Rama sibuk mengutak atik laptop di meja kerjanya, matanya naik turun memperhatikan setiap detail pekerjaan yang tadi dikirimkan oleh Ridho. Dia tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun itu, namun memang tidak akan ada yang sempurna. Tapi setidaknya Rama sudah mengerjakannya dengan maksimal.
Terlarut dalam pekerjaan, Rama akhirnya sadar kalau malam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Namun istrinya tak juga menunjukkan batang hidungnya, mungkin istrinya sudah lupa kalau sekarang dia sudah menikah.
Rama hendak menekan panggilan ke Nina, namun urung dilakukannya. Nina sudah dewasa, pikirnya. Mengambil rokoknya, Rama bergegas menuju teras rumah. Mengenakan kaos dan celana pendek, pria itu menghisap rokok sembari duduk menatap pagar rumahnya.
Satu batang, dua batang, hingga rokok ke tujuh tak juga ada yang masuk dari pagar itu. Mulai dari duduk hingga berdiri, hingga akhirnya mondar mandir keluar masuk pagar rumah, tak juga ada yang datang.
Tanpa sadar Rama berdecak kesal, mau tak mau akhirnya ia menekan panggilan ke istrinya itu.
"Kemana sih ?" ucapnya pada diri sendiri, saat panggilan telponnya tak juga diangkat oleh Nina. Rama kemudian mematikan rokoknya dan mencari nama Laras di daftar kontaknya.
Namun sampai kapanpun dia mencari, tak ada nama Laras dikontaknya. Karena Rama tidak pernah punya nomor kontak sahabat istrinya itu.
"Aishhhh..." ujar Rama tambah kesal. Sudah hampir jam sepuluh malam, tapi Nina tak juga menunjukkan batang hidungnya.
Rama hampir berlari kedalam rumah dan mengambil kunci mobilnya, namun urung ia lakukan saat pria itu melihat sebuah mobil berhenti tepat didepan rumah mereka.
pucuk dicinta ulam pun tiba Nina menunjukkan batang hidungnya, keluar dari mobil milik.... Fadli.
Rama kesal bukan main melihatnya, bagaimana tidak saat ia heboh menelpon istrinya itu, bukannya diangkat malah kini Nina turun dari mobil pria lain dengan wajah sumringah.
"Mas Rama" ujar Nina kaget, yang tak menyangka kalau Rama entah secara kebetulan tidak kini berada di halaman rumah mereka.
Tak lama Fadli ikut turun menyapa Rama "Kirain kamu udah tidur Ram" sapa Fadli basa basi. Dengan wajah datar, Rama sama sekali tidak menggubris basa basi Fadli.
"Kan kamu sama Laras, sekarang Larasnya kemana ?" Tanya Rama dengan tampang datar.
"Tadi aku suruh balik duluan, kasian anak cewek pulang malam malam" Sahut Fadli meskipun bukan dia yang ditanya.
Rama menatap sinis pada Fadli, lalu kembali menatap Nina "kenapa kamu nggak kasih tau aku ?" tanya Rama lagi tanpa mempedulikan Fadli yang berdiri dibelakang Nina.
Nina bingung menjawabnya, karena tentu saja Nina berpikir kalau Rama tidak akan mau menjemputnya. Tapi enggan menjawab karena masih ada Fadli.
melihat gelagat istrinya yang tidak akan mau menjawab, Rama langsung menarik tangan Nina hingga kini mereka berdiri bersisian.
"Makasih ya udah anter istriku pulang, memangnya anak kamu nggak nyariin ?" usir Rama halus.
Fadli mendengus sembari tertawa, sudah paham betul kalau Rama mengusirnya."oh iya, Tadi aku undang Nina ke acara ulang tahun anakku. Acaranya besok, Nina kan gurunya Farhan jadi aku pikir nggak ada salahnya undang Nina ke acara ulang tahun Farhan" ucap Fadli sambil berjalan kearah mobilnya.
"Saya pulang dulu ya" Fadli melambaikan tangannya pada Rama dan Nina.
"Terima kasih ya pak" Nina yang hendak melambaikan tangannya pada Fadli, langsung mendapat tamparan pada punggung tangannya dari Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
RamaNina (End)
Romanceini kisah Rama dan Nina. Kisah Nina yang selalu mengejar Rama, kisah Rama yang tidak pernah mengakui perasannya. Walaupun diacuhkan berkali kali, Nina tetap kembali pada Rama. Tidak ada rotan akar pun jadi, mati satu tumbuh seribu. Berbagai macam pe...