Nina memandangi cermin kecil ditangannya, memastikan penampilannya sudah pol maksimal. Cuaca cerah plus suami yang sukarela dengan sadar mengajak kencan, hari yang amat sangat membahagiakan untuk Nina.
"Ngapain sih kaya cacing nggak bisa diem dari tadi ?"ketus Rama yang sedang menunggu lampu merah.
Nina menutup cermin ditangannya lalu kembali memasukkannya kedalam tas kecil yang dipangkunya.
"emang ada orang yang nggak seneng diajak jalan jalan ? " ucap Nina.
"Lagian kan tadi lagi tidur tiba tiba dibangunin terus diajak kencan, ngana pikir saya akan melepaskan kegembiraan saya ?" lanjutnya.
Rama melipat bibirnya malas, kembali mengingat ingat kenapa tiba tiba dia beranjak kekamar dan mengganti pakaiannya ? mestinya dia lanjut bermain saja lagi!
"Lagian kamu mau ngapain di mall ? nggak bosen apa ?"
Nina menggeleng tegas,"Enggak dong, NIna sukanya main di mall. Ngabisin duit suami" kekeh Nina.
Rama langsung menatap sengit pada Nina "emang di Novel yang kamu baca tuh, nggak ada cerita istri yang nggak mau menghabiskan duit suami ?".
Nina menyenderkan tubuhnya pada kursi penumpang agar dirinya lebih nyaman. "Semua yang Nina baca tuh tentang istri yang mandiri gitu, nggak mau habisin duit suami" ucapnya lalu memiringkan tubuhnya hingga ia menghadap Rama.
Rama berdecih,
"Cihh, terus ? kamu nggak mau menerapkan dikehidupan nyata ?" Rama melirik sekilas kearah Nina.
Nina mengerutkan hidungnya "Ya enggak lah ! kalo bukan Nina yang habisin duit mas Rama, ntar ada wanita lain yang ngabisin"
Spontan Rama menoleh kearah Nina, lalu menarik pipi Nina "Kalo ngomong jangan ngasal". Nina kalo ngomong ngasal, emang dia kira aku lelaki apaan ? Gerutu Rama dalam hatinya.
Nina menarik tangan Rama yang mencubit pipinya, lalu menautkan jarinya disela sela jemari Rama. Kemudian mendaratkan kecupan manis pada punggung tangan Rama.
"lagi dijalan oi !" Rama sontak menarik tangannya dari genggaman Nina. Bukan apa apa, soalnya tiba tiba dada Rama merasa tersengat.
"Hehehe, jadi kalo lagi dirumah boleh ?" goda Nina sembari nyengir lebar.
Rama berdecak lalu mengalihkan pandangannya kearah jalan.
"Bukan muhrim" jawab Rama asal.
"Emang itu yang melingkar dijari Mas Rama cincin apaan ? cincin nemu dalam bungkus chiki ?" Balas Nina tak terima.
Rama menggaruk kupingnya, merasa percuma mendebat Ratu Sabrina istri liciknya.
**
Rama berjalan cuek meninggalkan gedung bioskop sembari memasukkan dua tangannya ke dalam saku jaketnya, sementara Nina setengah berlari menyamakan jalannya dengan Rama.
"Mas Rama Ihhh! nggak peduli banget istrinya ketinggalan dibelakang!" protes Nina yang akhirnya bisa menyamakan jalannya dengan Rama.
Bayangkan saja, Rama dengan kakinya yang panjang seperti tiang listrik dibandingkan kaki Nina yang pendek. Tentu saja kecepatan dan jangkauan langkah pasti Nina bakalan ketinggalan.
"Ya kamu jangan lama lama dong jalannya" Rama menghentikan jalannya lalu berbalik menunggu Nina menghampirinya.
"Ck" Nina berdecak lalu menarik tangan Rama keluar dari saku jaketnya. Sedetik kemudian Nina menggenggam tangan Rama.
Saat Rama hendak protes, Nina langsung memelototkan matanya dan menipiskan bibirnya. "Hishh!" ancam Nina.
Rama hanya bisa menarik nafasnya pasrah dan melanjutkan perjalannya mengitari Mall, menemani istri liciknya untuk menghabiskan duit suami.
"Habis ini mau kemana lagi ?"
"Laper, hehehe" jawab Nina sembari memperlihatkan cengiran diwajahnya.
"Oke, kamu yang tentukan tempatnya" Rama malas memikirkan akan makan dimana, karena itu dia akan membiarkan Nina memilih tempat makan mereka.
Nina dengan semangat menggeret Rama mencari cari tempat makan yang enak, yang tidak terlalu ramai tapi sudah pasti enak.
sekitar sepuluh menit Nina memutar pandangannya untuk mencari tempat mereka akan makan, setelah itu Nina menggeret Rama menuju tempat makan yang selama ini ingin Nina coba karena melihat dari istagram.
"Buat dua orang Mas" ucap Nina pada pelayan restauran. Kemudian mereka mengikuti dari belakang si pelayan menuju ke tempat duduk yang diarahkan oleh pelayan.
belum sampai mereka ke tempat duduknya, pandangan mereka teralihkan oleh suara bantingan pecah. Entah gelas atau piring, mereka tidak tau lagi.
Karena kini fokus mereka malah tertuju kearah sumber suara, tampak seorang Wanita berusia empat puluh tahunan sedang menampar dengan keras seorang wanita muda dihadapnnya hingga wanita itu mundur kebelakang.
Tak hanya itu Wanita berusia empat puluh tahunan itu lalu menjambak wanita yang ada dihadapannya.
Nina terkesiap ditempatnya berdiri sekarang, setelah mengetahui siapa korban penyerangan Wanita itu.
"Rani!" Teriak Rama yang Nina tidak tau sejak kapan suaminya itu beranjak dari tempatnya, karena kini yang dilihat oleh Nina adalah Rama langsung menghampiri Maharani.
Rama dengan cekatan melepaskan jaket yang dipakainya dan memakaikannya pada Rani yang kini terlihat basah kuyup, mungkin karena disiram.
Jantung Nina berdegup dengan cepat, tangannya bergetar terutama saat melihat suaminya tengah melindungi wanita lain bukan dirinya.
Nina menarik nafasnya dalam, berusaha menetralkan emosi yang kini bergejolak dalam dadanya. Nina tidak bisa membiarkan emosinya bergerak sembarangan disaat seperti ini.
Dengan berat hati, Nina melangkahkan kakinya kearah Rama kini berada.
"Kamu siapa ?!" teriak Wanita hampir paruh baya itu pada Rama.
Rama memeluk pundak Rani dan berusaha melindunginya. "Anda yang siapa ? kenapa melakukan kekerasan gini ?" balas Rama.
Wanita itu mengangkat tangannya dan menunjuk Rani "Heh! kamu dengar ya, dia itu udah selingkuh dengan suami saya! dia ini simpanan suami saya !! kamu siapanya hah ?!"
Rama reflek menatap Rani, sementara wanita yang ditatap tak berani melihat kearah Rama.
"dari pada ibu pakai kekerasan begini, lebih baik dibicarakan baik baik kan ?" Rama berusaha menetralkan suasana.
"Enak aja kamu ngomong ! dia memang pantes diperlakukan begini, perebut suami orang ! sini kamu saya injek !" Teriak Wanita itu histeris.
Nampak orang orang berusaha menahan wanita itu, salah satunya adalah Nina yang tertangkap mata Rama.
"Lepasin saya!!! kalian nggak tau gimana perasaan saya!! Rumah tangga saya hancur karena dia!!!" Teriak si Wanita, kali ini sambil menangis.
"Tante, kendalikan diri tante. Diliatin banyak orang tante, kalau ketauan anak bisa malu" Bisik Nina ditelinga si wanita.
"kamu siapa?" Waita itu bertanya galak pada Nina.
Nina celingukan, "eh, umm, saya warga sekitar" Jawab Nina asal. Nina kemudian mengusap bahu wanita yang kini sedang menangisi rumah tangganya.
"Saya nggak tau apa yang tante alami, dan saya mungkin nggak akan ngerti gimana rasanya. Tapi yang saya tau, waktu bakalan menyembuhkan tante dan keluarga tante" ucap Nina tulus.
Nina memang tidak tau bagaimana perasaan wanita itu, dan tidak akan mengerti bagaimana rasanya. Nina pun tak mau kalau sampai merasakan hal seperti itu.
Namun Nina sungguh berharap untuk semua wanita yang hatinya dihianati oleh pasangannya agar tetap kuat melewati kesakitan mereka. Karena bagi Nina, perasaan seorang Istri adalah yang paling kuat didunia ini.
........................................
Double up ya.
Terima kasih yang sudah baca .
KAMU SEDANG MEMBACA
RamaNina (End)
Romanceini kisah Rama dan Nina. Kisah Nina yang selalu mengejar Rama, kisah Rama yang tidak pernah mengakui perasannya. Walaupun diacuhkan berkali kali, Nina tetap kembali pada Rama. Tidak ada rotan akar pun jadi, mati satu tumbuh seribu. Berbagai macam pe...