Lisa menatap setiap sudut ruangan yang dikatakan Rosé adalah kamarnya. Dia kemudian menghela nafasnya.
"Wae? Mengapa reaksimu begitu? kau tak suka kamar ini?" Rosé bertanya begitu bingung kapada Lisa.
Melihat bagaimana dia menghela nafas tadi, dia pikir Lisa tak menyukai kamarnya itu. Padahal awalnya dia berpikir Lisa akan sangat menyukainya.
Ekspektasinya benar-benar menjatuhkannya melihat bagaimana dia begitu bahagia tadi.
"Benar kau tak suka?" Jisoo bertanya yang membuat Lisa menoleh. Dia ingin menjawab tapi Jennie mendahuluinya.
"Kau sungguh tak menyukai ini? Jika benar, kau bisa memilih kamar yang kau inginkan. Tapi perlu kau tau, ini adalah kamar yang Eomma dan Appa siapkan untukmu sejak dulu. Bahkan sebelum kau lahir." Jennie angkat bicara berdasarkan fakta yang ada.
Dia heran saja mengapa Lisa tak menyukai kamar ini, padahal ini begitu bagus untuknya.
Gadis berponi itu menatap Jennie. Mereka salah jika berpikir seperti itu. Helaan nafas itu terdengar dari Lisa. "Aku suka. Hanya saja apa ini tidak terlalu besar untukku?"
Ya, dia hanya merasa tak wajar saja tinggal didalam kamar yang begitu besar dan seluas itu. Ini bahkan tiga kali lipat dari besarnya kamarnya dikediaman Park.
Mereka semua terdiam dengan mata yang berkedip. Mereka pikir Lisa tak menyukainya karena desain atau warnanya tapi karena besarnya? Benar-benar tak dapat dipercaya.
"Tidak. Ini adalah kamar yang pas untukmu. Bahkan disini para pekerja mendapatkan kamar yang besar. Jadi tidak ada yang perlu kau pertanyakan tentang itu." Kata Jennie yang membuat Lisa diam karenanya.
Benar apa yang dikatakan Jennie. Namun kamar para pekerja tak sebesar dan seluas milik mereka. Namun meskipun begitu, bukankah itu sangat-sangat layak untuk mereka?
Jennie ingin tau dimana lagi para pekerja hidup merasakan kemewahan selain bekerja di keluarganya. Lebih lagi disetiap kamar mereka memiliki fasilitas yang lengkap.
"Masih ada yang menganggumu?" Jennie kembali bertanya kepada Lisa. Dia ingin tau apakah Lisa masih memiliki sesuatu yang tidak disukainya disana.
"Semua ini apa?"
Semuanya menoleh melihat apa yang Lisa maksud. Gadis berponi itu bingung melihat bagaimana banyaknya kado-kado bertumpukan disana. Padahal ini bukanlah dalam perayaan Natal.
"Eoh, ini adalah hadiah dari kami selama bertahun-tahun pada saat hari ulang tahunmu. Kami bertiga beserta Appa dan Eomma setiap tahunnya menyiapkan kado untukmu dan disinilah kami menempatkannya."
Itu Jisoo. menjelaskannya dia tersenyum manis. Gadis berponi itu diam. Entah apa yang ada dipikirannya.
"Dan ya, tentu saja kau baru bisa membukanya saat kami tidak bersamamu. Benar, kurang dari dua minggu lebih lagi ulang tahunmu. Ku pikir Appa pasti sudah menyiapkan sesuatu untuk itu." Jennie menebak sebelum sebuah suara yang datang membenarkannya.
"Ya, itu benar. Appa sudah menyiapkan sesuatu untuk hari spesial itu." Semuanya menoleh kearah pintu dimana Hyunbin datang bersama sang istri.
Sama seperti keempat anaknya, Yejin ikut menatap sang suami dengan tanda tanya karena dia belum tau mengenai apa itu. Suaminya belum bercerita padanya.
"Kau merencanakan sesuatu?" Hyunbin mengangguk.
"Ya, dan kita akan membicarakan itu sekarang." Dia tersenyum.
"Jadi apa?" Yejin bertanya tak sabar. Dari ekspresi anak-anaknya, Hyunbin tau mereka juga ingin segera mengetahuinya.
"Aku memutuskan akan mengadakan acara besar pada hari itu. Ulang tahun Lisa. Aku ingin semua orang dan dunia tau dia telah kembali kepada kita. Media perlu mengetahui kehadirannya kini setelah begitu banyak berita kita kehilangannya." Jelasnya yang membuat semuanya terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return Of Lisa ✓ [COMPLETE]
FanfictionLisa, anak bungsu dari pengusaha terkaya dikorea harus terpisahkan dari keluarganya saat masih bayi, karena diculik oleh beberapa orang misterius dalam perjalanan pulang dari rumah sakit menuju mansion bersama kedua orang tuanya. #Jisoo #Jennie #Ros...