Chapter 33 | Bisikan Setan

2.8K 173 10
                                    


Suara Nina menginterupsi obrolan intens Rama dan Rani. Nina yang mendapatkan kabar dari Rama kalau Rani mendatangi kantornya, tanpa berlama lama langsung menuju kantor Rama.

Nina bersyukur, karena Rama langsung memberitahunya. Nina tau kalau Rama tidak ingin menciptakan kesalah pahaman baru diantara mereka.

"Nina..." cicit Rani yang kemudian menoleh kearah Rama, seolah meminta penjelasan pada mantan kekasihnya itu kenapa Nina berada disini. Dan yang dilakukan oleh Rama hanyalah menghendikkan bahunya.

Tanpa dipersilahkan Nina langsung mengambil posisi duduk disamping Rama "kok mbak Rani ada disini?" tembak Nina langsung.

Rani tersenyum menatap Nina "aku mau balikin jaket Rama" jawabnya singkat.

Nina mengerutkan alisnya "kan Mas Rama bilang sendiri kalau jaketnya nggak perlu dikembaliin" lugas Nina. Karena memang yang Nina ingat adalah Rama mengatakan pada Rani untuk tidak mengembalikan jaketnya.

Rani melipat bibirnya sembari menganggukkan kepalanya, mengisyaratkan kalau dia mengingat perkataan Rama kemarin

"aku juga butuh teman bicara"

Nina hampir tertawa mendengarnya, bagaimana mungkin pria dan wanita yang pernah menjalin hubungan, sekarang malah ingin menjadi teman bicara ? mungkin itu bisa berlaku untuk orang lain, tapi untuk Nina... dia tidak suka ide itu.

setelah saling curhat apa ? lalu akan merasa nyaman satu sama lain ?

"kenapa harus mas Rama ?"

"Karena cuma Rama temen yang aku punya"

Nina diam, kemudian memutar arah pandang nya kearah Rama, mata mereka saling bertemu. Rama bahkan bisa melihat kilatan kekesalan yang tersirat dimata Nina.

Rama menghela nafas nya, kepalanya berpikir keras. Sesuatu harus diluruskan "Ran, aku sekarang udah menikah. Aku juga nggak akan bisa selalu dengerin cerita kamu, gimana pun juga aku harus menjaga perasaan istriku" tegas Rama.

Rani merasa ada yang mencubit hatinya, karena yang Rani ingat Rama selalu ada untuknya. Apapun yang terjadi padanya, Rama selalu ada untuk mendengarkannya.

Namun kini semuanya tidak semudah dulu, Rama menjaga jarak darinya. Ini lah yang selalu dilakukan Rama kepada teman wanita mereka dulu. Menjaga jarak.

Rani bukan lagi orang yang spesial untuk Rama, dan kalau boleh jujur Rani tidak suka itu.

"i know" ucap Rani tanpa mengeluarkan suara.

"sepengetahuan Nina juga Mbak Rani itu perempuan yang mandiri loh, nggak mau bergantung sama orang lain. Jadi Nina yakin, Mbak Rani bakalan bisa melewati ini tanpa bantuan ORANG LAIN" Nina sengaja membuat penekanan pada kalimatnya.

Nina berharap kalau Rani tidak akan pernah lagi menemui Rama untuk alasan apapun. Karena, apapun masalah yang dialami oleh Rani, sama sekali bukan urusan Rama.

Rani menarik nafas dalam dalam, lalu ia melihat jam ditangannya. Baru setengah jam dia ngobrol dengan Rama, padahal dulu mereka bisa menghabiskan waktu berjam jam untuk mengobrol.

Rani sendiri sadar, kalau obrolan mereka tidak bisa dilanjutkan lagi, karena Nina juga bergabung diantara mereka.

"Kayaknya aku keasikan cerita sampe nggak nyadar ini udah malam. Yaudah, kalau gitu aku aku pulang duluan ya. Terima kasih udah mau dengerin aku" Rani beranjak dari duduknya, dan tersenyum pada Rama sebelum ia meninggalkan mereka berdua.

Rama menghela nafasnya, kemudian mengusap wajahnya kasar. Sebenarnya Rama tidak ingin berurusan kembali dengan Rani. Karena bagi Rama, tidak ada pertemanan antara mantan kekasih.

Kecuali mantan suami istri yang telah memiliki anak bersama, itupun tentu karena urusan mengenai anak. Namun mengingat Rani yang tidak memiliki teman dekat, membuat Rama merasa iba.

Mata Nina mengikuti arah Rani pergi, Rama yang melihat gerak gerik Nina merasa bergidik. Tatapan Nina seakan ingin menerjang Rani dari belakang. Namun Rama paham, hal itu merupakan hal yang wajar jika mengingat Rani adalah mantan pacarnya.

"Nina kirain nggak bakal dikabarin kalau ketemuan sama mantan" ucap Nina setelah Rani pergi. Tatapan menyeramkan itu kini berubah menjadi tatapan penuh keceriaan kala ia menatap Rama yang duduk disampingnya.

"kamu kira aku laki laki macam apa ?" balas Rama singkat. Rama tidak ingin menimbulkan kesalah pahaman. Pria itu tidak ingin hal kecil yang ia anggap remeh malah berubah menjadi hal besar nantinya.

"hehehe..." Nina memamerkan cengiran diwajahnya, kedua tangannya langsung melingkari pinggang Rama.

Niat hati ingin Romantis, apa daya jika sang suami  tidak memiliki niat yang sama.

"ditempat umum woi" Rama melepaskan tangan Nina yang melingkari pinggang nya. Nina bersungut sungut saat Rama melepaskan tangannya "katanya ingin menjaga perasaan istri".

"siapa yang ngomong gitu ?"

"suami tetangga" balas Nina. ingin rasanya Nina merekam omongan Rama yang tadi, dan memutarnya berulang kali dihadapan Rama.

Meski begitu, Nina tetap menyandarkan kepalanya dibahu Rama. Tangannya dengan cekatan melingkari lengan Rama, walaupun suaminya itu menatapnya dengan sebal.

"Mas...." panggil Nina pada Rama, sementara tangannya mencolek kentang goreng dihadapannya dengan saos sambal dan memasukkan nya kemulutnya.

"Hmmm..." sahut Rama yang terlihat sibuk dengan handphone ditangannya.

Nina mengangkat kepalanya dari pundak Rama, lalu mendekatkan bibirnya ketelinga Rama. Rama yang fokus pada handphonenya mau tak mau merasa terusik. Apa yang hendak dibisikkan oleh Nina ?

".................."

Handphone Rama terjatuh dari genggaman tangannya. Mendengar apa yang diucapkan oleh Istri nakalnya barusan, membuat jari jemarinya tak kuat lagi menggenggam handphone ditangannya.

Seketika bulu kuduk Rama bergidik, lalu dengan perlahan ia menggulirkan bola matanya kearah Nina yang sedang tersenyum puas padanya.

Bagaimana mungkin Rama tidak bergidik, Nina mengajaknya untuk menuntaskan kewajiban mereka sebagai suami istri dengan bahasa yang sangat vulgar. Bagai bisikan setan dibulan Ramadan.

"Yaaa, kalau Mas Rama belum siap sih nggak apa apa" Nina lalu mengelus lengan Rama pelan. Rama menjadi gelisah.

Rama mencubit pipi Nina hingga pipinya melebar "Random banget nih mulut. Bisa bisa nya ngomong begitu disini" ujar Rama yang berhasil mengembalikan kesadarannya. Lihat lah sekeliling mereka ini, mereka tengah berada disebuah kafe yang rama pengunjung. Dan Nina dengan santainya berbisik kepadanya.

Nina cengengesan sembari menaik turunkan alisnya. "Ya namanya juga usaha mas" ujarnya polos lalu mencolek dagu Rama.

Rama mendengus kesal, kemudian tersenyum juga. Tingkah absurd Nina yang selalu mencairkan suasana diantara mereka. Rama tidak tau akan seperti apa interaksi mereka berdua jika Nina memiliki kepribadian yang mirip dengannya.

Mungkin mereka berdua hanya akan saling diam 

......................

yuhuuuu, 

Mas Rama dan Nina balik lagi. Selamat membaca yaaa ^3^

RamaNina (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang