Chapter 4 | Penyusup

3.1K 211 1
                                    


Nina tidak bisa memejamkan matanya, pikiran nakalnya sedari tadi memikirkan Rama yang berada dikamar sebelah. Nina kan pengen tidur sama Rama, yaaa walaupun bukan tidur yang gimana, tapi kalau ada disatu tempat tidur yang sama, rasanya gimanaaa gitu.

Tiba tiba Nina mendapatkan ide cemerlang, Nina langsung duduk dan berjoget riang diatas kasurnya. Nina memang cerdasss ! pikirnya.

Nina melihat jam di dinding kamarnya, sudah jam setengah dua dini hari. Harusnya Rama sudah tertidur pulas. Nina melangkahkan kaki nya, dan membuka pintu kamarnya diam diam kemudian menutupnya lagi tanpa suara.

Nina melangkahkan kakinya hati hati menuju kamar Rama. dengan hati hati Nina menempelkan telinganya dipintu kamar Rama, memastikan bahwa tidak ada suara dan Rama sudah tidur.

Satu tangan Nina meraih gagang pintu, mengecek apakah pintu kamar Rama terkunci atau tidak. Bingo ! tidak terkunci. Nina kemudian membuka pintu kamar Rama sepelan mungkin, lalu mengintip diantara celah pintu yang sedikit Nina buka. Rama sudah tertidur.

Nina menggigit bibirnya, melihat kearah sebuah kasur yang terleak ditengah kamar. Ada seorang pria ampan yang kini jadi suaminya tengah tertidur pulas.

Dengan perlahan Nina berjingkrak kearah kasur Rama. Tepat saat Nina berhenti dihadapan Rama, Nina mengibas ngibaskan tangannya. Memastikan Rama sudah tidur atau belum.

Nasib baik sedang mengikuti Nina, karena Ternyata Rama sudah tertidur pulas.

Nina tidak bisa menahan senyum sumringahnya karena Rama sudah tertidur. Secepat kilat Nina menghapus pikiran rasa bersalahnya. Sejenak Nina bagaikan wanita tak bermoral yang menyelinap masuk ke kamar seorang laki laki yang sedang tertidur.

Namun Nina segera menghilangkan pikiran itu, karena toh nyatanya dia sedang menyelinap di kamar laki laki yang sudah menikahinya.

Nina naik pelan pelan keatas tempat tidur Rama, untungnya Rama tidak terbangun. Tapi saat Nina hendak merebahkan tubuhnya diatas Kasur Rama, lelaki itu bergerak, membuat Nina keringat dingin.

"Haahhhh!" Nina mengelus dadanya, untung Cuma bergerak dikit. Nina memandangi wajah tampan Rama yang sedang tertidur. Berdoa dalam hatinya semoga selamanya Nina bisa melihat Rama tertidur disampingnya. Amin !

Nina memandangi wajah Rama, lalu bibirnya. Sungguh bikin Nina ngiler, bibir merah yang kecil tapi penuh. Duh! Gimana ya mendeskripsikannya Nina bingung. Yang pasti itu minta dicium banget. Tanpa nunggu lagi, Nina langsung menempelkan bibirnya pada bibir Rama.

"Oh My God !" teriak Nina dalam hatinya. Akhirnya dia bisa mencium Rama ! Nina tersenyum penuh kemenangan. Alhamdulillah, suami sendiri. Ucap Nina girang.

Nina lalu merebahkan tubuhnya, dan menarik selimut menutupi dagunya sambil berbaring menatap Rama.

Hihihi, masalah Rama marah itu sih tinggal besok aja. Yang penting Nina bisa tidur bareng Rama malam ini.

saat pagi menjelag, Rama membalikkan tubuhnya, lalu menggesekkan kakinya pada bantal gulingnya. Tapi kok, yang ini berasa beda ? berasa keras tapi mulus.

Dengan rasa ngantuk yang masih mendera, Rama membuka matanya lalu melihat jam di dindingnya. Sudah jam 6.30 pagi. Rama berusaha bangkit, namun bahunya terasa berat.

"Allahuakbar Ninaa!!!" Rama kaget melihat Nina tidur cantik diatas dadanya. Nina langsung terbangun membuka matanya. Saat itu matanya bersitatap dengan mata Rama yang hampir keluar.

Melihat tampang Rama yang sudah memasang wajah sangar, Nina pura pura tidur lalu membalikkan tubuhnya.

"duh, ngantuk banget" ucap Nina dari balik punggungnya sembari menggigit bibirnya karena ketakutan.

RamaNina (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang