41. Leave In A Rage

1.7K 101 73
                                    

Salah satu titik di rumah megah komplotan mafia itu menjadi pilihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salah satu titik di rumah megah komplotan mafia itu menjadi pilihan. Ruangan utama menjadi ramai dengan beberapa pria Fortisdevil yang mulai mengisi meja besar yang biasa digunakan untuk berkumpul. Mereka menikmati makanan yang disediakan setelah acara pengucapan janji selesai.

Bitna tengah menikmati beberapa potong buah bersama Jo yang duduk di sampingnya. Kedua sejoli yang menjadi pemeran utama pada pesta hari ini tidak terlihat lelah sama sekali, keduanya justru ikut mengudarakan tawa tatkala percakapan konyol terlontar dari belah bibir pria Fortisdevil yang lain. Membuat mereka enggan beranjak meski masih memakai pakaian yang sama.

Rasa mual yang sejak pagi terasa agaknya dapat Bitna atasi, kebersamaan yang dirasakan saat ini menjadi alasannya. Bitna senang karena Fortisdevil bisa menerimanya dengan cepat meski dirinya hendak menghilangkan satu nyawa anggotanya. Perlahan senyumnya mengembang.

Jo yang menyadari perubahan raut wajah Bitna, menyempatkan untuk menggenggam satu tangan Bitna yang menganggur di atas meja dan memberikan usapan lembut. Lantas melempar senyum tipis tatkala gadis itu menatap ke arahnya, “Kau senang?” tanya Jo.

Bitna tidak langsung merespon, beberapa sekon gadis itu terdiam hingga lengkungan kurva di sudut bibirnya terbit, lalu diiringi anggukan pelan setelahnya. Bitna tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan perasaannya saat ini, dia benar-benar senang—atau bahkan lebih dari itu. Rasanya ingin menangis di waktu yang bersamaan, tetapi memilih mengembangkan senyum adalah pilihan yang tepat.

Selalu ada kebahagiaan setelah datangnya kesedihan. Awalnya, Bitna tidak pernah percaya kalimat itu, sama sekali tidak. Semenjak kepergian ibunya, Bitna mencoba membangun kehidupan baru bersama sang Ayah, hingga kenyataan paling pahit menerpa hidupnya, membawanya pada kesakitan yang tidak pernah diinginkan sama sekali.

Namun, dibalik peristiwa yang menguras air mata, selalu ada alasan mengapa hal itu terjadi. Kini Bitna mengerti, apapun yang terjadi di dalam hidupnya—mulai dari hilangnya seseorang yang dia cintai dan bahkan hadirnya orang-orang baru di hidupnya bukanlah kebetulan semata, melainkan mereka memiliki peran masing-masing di dalam kehidupannya untuk sekedar memberikan kesan yang baik atau justru sebaliknya.

Di sudut lain, Corrie bersama dengan Ellen dan Elyse tengah menyibukkan diri di dapur dengan menyiapkan beberapa makanan yang hendak dihidangkan. Dua wanita yang ada di sana—terkecuali Elyse—terlibat perbincangan ringan yang membuat kekehan kecil mengudara. Namun, kegiatan dua wanita itu agaknya sama sekali tidak menarik atensi Elyse, bahkan kehadirannya di dalam pesta pernikahan Jo dan Bitna seharusnya tidak terjadi. Sejujurnya, Elyse tidak tertarik bergabung bersama komplotannya yang kini sudah tidak lagi terlihat seperti komplotan mafia.

Ellen melangkah lebih dulu meninggalkan dapur dengan beberapa makanan ditangannya, meninggalkan Corrie dan Elyse yang akan melakukan hal serupa. Beberapa langkah terambil, eksistensinya digantikan oleh Vincent yang datang mendekati dapur.

Guess Who?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang