Menunggu hampir dua jam di Pantai, tatkala merasa keadaan sudah cukup aman, Jo dan Bitna memutuskan untuk kembali ke toko mainan dan mengambil mobil yang mereka tinggalkan di sana.
Suasana jalanan cukup sepi disaat waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam. Di dalam mobil, Bitna lebih dulu mengendalikan deru napasnya setelah menghabiskan beberapa menit untuk berjalan.
Jo yang menyadari itu hanya tersenyum di sebelah sudut bibirnya, “Kau harus terbiasa mulai sekarang,” ucapnya. Jo mulai menyalakan mesin mobilnya untuk bergegas meninggalkan halaman toko.
“Kau akan selalu mengajakku berlari di malam hari, Jo?” tanya Bitna dengan alis yang bertautan.
Awalnya, gadis itu memang ingin ikut kemanapun Jo pergi untuk dapat melihat apa saja yang pria itu lakukan. Namun ternyata, rasanya cukup melelahkan beberapa kali berlari di malam hari yang seharusnya digunakan untuk beristirahat.
Jo tidak menjawab, dia hanya terkekeh singkat sebab terlalu fokus menghindari jalan dan memperhatikan kalau sewaktu-waktu bertemu komplotan Crudele di tengah jalan.
Sama halnya dengan Bitna, selanjutnya gadis itu lebih banyak diam. Memperhatikan jalanan yang Jo lalui bukanlah jalan menuju rumah. Tetapi, Bitna enggan protes, sebab sudah benar-benar lelah dan mulai merasakan kantuk.
Kendaraan roda empat Jo menelusuri jalanan yang sempat mereka lalui saat pertama kali mengajak Bitna pergi di malam hari—jalanan menuju bangunan kecil.
Bitna yang tengah menyandarkan punggungnya di kursi mobil, hanya menatap Jo yang masih fokus pada kegiatannya.
Yah, mungkin Jo menyadari, itu terbukti saat bagaimana netra bulatnya sempat melirik ke arah Bitna. “Kenapa menatapku, hmm?”
“Tak apa, kalau sedang diam kau terlihat sangat tampan,” celoteh Bitna tanpa berpikir.
Perkataan spontannya berhasil memberikan gelenyar aneh yang menjalar di seluruh tubuh ke area wajah Jo. Kalau boleh sombong, dia sudah terbiasa diberikan pujian semacam itu acapkali bertemu dengan wanita di Roley Casino.
Tetapi, untuk yang satu ini, itu terasa berbeda. Untuk pengalihan, Jo terkekeh sinis. “Kau baru sadar?”
Bitna mengangguk, “Yah, aku baru sadar. Aku sadar seharusnya aku tidak mengatakan itu dan membuatmu semakin bertingkah!” hardiknya.
Bayangkan saja bagaimana menyebalkannya wajah Jo disaat dirinya tidak sengaja menyebut pria itu sangat tampan. Yah, sekarang Bitna mengerti, pria seperti Jo tidak cocok diberikan pujian, melainkan makian.
“Tak apa, jujur saja! Kau boleh menciumku kalau sudah di rumah,” ucap Jo semakin menjadi.
Bitna mendelik. Tangannya mengepal sembari membayangkan memberikan bogeman mentah di wajah pria itu. Sialan. Bisa-bisanya sekarang Jo membuat pipinya bersemu seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guess Who?!
Romance[21+] Berbekal keberanian dan sedikit informasi yang didapatkan dari polisi. Auristela Libitna, seorang detektif muda itu menyerahkan dirinya ke komplotan mafia, menyembunyikan identitasnya dan berlakon layaknya gadis 'nakal' untuk mencari pelaku ke...