Moonbyul mengikuti nyonya besarnya yang sekarang memasuki mansion. Wajah ibu empat anak itu tampak cemas sejak tadi.
"Moonbyul-ah antarkan belanjaan itu kepada bibi Ahn saja. Aku akan ke atas."
Moonbyul hanya bisa mengangguk patuh saat yang dimaksudkan Yejin adalah apa yang saat ini digenggamnya. Kantong plastik putih besar dengan label nama supermarket yang sempat mereka datangi sebelumnya.
Yejin terlihat menaiki lift. Menekan tombol angka lima disana. Dia tampak tak sabaran. Sampai kini dia berdiri didepan pintu kamar orang yang menjadi tujuannya.
Tok tok~
"Nak, kau didalam? apa Eomma boleh masuk?"
Gadis berponi yang baru saja keluar dari walk in closet miliknya itu, menolehkan kepalanya saat mendengar ketukan dan suara ibunya. Dia baru saja berganti pakaian setelah tiga puluh menit lebih yang lalu dia membersikan dirinya.
Klek~
"Masuklah, Eomma."
Lisa menyambut ibunya dengan senyuman. Sejujurnya Lisa tak mengerti mengapa sang ibu harus bertanya tentang hal itu. Padahal Yejin bisa leluasa saja melakukannya.
"Astaga, nak."
Yejin dibuat kaget saat melihat wajah Lisa yang terdapat memar dibeberapa tempat.
Lisa hanya diam saat kini perlahan ibunya mendekatinya. Berakhir memegangi wajahnya. Menyentuh memar disana sepelan mungkin agar dia tidak merasa sakit.
"Eomma sudah mendengar apa yang terjadi dari ayahmu. Tapi Eomma tidak berharap inilah yang terjadi padamu, ya tuhan." Suaranya bergetar.
Lisa dapat melihat bagaimana ibunya kini hampir menangis. Dia menggeleng memberikan senyum manisnya agar sang ibu tak merasa begitu khawatir.
"Gwenchana, Eomma. Ini tak sakit."
Yejin lantas menatapnya. Matanya lirih. "Eomma rasa keputusan ayahmu tentang izinmu dari sekolah adalah hal yang benar. Eomma tidak ingin ini terjadi lagi." Lisa hanya mengangguk dan tersenyum lembut kepada sang ibu saat suara Yejin terdengar parau dan terkesan menuntut.
Namun sesaat Lisa bingung saat Yejin yang tiba-tiba terdiam dan kini menatapnya lama. Tak berakhir membuatnya juga terdiam saat mendengar ujaran yang keluar dari mulut sang ibu.
"Bertengkar dengan kedua kakakmu?"
Hyunbin memberitahu Yejin. Semuanya, tidak ada yang tertinggal tentang apa yang terjadi. Karena itu saat di supermarket tadi, ia langsung memutuskan untuk pulang bersama Moonbyul.
"Lisa-ya, Eomma---"
"Itu salahku. Mereka tersakiti karena sikapku, Eomma. Mianhae." Gadis itu mulai menunduk. Namun segera mungkin Yejin menangkup wajah mungil itu agar Lisa menatapnya.
"Hei, tak apa. Eomma tau ini baru untukmu dengan semua sikap kakak-kakakmu. Meskipun Eomma tidak tau apa yang kau lalui selama ini, tapi Eomma tau hatimu baik. Kau hanya tidak terbiasa dengan ini. Tak apa, Eomma mengerti nak. Mengenai kakak keduamu itu, Jennie memang akan sangat marah jika mengetahui orang yang disayanginya disakiti. Jadi mengertilah bagaimana dia, eoh?" Yejin berusaha menjelaskannya dengan lembut.
Lisa mengangguk pelan.
"Nde, Eomma. Aku berjanji ini yang terakhir. Tidak akan pernah terulang lagi. Maafkan aku." Yejin hanya mengangguk dengan senyumannya. Bergerak mengusap Surai blonde itu lembut.Untuk sepersekian detik Yejin semakin tersenyum saat menangkap kado disana yang sebagai besar pasti telah dilihat oleh Lisa, itu terpisah. Sejak dulu melihat itu yang tak pernah tersentuh bahkan semakin bertambah setiap tahunnya, itu membuat dadanya sesak. Karena itu sekarang dia begitu bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return Of Lisa ✓ [COMPLETE]
FanfictionLisa, anak bungsu dari pengusaha terkaya dikorea harus terpisahkan dari keluarganya saat masih bayi, karena diculik oleh beberapa orang misterius dalam perjalanan pulang dari rumah sakit menuju mansion bersama kedua orang tuanya. #Jisoo #Jennie #Ros...