Pertemuannya dengan Jackson kala itu berhasil membuat Bitna sedikit merasakan pening. Gadis itu tidak mengerti mengapa teman sekaligus rekan kerjanya itu berada di dekat kawasan para mafia. Apalagi terlihat, Jackson seperti mengikutinya.
Bitna tidak ingin kalau sampai Jackson menggagalkan rencananya. Terlebih lagi Bitna tahu, Jackson pasti menentangnya kalau pria itu tahu keberadaannya di kawasan mafia untuk mencari pelaku kematian sang ayah.
Tungkainya melangkah santai melewati lorong rumah, mencipta bunyi hentakan alas kaki yang lebih dominan terdengar. Bitna membutuhkan amunisi baru selepas bangun tidur, dirinya sama sekali belum mendapatkan asupan karena meladeni si Joenathan Alta yang selalu merengek itu dan itu.
Bitna bukan lagi merasakan sebagai seorang maid pria itu, bahkan lebih. Yang dia tahu, seorang maid hanya melakukan pekerjaan yang dilakukan pengurus rumah, seperti membersihkan rumah, merapikan pakaian dan membuat makanan.
Pasalnya, dirinya sudah terlibat dalam banyak hal. Dan itu semakin membuatnya terjebak lebih lama bertahan di rumah ini.
Bitna benar-benar mengurus semuanya, sampai hal yang terkecil sekalipun. Ironinya, dia mulai terbiasa dan lebih minim menggerutu.
Itu yang paling berbahaya.
Jemarinya meraih sebuah gelas, lalu mencari sebotol whiskey di dalam lemari pendingin. Ini masih jam sembilan pagi, tetapi Bitna membutuhkan sesuatu yang bisa membuat peningnya menghilang.
Dia menuangkan cairan coklat keemasan itu sedikit demi sedikit, lantas menenggaknya perlahan. Bitna sedikit meringis tatkala cairan itu menyapa kerongkongannya. Membuat tubuhnya terdiam sejenak sembari menyesuaikan.
Sekon berikutnya, tubuhnya berbalik, hendak melangkah mencari makanan lain untuk disantap. Tetapi, satu pribadi yang entah sejak kapan berdiri di belakangnya membuat langkahnya terhenti. Bitna mundur beberapa sekon, hingga pinggulnya menyentuh meja dapur.
Tatkala manik kembarnya mendapati satu wajah menyebalkan, Bitna menghela napas pelan. Gadis itu memilih jalan lain, mengambil posisi kanan untuk menghindari pria yang seringkali mengusik dirinya.
Namun, lagi, pria itu memotong jalannya. Berdiri dengan tubuh tegapnya, meski dengan satu tangannya yang tersemat di saku celananya.
“Ini masih pagi. Kau sudah ingin mabuk?” Suara baritonnya terdengar, begitu pelan, tetapi selalu berhasil membuat bulu kuduk Bitna berdiri.
Merotasikan bola matanya, kedua tangan Bitna bergerak untuk menyingkirkan tubuh kekar itu. “Vincent, menyingkirlah!”
“Kau menjauhiku satu minggu ini,” kata Vincent.
Bitna tertegun beberapa sekon mendengar itu. Sebelah alisnya terangkat. Gadis itu terkekeh kecut, “Apa itu menganggumu, Vincent?”
Mendekatkan tubuhnya perlahan, Vincent kembali menghimpit tubuh mungil Bitna di meja dapur. Kepalanya mengangguk pelan, sorot netranya dibuat begitu sendu. “Yah, apa kau--
KAMU SEDANG MEMBACA
Guess Who?!
Romance[21+] Berbekal keberanian dan sedikit informasi yang didapatkan dari polisi. Auristela Libitna, seorang detektif muda itu menyerahkan dirinya ke komplotan mafia, menyembunyikan identitasnya dan berlakon layaknya gadis 'nakal' untuk mencari pelaku ke...