Jisoo bergerak menggandeng Nayeon setelah dia baru saja keluar dari kelasnya. Kedua gadis itu sekarang berjalan beriringan di koridor kampus.
"Ujiannya berjalan lancar?"
Jisoo mengangguk.
"Hm. Tentu saja."Sulung Choi itu terkekeh saat mengatakannya. Nayeon menggelengkan kepalanya saat Jisoo mulai lagi dengan lagakannya.
Para mahasiswa itu menatap mereka tidak lebih tepatnya sulung Choi yang memang selalu menjadi pusat perhatian untuk mereka di sana.
"Oh ya, kau ada kelas setelah ini?" Jisoo bertanya. Dia ingin Nayeon menemaninya ke suatu tempat.
Nayeon menggeleng.
"Ani. Hanya saja seperti biasa aku harus bekerja." Ujarnya. Jisoo menghembuskan nafasnya lesu.Sejujurnya Jisoo merasa sedih akan hidup yang sahabatnya itu jalani. Hidup tanpa adanya orang tua. Berkuliah, dan bekerja begitu tak kenal lelah ditempat yang berbeda-beda untuk membiayai hidupnya dan adiknya.
Selama ini mengenal Nayeon, Jisoo sudah mengetahui bagaimana dia dan kehidupannya begitupun sebaliknya. Jisoo pernah sekali bahkan berkali-kali menawarkan Nayeon tentang pekerjaan direstoran ayahnya tapi dia selalu saja menolaknya.
"Nayeon-ah, kau sungguh tak ingin bekerja direstoran ayahku? Kau tau gaji yang akan---"
"Kau membahasnya lagi. Aku baik-baik saja dengan semua pekerjaanku sekarang." Potongnya yang membuat Jisoo bungkam. Lagi dan lagi itulah yang Nayeon katakan.
Dia akan selalu menolaknya dengan alasan yang sungguh membuat Jisoo tak bisa mengerti.
"Kau temanku. Jika aku menerimanya, itu terjadi seolah aku memanfaatkanmu. Aku tidak ingin orang-orang menganggap pertemanan kita seperti itu."Padahal, bukankah begitulah sebuah arti pertemanan? Mereka harus selalu ada disetiap kesusahan dan saling membantu satu sama lainnya. Jisoo tak mengerti mengapa Nayeon begitu mempedulikan apa yang akan orang katakan.
Tapi walau bagaimanapun itu, Jisoo harus menerimanya jika itulah keputusan Nayeon. Dia akan menghargainya walau sebenarnya berat untuknya.
"Ada hal penting? Kau bertanya pasti punya alasan bukan?" Kali ini Nayeon bertanya.
Jisoo tak langsung menjawab. Selama ini saat melakukan hal ini dia akan selalu pergi dengan keluarganya. Namun karna tahun ini orang itu telah ada diantara mereka dan lagi karena ini begitu spesial, mereka memilih menyiapkan hadiah secara sendiri-sendiri begitupun Jisoo.
"Aku ingin mengajakmu mencari kado untuk adikku. Tak lama lagi ulang tahunnya."
Kening Nayeon berkerut. Sesuatu membuatnya bingung. "Adikmu? Bukankah ulang tahun keduanya sudah berlalu? atau maksudmu adik sepupumu?"
Nayeon memang mengetahui ulang tahun Jennie maupun Rosé yang selalu dihadirinya setiap tahunnya. Karena itu dia tak mungkin melupakannya.
Jisoo menggeleng. Dia tau Nayeon akan kebingungan. "Ani. Ini adik bungsuku, Lisa. Orang kepercayaan ayahku telah menemukannya."
Mata Nayeon melotot seketika. Tangannya terangkat dan menutup mulutnya.
"Jinjja?"Jisoo tersenyum dan mengangguk. Dia ingin tertawa melihat bagaimana reaksi Nayeon. Ya, meskipun kenyataannya saat itu dia juga begitu terkejut hingga tak bisa berkata-kata. Bahkan tubuhnya seakan kaku.
"Daebak, akhirnya. Aku ikut bahagia Jisoo-ya." Nayeon masih berkata dengan wajahnya yang tak percaya. Bagaimana tidak, selama bertahun-tahun akhirnya mereka menemukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return Of Lisa ✓ [COMPLETE]
FanfictionLisa, anak bungsu dari pengusaha terkaya dikorea harus terpisahkan dari keluarganya saat masih bayi, karena diculik oleh beberapa orang misterius dalam perjalanan pulang dari rumah sakit menuju mansion bersama kedua orang tuanya. #Jisoo #Jennie #Ros...