Chapter 31 | Sorry

2.7K 159 8
                                    


"kamu nggak mau nanya ?" tanya Rani dengan suara pelan. Setelah melihat kejadian tadi, Rani mengira kalau Rama akan bertanya tentang kejadian yang sebenarnya.

Rama menggeleng "Enggak, itu urusan pribadi kamu. Jadi aku nggak akan bertanya apapun" jawabnya lugas.

Setelah Rani menjadi tontonan massal di restaurant, Rama tak mungkin membiarkannya sendirian. Bukan apa apa, bagaimana pun Rama dan Rani saling mengenal.

Jadi tak mungkin Rama tidak mempedulikan orang yang dia kenal jika dalam situasi berbahaya.

Mereka bertiga kini berada didalam mobil Rama yang berdiam diparkiran. Tempat paling aman saat ini, karena dimanapun mereka berada didalam mall semua mata pasti akan tertuju pada Rani.

Rama duduk dikursi pengemudi, dan tentu saja Nina duduk disampingnya.

"Makasih udah bantuin aku tadi" Ucap Rani dari arah belakang. Rama menatap sekilas melalui kaca tengah mobil, lalu mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Kalaupun yang tadi itu bukan kamu, aku tetep bakalan bantu"

Nina hanya bisa melirik kearah Rama, memperhatikan raut wajah Rama yang tampak menyimpan seribu pertanyaan.

Namun dalam situasi ini, Nina tidak bisa berkata banyak. Toh juga bukan Rama yang mengajak makan di restaurant itu, jelas ini semua hanyalah kebetulan.

Yang Nina tak habis pikir adalah bagaimana bisa wanita seambisius Rani menjadi wanita simpanan ? apa yang sebenarnya terjadi ?

Banyak sekali yang ingin ditanyakan oleh Nina, namun wanita itu memilih untuk menutup rapat bibirnya.

"kamu nggak mungkin pulang dengan penampilan gitu kan ? kamu pakai aja jaket aku. Nggak usah dipulangin" Tawar Rama.

Nina sontak menoleh pada Rama, dalam hatinya ia merasa tak terima Rama memberikan jaketnya kepada Rani.

Tapi sisi kemanusiaannya tidak bisa menyangkal kalau memang Rani tidak mungkin pulang dalam keadaan kacau seperti ini.

Rani menatap Rama melalui kaca tengah mobil, kedua tangannya memegang erat jaket Rama yang kini membalut dirinya.Memberikan kehangatan yang tak asing bagi Rani.

Dulu...

Rama sering memberikan jaketnya untuk Rani, dan kini pun sama. Hanya status mereka yang berbeda, sekilas Rani menatap kearah Nina yang duduk disamping kursi penumpang.

Keadaannya memang berbeda sekarang.

"Makasih..." gumam Rani lemah.

"Kalau kamu udah tenang, aku bisa bantu panggilin taksi" Tawar Rama lagi. Pria itu bersiap mengeluarkan handphonenya dari saku celana.

"aku...takut sendirian" ucap Rani kali ini yang sukses memancing emosi Nina hingga keubun ubun. Namun Nina tidak menyerang Rani, melainkan ia menyerang Rama dengan tatapn tidak suka.

Rama melirik pada Nina, kemudian menghela nafasnya.

"mungkin ada teman yang bisa kamu hubungi ?"

Rani kembali menatap Rama melalui kaca tengah mobil, "kamu tau sendiri kan aku dari dulu nggak punya temen deket " sahutnya kali ini.

Kali ini Rama memijat pangkal hidungnya, memikirkan apa yang mesti dilakukannya. Namun bagaimana pun Rama memikirkannya, pria itu tidak menemukan jawabannya.

Rama tidak mungkin menyuruhnya menelepon ibunya, karena pasti Rani tidak mau ibunya tau. Namun Rama tetap menanyakannya juga.

"Mama kamu ?" Tanya Rama.

RamaNina (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang