39. Music Box

1.2K 135 104
                                    

Raut wajah terkejut ditunjukkan oleh beberapa pria Fortisdevil yang ada di tempat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raut wajah terkejut ditunjukkan oleh beberapa pria Fortisdevil yang ada di tempat. Mereka lebih dulu menjatuhkan seluruh atensinya ke arah Jo yang mulai melangkah meninggalkan ruangan utama. Sepeninggal Jo, mereka hanya saling melempar pandang, tidak ada yang berani bersuara sampai tubuh Jo menghilang di balik lorong.

“Astaga, kita akan memiliki bayi di rumah ini,” tutur Jay.

Robert menimpali dengan kekehan, “Jo sepertinya memang sudah siap menjadi seorang ayah.”

“Kira-kira anaknya laki-laki atau perempuan?” Senyum Arthur mengembang, manik kembarnya menatap bergantian teman-temannya. “Hah? Bagaimana?”

“Yang pasti tidak mirip Robert,” sergah James.

Tidak ada tanggapan lagi. Raut wajah yang lain terlihat sulit diartikan. Masing-masing dari mereka tidak menyangka kalau Jo akan bertindak sejauh itu. Mungkin mereka sudah cukup paham dengan tingkah Jo yang memang tertarik dengan Bitna lebih dari seorang wanita yang membantu keperluannya. Hanya saja untuk memiliki seorang bayi, mereka tidak kepikiran sampai ke sana.

Sementara Jo melangkah tergesa di lorong bersama Ellen. Dia hanya mengikuti langkah kaki wanita itu yang mulai berhenti di depan pintu kamarnya. Ellen tidak langsung membukanya, pun Jo memiliki banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan sebelum akhirnya memutuskan untuk menemui Bitna.

“Bagaimana kau tahu kalau dia hamil?” tanya Jo. Sesekali netra bulatnya menatap ke arah pintu, ingin sekali lekas menemui Bitna untuk mengetahui kondisi gadis itu, meski pada kenyatannya saat ini dia harus lebih berhati-hati.

Deheman cukup panjang terdengar dari Ellen, dia membasahi kilas bibir bawahnya, mencoba kembali menganalisa bagaimana dirinya mendapati perubahan setra kecurigaan selama beberapa minggu menemani Bitna. “Bitna mengalami mual sejak dua minggu yang lalu, cuma tidak sering. Hari ini, itu terjadi lagi dan bentuk tubuhnya juga sedikit berbeda, mungkin saat dimana kesehatannya menurun, itu tanda awal kehamilannya,” ungkap Ellen.

Jo mencoba mencerna baik-baik perkataan Ellen. Seingatnya, terakhir kali melakukannya dengan Bitna, itu juga menjadi yang pertama kalinya tanpa alat percegahan. Pun dengan sengaja Jo menghancurkan pil pencegah kehamilan yang biasa Bitna konsumsi. Hanya kali itu saja, mungkinkah bisa membuat Bitna hamil dengan cepat?

“Kau mau menemuinya?” tanya Ellen yang berhasil memecahkan lamunan Jo.

Tangan Jo mengusap tengkuk belakangnya, lagi-lagi dia masih mempertimbangkan untuk menemui Bitna. “Memangnya tak apa? Aku takut membuatnya sedih lagi kalau aku benar-benar menemuinya.”

Ellen mengangguk mengerti. Dia hanya mencoba menawarkan, karena Bitna pun seperti merindukan sosok Jo yang memang sudah beberapa minggu tidak bersua meski tinggal dalam satu rumah. “Bitna sedang tidur sekarang. Mungkin kau mau melihatnya?”

Bergeming sejenak, Jo menjatuhkan atensinya untuk menatap ke arah pintu. Perlahan kepalanya mengangguk, membuat jemari Ellen lantas menyahuti kenop pintu untuk membawa Jo memasuki kamar.

Guess Who?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang