20. Just One Time

1.5K 121 22
                                    

Satu hal yang selalu menyadarkan Bitna adalah dirinya terlalu lama masuk ke dalam ruang lingkup komplotan mafia, seolah menjadi bagian hidup dari salah satu pria yang bernama Jeonathan Alta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu hal yang selalu menyadarkan Bitna adalah dirinya terlalu lama masuk ke dalam ruang lingkup komplotan mafia, seolah menjadi bagian hidup dari salah satu pria yang bernama Jeonathan Alta. Sampai dirinya melupa tentang tujuan awalnya datang ke rumah ini.

Bitna melupakan sejenak perihal kecurigaannya terhadap Vincent yang sudah masuk ke dalam target pelaku kematian ayahnya. Gadis itu kesulitan menemukan bukti akurat untuk membenarkan dugaan kalau Vincent adalah pelakunya.

Meski Bitna memiliki kemarahan yang cukup besar pada komplotan Fortisdevil, tetapi selagi dirinya belum mendapatkan bukti yang jelas, dia tidak akan bertindak.

Pada kenyataannya, apa yang dikatakan Komisaris June kala itu tidak salah, tetapi tidak sepenuhnya benar juga. Bitna memang detektif muda, dia baru lulus dari Universitas dan belum memiliki banyak pengalaman penyelidikan. Dia baru menangani satu kasus bersama Jackson.

Namun, selama berkuliah, dia menjadi mahasiswa yang serius. Apalagi sang ayah juga mengajarkannya ilmu bela diri dan beberapa hal.

Menghabiskan waktu satu bulan bersama komplotan Fortisdevil tidak sepenuhnya buruk, tetapi bukan juga pilihan yang tepat. Setidaknya, mereka mematahkan ekspektasi Bitna yang awalnya melihat mereka sebagai jelmaan iblis. Karena faktanya, mereka masih bisa terlihat seperti manusia sebagaimana mestinya.

Bitna tengah menatap ke luar melalui jendela kamar. Jo jarang sekali membuka jendelanya saat pagi, padahal suasana di sekitar rumah yang didominasi dengan pepohonan memberikan suasana dan energi yang bagus di pagi hari.

Tiga sekon berikutnya, Bitna menoleh, mendapati Jo baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaiannya yang sudah rapi. Hanya menatap pria itu sebentar, karena setelah itu Bitna kembali menatap ke luar.

“Aku akan pergi pagi ini,” ucap Jo tiba-tiba.

Tetapi, Bitna tidak langsung menanggapi. Gadis itu kembali menutup jendela kamar dan membalikkan tubuhnya untuk menatap ke arah Jo yang tengah memakai sepatu di sisi ranjang.

“Bukannya hari ini tidak ada jadwal apapun. Yang lain tidak pergi, 'kan?” tanya Bitna. Dia memilih untuk menyandarkan pinggulnya di sisi bufet.

Jo beranjak lebih dulu, tangannya merapikan lipatan kemeja hitamnya hingga perbatasan siku. Perlahan deheman terdengar, seakan membenarkan pertanyaan Bitna.

“Hanya aku yang pergi. Memangnya kenapa?”

“Apa yang akan kau lakukan?”

Manik legam Jo menelisik begitu dalam wajah Bitna sehabis melemparinya pertanyaan yang tidak biasa. Tungkainya melangkah perlahan dan berhenti tepat di depan gadis itu. “Kenapa banyak tanya?” tekan Jo.

Netra Bitna mendelik tidak suka, berlalu mengalihkan pandangan sebab merasa risi saat bagaimana Jo menatap wajahnya begitu lekat. “Aku hanya bertanya.”

Guess Who?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang