18. Till The Morning

1.8K 125 43
                                    

nih aku double up, bruh(づ ̄ ³ ̄)づ

Sudah hampir tiga puluh menit keduanya masih terjaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah hampir tiga puluh menit keduanya masih terjaga. Bitna masih terduduk di atas pasir sembari merengkuh kedua lututnya. Bitna kedinginan. Gaun mini yang kini menjadi pakaian sehari-hari membuatnya tersiksa kalau berada di luar saat malam hari.

Meski tubuh atasnya sudah mengenakan jaket kulit hitam, nyatanya itu tidak cukup membantu.

Manik kembarnya melirik ke arah Jo, pria itu sesekali beranjak, berjalan ke sana kemari di hadapannya. Lalu kembali terduduk. Hanya seperti itu, sejak tiga puluh menit yang lalu.

Namun, untuk kali ini, Jo terlihat seperti tengah mengamati sesuatu. Sedikit mengintrupsi Bitna untuk mengikuti arah pandang pria itu meski dalam keadaan yang temaram.

“Jo, kau mau kemana?” tanya Bitna. Tubuhnya perlahan beranjak saat mendapati Jo mulai melangkah menjauh.

Pria itu menyempatkan untuk menoleh sejenak, “Ayo, ke sana! Kita tidak bisa berlama-lama di bawah pohon. Nanti bisa mati,” kata Jo.

Menghela napas pelan, mau tidak mau Bitna menuruti. Pun dia tidak ingin mati konyol sebab tertidur dengan posisi bersandar pada pohon. Gadis itu berlari kecil, menyelaraskan langkahnya dengan langkah Jo.

Perjalanan menuju bangunan kecil di sekitar pantai cukup menguras tenaga. Apalagi Jo melangkah begitu cepat tanpa memikirkan Bitna yang napasnya sudah tersengal.

Akhirnya, gadis itu memutuskan untuk menghentikan langkahnya. Tubuhnya membungkuk sembari mengendalikan deru napasnya yang tidak karuan. Bitna seperti merasakan dirinya akan mati detik itu juga kalau dia tidak beristirahat sejenak.

Kepalanya sesekali mendongak, menatap punggung Jo yang mulai menjauh. Faktanya, pria menyebalkan itu terus melangkah tanpa mengetahui dirinya yang sudah berhenti sejak tadi.

Ah, masa bodoh. Bitna akan melanjutkan langkahnya kalau tenaganya sudah benar-benar terkumpul. Gadis itu kembali menjatuhkan tubuhnya di atas pasir. Kali ini, Bitna mencoba membaringkan tubuhnya, menatap langit kosong yang begitu luas.

Sebenarnya, di sekitaran pantai ini cukup membuatnya tenang. Suasananya sangat sepi, dingin dan ditemani oleh suara deburan ombak. Beberapa hal itu berhasil membuat napasnya mulai normal. Bitna memejam sejenak.

Menghabiskan waktu kurang dari dua menit untuk memejam, Bitna membuka pelupuk matanya perlahan. Dirinya sontak dibuat terkejut karena eksistensi Jo yang berdiri mengungkung tubuhnya.

Jangan lupakan, kepala Jo sedikit menunduk tepat di depan wajah Bitna.

“Apa yang kau lakukan, baby girl?”

Lantas, tangannya mendorong cepat tubuh kekar Jo sembari berusaha untuk beranjak. “Menjauhlah, idiot!” hardik Bitna.

Merotasikan bola matanya, Jo menjauhkan tubuhnya dan melirik ke sekitar pantai. ”Ayo, cepat!” titahnya.

Guess Who?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang