Nih kukeluarin lagi ya. heuheu.
Berkat bantuan Ellen, Bitna kembali menunjukkan sedikit perubahan. Usaha Ellen yang selalu menyempatkan waktu untuk datang menemui Bitna di kamar, perlahan membuahkan hasil. Seringkali terlibat pembicaraan yang akhirnya membuat Bitna mengerti, pun selalu membuat gadis itu menghabiskan makannya. Ellen menjadi orang yang paling dipercaya Jo untuk mengurus Bitna.
Karena hingga saat ini, hubungan kedua pribadi itu belum membaik. Bitna masih enggan bertemu Jo, begitu juga sebaliknya. Alasan Jo tidak menemui Bitna pun karena tidak ingin membuat keadaan gadis itu memburuk lagi.
Pukul sembilan pagi, Bitna baru saja selesai menyegarkan diri, ditemani Ellen yang saat ini selalu membantunya. Bitna melangkahnya tungkainya mendekati jendela, di sana dia mendapati beberapa pria Fortisdevil tengah berkumpul untuk latihan menembak.
Manik kembarnya menelisik area halaman, mencari satu pribadi yang terakhir kali menemuinya untuk memastikan sayatan di jari telunjuknya. Hingga pandangannya berhenti, mendapati eksistensi Jo yang berdiri tepat tidak jauh dari keberadaan Arthur.
Hanya menatap eksistensi Jo dari kejauhan, berhasil memberikan berbagai afeksi yang membuatnya hanya bisa menghela napas.
Sekon berikutnya, Jo menoleh, menatap ke arah jendela yang dia tahu Bitna selalu ada di sana. Dan ternyata benar, terlebih lagi, gadis itu tengah menatap ke arahnya, membuat pandangan keduanya bertemu.
Cukup lama keduanya saling mengunci pandang dari kejauhan. Jo mendapati sorot mata gadis itu masih terlihat menyayup, namun terlihat lebih baik dari sebelumnya.
Sampai akhirnya Bitna mengalihkan lebih dulu, membalikkan tubuhnya untuk duduk di sofa yang berada tidak jauh dari jendela. Maniknya menatap Ellen yang membawa sebuah sisir setelah mengaitkan handuk di dekat kamar mandi.
Bitna membiarkan Ellen menyisir setiap helaian rambutnya. Selama beberapa hari belakangan, wanita itu bersikap layaknya seorang ibu untuk Bitna; mengurusnya ini dan itu, mengingatkannya untuk makan tepat waktu dan menemaninya tidur.
Lagi-lagi, cairan bening luruh membasahi area pipinya. Bitna mendadak merindukan eksistensi ibunya, meski sudah menahan sekuat tenaga sejak kemarin. Tetapi, sikap Ellen yang sabar menghadapinya akhir-akhir ini membuatnya perlahan mengerti, masalah tidak akan usai kalau dirinya masih memilih untuk berdiam diri.
Sejujurnya, Bitna membenci dirinya yang seperti ini; menjelma menjadi gadis lemah dan acapkali menangis. Dia menginginkan untuk dengan mudah mengikhlaskan kepergian ayahnya, tetapi untuk saat ini masih sulit dilakukan.
Bitna akui, dia membutuhkan sosok yang seperti Ellen, yang bisa dengan sabar menghadapi dirinya dan memberi pengertian luar biasa meski seringkali mendapat pengelakan.
“Apa yang kau lihat?” tanya Ellen disela menyisir rambut Bitna. Faktanya, wanita itu mendapati Bitna yang tadi tengah menatap ke luar jendela.
Menyeka air matanya, Bitna menunduk, “Tidak ada,” ucapnya dengan senyuman tipis. Tubuhnya yang membelakangi Ellen membuatnya sedikit lega karena wanita itu tidak dapat melihat raut wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guess Who?!
Romance[21+] Berbekal keberanian dan sedikit informasi yang didapatkan dari polisi. Auristela Libitna, seorang detektif muda itu menyerahkan dirinya ke komplotan mafia, menyembunyikan identitasnya dan berlakon layaknya gadis 'nakal' untuk mencari pelaku ke...