Dikoridor itu Irene berjalan dengan bahunya lesu. Dia meresa begitu buruk dengan dirinya sendiri. Berkali-kali dia mencari keberadaan gadis berponi namun nyatanya dia benar-benar telah kehilangannya.
"Akhirnya kau datang unnie, bagaimana? Di mana dia?" Pertanyaan Jennie serempak membuat ke empat manusia yang sedang menunggu itu juga langsung menegak menatap Irene yang baru saja tiba. Setelah mendengar apa yang dikatakan Jisoo kedua orang tuanya memilih untuk juga menunggu kabar dari irene.
Irene menatap mereka dengan penyesalan disana. Berulang kali dia mencari gadis itu namun nyatanya dia sudah tidak ada disana. Sehingga disinilah dia memilih untuk menemui mereka. Dengan rasa sesal yang begitu besar.
"Mianhae. Aku... kehilangan dia."
Tidak mudah mengatakannya. Namun bagaimana lagi inilah yang terjadi dan dia begitu menyesalinya. Berulang kali bahkan dia menyalakan dirinya didalam sana atas semua ini. Jika saja, jika saja sejak awal dia menghentikan anak itu mungkin ini tak akan terjadi.
"Maafkan aku Karena aku yang ceroboh, ini terjadi." Dia menunduk begitu menyesali ini. Melihat reaksi mereka yang kecewa padanya dia tidak ingin. Namun yang dirasakannya justru usapan lembut dari pamannya. Hyunbin mengusap lembut bahu keponakannya.
"Aniya, Irene-ah. Kau sudah berusaha, tidak apa-apa ini bukan salahmu, nak." Hyunbin berkata dengan kelembutannya.
"Benar unnie, Tak apa. Tak perlu menyalakan dirimu. Eoh?" Jennie menambahkan meskipun jujur kecewa itu ada. Mendengarnya Irene mendongak perlahan dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.
"Eoh? Unnie mengapa menangis?" Irene menggeleng akan pertanyaan Jennie dia hanya merasa begitu bersalah kepada mereka. Seulgi berjalan kearah kakaknya itu dengan mengusap air matanya yang perlahan meluruh.
"Gwenchana, tak perlu menangis." Katanya dengan lembut kepada kakaknya.
"Dia baik-baik saja."
Mereka serempak mengalihkan pandangan ketika Rosé tiba disana dengan perkataan yang tak bisa mereka mengerti. Mereka diam menunggu dia menyelesaikan apa yang sebenarnya ingin dikatakannya. Namun anak itu malah memeluk Jennie dengan manjanya.
"Eoh? Ada apa, hm? Dan kau dari mana saja? kenapa pergi begitu saja tanpa memberitahu?" Tanya Jennie bertubi-tubi dan membalas pelukan adiknya itu dengan mengusap Surai blondenya.
"Aku baru saja menemuinya." Katanya tak jelas lagi yang membuat mereka bingung karenanya. Anak ini memang sering kali berbicara tebak-tebakan.
"Siapa?" Jisoo bertanya.
"Lalisa. Dia memberi pesan padamu Jennie unnie bahwa dia baik-baik saja. Dan mengatakan terima kasih untuk keluarga." Katanya dan akhirnya melepaskan pelukan itu. Dia menatap mereka yang juga menatapnya dengan tatapan intimidasi.
"Jika bertemu kenapa tidak membawanya kembali, dia masih membutuhkan perawa--" Rosé memotong cepat perkataan kakak keduanya.
"Sudah, tapi dia keras kepala. Karena itu aku ingin menjaganya dengan ikut dengannya tapi dia melarangku dan menitipkan pesan itu." Jujur Rosé. Mereka terdiam karena mendengar penjelasannya. Tak mengerti sebenarnya apa yang begitu penting bagi gadis berponi itu sehingga dia tak memikirkan kondisinya sendiri.
"Eomma, aku ingin pulang saja." Manja Rosé kali ini kepada ibunya. Dia memeluk lengan ibunya begitu manja yang membuat Yejin terkekeh diikuti Hyunbin yang Melihatnya.
.............
"Kamsahamnida." Kata Lisa setelah turun dari taksi itu. Pria paruh baya didalamnya tersenyum tenang kearahnya dengan sedikit menundukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return Of Lisa ✓ [COMPLETE]
FanfictionLisa, anak bungsu dari pengusaha terkaya dikorea harus terpisahkan dari keluarganya saat masih bayi, karena diculik oleh beberapa orang misterius dalam perjalanan pulang dari rumah sakit menuju mansion bersama kedua orang tuanya. #Jisoo #Jennie #Ros...