Satu jam perjalanan mereka lalui dalam keheningan, akhirnya tiba juga dirumah mungil yang kini jadi tempat tinggal mereka.
Ini bukan pertama kalinya Nina datang kesini, sebelumnya Nina pernah berniat untuk datang kesini membantu Rama membereskan rumah mereka. Namun Rama menolaknya dengan dalih sudah dibersihkan. Tapi bukan Nina kalau dia bisa menerima penolakan begitu saja.
Setelah Rama memutuskan untuk menikahi Nina, gadis itu selalu meributkan masalah rumah ini. Yah, maksudnya ribut untuk membersihkan, membereskan dan membujuk Rama agar Nina diperbolehkan mengatur rumah ini. Hingga akhirnya Rama menyerah untuk menghalangi Nina datang kerumah ini.
Meski Rama mengizinkan Nina datang, tetapi Nina tidak berani memberi ide untuk menata rumah ini. Ntar dikira ngelunjak, pikir Nina saat itu.
Rama mengeluarkan barang barang bawaan mereka, lalu membawa masuk barangnya sendiri. Lagi, Nina ditinggal tanpa ada niat Rama membantu membawakan barang milik Nina.
Nina mencebik kesal "pengantin baru macam apa ini ? istrinya dicuekin" gerutu Nina pelan.Sementara Rama memutuskan untuk pura pura tidak mendengar ucapan Nina.
Walau bibirnya menggerutu, tetapi tangan Nina tetap menggeret koper dan barangnya kedalam rumah mereka.
Nina terkikik geli dalam hatinya, kata rumah 'mereka' sungguh membuat perut Nina bagai di kocok saking senangnya.
Dengan wajah sumringah Nina masuk kedalam rumah kecil Rama, barang barangnya masih sedikit, bahkan hampir tidak ada.
Ruang tamunya belum terisi apapun, sedangkan masuk sedikit keruang tengah baru terpasang TV saja, di area dapur hanya ada meja makan dan sedikit peralatan memasak. Memang belum pernah ditempati, bisik Nina pelan.
Rama berdiri disamping Nina sambil menyandarkan dirinya di dinding dekat pintu kamarnya,
"Belum ada isinya, kamu bisa ngatur sendiri mau digimanain ini rumah" ujar Rama sembari tangannya memijat pelan pangkal lehernya yang terasa pegal
Nina menoleh kaget, matanya hampir keluar, rahangnya hampir lepas saking senangnya mendengar ucapan Rama barusan.
"Hah ? Yang bener Mas ? ? Nina boleh nata rumah ini ?" Tanya Nina sumringah. Matanya memandangi seluruh penjuru rumah, satu persatu ide mulai muncul didalam pikirannya. Kini pikirannya sibuk memikirkan apa saja yang diperlukan untuk rumah ini. Rasanya dia baru saja mendapatkan pengukuhan sebagai nyonya rumah.
Rama tersenyum mengejek melihat reaksi Nina "Iya, yang penting kamu harus tau, aku suka rumah yang keliatan lapang, dan gak norak karena terlalu banyak perabotan gak penting"
Nina menoleh cepat kearah Rama "cih, emangnya Mas Rama pikir selera Nina apaan ?" agak kesal dalam hatinya. Rama nggak usah meragukan selera Nina, sudah pasti selera Nina selalu update dan kekinian.
Rama menghela nafas malas mendengar protes dari bibir Nina "yaudah kamu pikirin aja sendiri apa yang mesti dibeli, nanti kasih tau aku. dan kasih aku rinciannya" papar Rama santai.
Nina mengangguk paham. Kalau soal belanja dan mencari harga terbaik dengan kualitas terbaik, itu sudah menjadi keahlian Nina.
Melihat Nina yang sudah paham apa yang diucapkan Rama, pria itu kemudian masuk kedalam salah satu kamar sambil membawa barangnya.
dengan polosnya Nina mengikuti Rama masuk sambil mengeret kopernya juga.
"Ngapain kamu masuk ?" Rama menaikkan satu alisnya.
Nina berhenti ditempatnya, bahkan kopernya saja belum masuk sepenuhnya kedalam kamar mereka.
"Loh ? kok ngapain ? ya Nina mau masuk lah "
KAMU SEDANG MEMBACA
RamaNina (End)
Romanceini kisah Rama dan Nina. Kisah Nina yang selalu mengejar Rama, kisah Rama yang tidak pernah mengakui perasannya. Walaupun diacuhkan berkali kali, Nina tetap kembali pada Rama. Tidak ada rotan akar pun jadi, mati satu tumbuh seribu. Berbagai macam pe...