Kedua gadis itu tampak terduduk diam di
Rooftop sekolah sembari menatap murid-murid dibawah sana. Dari pandangan mereka, halaman sekolah yang begitu luas serta lapangan sepak bola terpampang sangat jelas dari sana.Udara yang begitu cerah dengan angin yang berhembus membuat keduanya merasa begitu tenang disana. Memiliki sifat yang sama karena membenci kebisingan, mereka berdua tampak sangat cocok untuk tempat itu.
Lisa terlihat memandangi Rosé.
"Kau... Kemana selama ini?" Tidak mudah baginya menanyakan itu. Namun dibandingkan itu, keingintahuannya jauh lebih besar.Rosé seketika menoleh memandangi lisa yang kembali melihat ke bawah sana. Dia terdiam menatap Lisa beberapa saat sebelum akhirnya dia menjawabnya.
"Sydney. Kampung halaman nenekku." Jawabnya. Setelah apa yang terjadi sebelumnya dikoridor, kini gadis berpipi chubby itu sudah merasa jauh lebih baik dari sebelumnya.
Lisa tampak terdiam mendengarnya. Setelahnya mereka kembali saling diam lagi. Memandangi murid-murid dibawah sana yang tampak begitu asik dengan kegiatan mereka.
"Lalisa."
Setelah cukup lama hening, Rosé membuka suaranya menatap Lisa yang langsung menoleh menatapnya. Lisa hanya diam menunggu Rosé mengatakan sesuatu.
Gadis berpipi chubby itu tampak menghela nafasnya. Memandangi Lisa lama dan membuka suaranya.
"Bisakah aku mendapatkan pelukanmu saat aku merasa kacau ataupun... lelah?" Tanyanya. Sungguh, pelukan gadis berponi itu benar-benar menenangkannya. Dia merasa sangat nyaman dan tenang berada dalam dekapan gadis berponi.Lisa lagi-lagi terdiam mendengarnya. Dia mengalihkan pandangannya dari Rosé. Entah apa yang harus dikatakannya, tapi melihat Rosé dalam keadaaan seperti sebelumnya itu begitu menyakitinya.
Lisa menghela napas panjang lalu bersuara dengan menatap Rosé.
"Katakan saja kapan. Aku... Akan melakukannya." Terangnya yang membuat Rosé tak percaya akan perkataannya."Kau serius?"
Lisa mengerutkan kening mendengar respon gadis cengeng itu yang seperti tak percaya padanya.
"Hm."
"Sungguh?" Tanya Rosé lagi masih tak percaya. Bukan apa-apa, dengan sifat gadis berponi yang begitu datar dia tak percaya gadis berponi itu menyetujuinya.
Lisa menjadi sebal dibuatnya. Apakah dia tampak bercanda mengatakannya sehingga Rosé tak percaya akan ucapannya? Menghela napas dalam-dalam dia lantas berkata.
"Aku serius dan bersungguh-sungguh." Ucap Lisa menegaskan. Rosé tertegun mendengarnya. Beberapa detik kemudian, gadis berpipi chubby itu tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum.
Lisa yang melihatnya menjadi heran. Rosé terlihat seperti orang gila menurutnya.
"Kau kenapa?" Tanyanya."Tidak apa-apa." Jawab Rosé semakin tersenyum lebar yang membuat Lisa menjadi merinding akan sikap gadis cengeng itu. Dia bahkan bangkit dari duduknya. Namun hal yang tak terduga terjadi.
Bruk~
"Ya! Aww!"
Lisa tampak membulatkan kedua matanya keget ketika Rosé jatuh terduduk di lantai rooftop itu. Gadis itu sungguh tak tau jika Rosé duduk tepat pada ujung bangku yang membuatnya bisa jatuh kapan saja saat dia bangkit.
"Ya! Jijja?!" Rosé menatap Lisa tak percaya ketika gadis itu Bahkan hanya diam. tanpa berniat membantunya.
"Lalisa!"
Teriak Rosé dengan sangat keras yang membuat Lisa seketika tersentak tersadar dari keterdiamannya. Dia dengan cepat membantu Rosé berdiri.
Mereka bahkan tak tahu dibawah sana murid-murid tampak berhenti dengan aktivitas mereka karena begitu kaget akan teriakan nyaring itu. Saat ini mereka bahkan mengedarkan pandangan mencari dimana asal teriakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return Of Lisa ✓ [COMPLETE]
FanfictionLisa, anak bungsu dari pengusaha terkaya dikorea harus terpisahkan dari keluarganya saat masih bayi, karena diculik oleh beberapa orang misterius dalam perjalanan pulang dari rumah sakit menuju mansion bersama kedua orang tuanya. #Jisoo #Jennie #Ros...