya berhenti di dapur untuk merapikan beberapa piring kotor yang sudah digunakan komplotan mafia itu untuk sarapan. Lumayan banyak sebab Ellen selalu menyediakan banyak makanan untuk mereka.
Kepergian Vincent bersama Jo hari ini, sedikit banyaknya menghilangkan perasaan cemas dalam relung sebab tidak akan ada yang menganggunya disaat mencuci piring.
Disela kegiatan membersihkan peralatan makan, sekelebat kejadian kemarin pagi berlalu di pikirannya. Mengingat eksistensi Vincent yang tiba-tiba datang disaat dirinya diserang oleh tiga pria asing.
Jo benar, entah apa yang akan terjadi tatkala Vincent dan Rocky tidak datang pada saat itu. Mungkin dirinya sudah lenyap sebab kewalahan terlibat perkelahian dengan tiga pria sekaligus.
Tidak mencoba untuk terkesan sama sekali. Hanya saja, Bitna mencoba untuk mengingat kebaikan orang lain sekecil apapun, meski pada dasarnya Vincent lebih banyak menyebalkan.
Menghabiskan waktu lebih dari lima belas menit untuk mencuci piring, Bitna melangkah meninggalkan dapur setelah menyempatkan untuk mengeringkan tangannya dengan serbet.
Sesekali gadis itu mengeringkan tangannya di sisi mini skirt, sembari terus melangkah untuk mendekati kamar Ellen.
Sesampainya di pintu kamar itu, Bitna mengetuk pintunya lebih dulu sampai suara Ellen terdengar dan mempersilahkannya untuk masuk.
Di dalam kamar, manik kembarnya mendapati Ellen tengah terduduk di depan meja rias sembari menyisir rambutnya. Dia memilih untuk duduk di sisi ranjang Ellen, memperhatikan wanita itu dari pantulan cermin meja rias.
Ellen pasti baru saja selesai mandi selepas menyelesaikan tugasnya.
Bitna berdehem lebih dulu, pandangannya berpendar ke seluruh penjuru kamar. Mencari sesuatu yang sekiranya bisa dia temukan di kamar Ellen. Sebab Bitna yakin, Ellen pasti memiliki benda yang dia cari.
“Ellen, kau punya pil pencegah kehamilan?” tanyanya ragu, sempat terbata. Bitna lantas mendapati Ellen menoleh cepat ke arahnya.
Wanita itu tidak langsung mejawab, manik kembar Ellen menatap Bitna lebih dulu. Membuat sang empu sesekali menunduk sembari membasahi kilas bibir bawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guess Who?!
Romance[21+] Berbekal keberanian dan sedikit informasi yang didapatkan dari polisi. Auristela Libitna, seorang detektif muda itu menyerahkan dirinya ke komplotan mafia, menyembunyikan identitasnya dan berlakon layaknya gadis 'nakal' untuk mencari pelaku ke...