Nina menutup matanya, tubuhnya bersandar lemah pada kursi penumpang. Tubuh dan pikirannya sangat lelah hari ini, semua energi yang dimilikinya telah terkuras habis.
Nina tidak ingin membuka matanya, ia tidak ingin Rama membahas apa yang terjadi hari ini. Karena hatinya belum siap untuk mendengarkan segala penjelasan yang akan diutarakan oleh Rama.
Begitupun Rama yang sedang berada dibalik kemudi mobil, diam tanpa kata. Jika bisa berkata jujur, pikiran Rama terbelah menjadi dua saat ini. Satu sisi ia memikirkan apa yang dikatakan oleh Rani tadi, namun disisi lain ia juga penasaran akan apa yang sedang dipikirkan oleh Nina saat ini.
Begitu tiba dirumah mereka, Nina langsung melangkah gontai masuk kedalam meninggalkan Rama yang masih berada didalam mobil nya.
Nina mendudukkan dirinya dipinggir tempat tidur, mengusap lelah wajahnya. Nina tidak bisa melupakan apa yang ia dengar dari percakapan kedua mantan kekasih itu. Hatinya bagaikan tenggelam di lautan kesakitan.
Nina sadar, harusnya ia bertanya pada Rama hingga tidak perlu ada kesalah pahaman diantara mereka. Namun hatinya belum siap.
Nina bahkan langsung berdiri saat pintu kamar mereka terbuka begitu melihat Rama berjalan masuk kedalam.
"Nina mau mandi dulu" ucap Nina basa basi. Tak ingin berlama lama berada dalam situasi yang canggung, Nina bergegas membawa langkah kakinya menuju kamar mandi.
Rama bisa dengan jelas melihat Nina menghindarinya, namun dirinya tidak bisa berbuat apa apa. Rama sadar dirinya yang sekarang belum bisa memberikan jawaban atas pertanyaan Nina selama ini.
"Nina..." Gumam Rama saat Nina memasuki kamar mereka setelah ia selesai membasuh tubuhnya.
Nina berhenti, matanya menatap nanar pada Rama yang kini berdiri menatapnya.
"let's talk"
Rama tidak ingin berlarut larut berada dalam situasi yang tidak mengenakkan. Rama juga paham betul kalau Nina berhak mendapatkan penjelasan darinya.
Nina menarik nafasnya berat, hatinya berkata ia tidak siap. Namun ia juga harus memberikan Rama kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi hari ini.
Nina mengangguk pelan, lalu mengambil posisi duduk dipinggir tempat duduk mereka. Pun Rama yang juga duduk dipinggir tempat tidur kini sudah saling berhadapan dengan Nina.
"aku yakin banyak yang mau kamu tanyain, kamu boleh tanya apapun" buka Rama yang sudah siap menjelaskan apapun yang ditanyakan oleh Nina.
"Mas Rama kelihatan khawatir banget waktu tau Mbak Rani masuk IGD tadi, Nina nggak suka kalau Mas Rama mengkhawatirkan wanita lain selain Nina, apalagi dia itu Mbak Rani" tutur Nina yang mulai mencurahkan apa yang ada didalam pikirannya.
Rama menggaruk pelipisnya, dalam benaknya sedang memilih kata yang tepat untuk menjelaskan tindakannya tadi.
"Kamu tau aku kenal dan dekat sama Rani itu lama, jadi aku nggak bisa gitu aja mengabaikan ibunya yang panik terus telepon aku"
Nina mendongak, merasa tidak puas akan jawaban Rama.
"Nggak bisa mengabaikan ibunya, atau Mbak Rani nya ?" tanya Nina terus terang.
Rama merapatkan bibirnya, berusaha menelan ludahnya. Sejujurnya ia tak dapat menampik kenyataan kalau ia juga khawatir dengan keadaan Rani.
Dada Nina mulai bergemuruh menatap raut wajah Rama yang tak bisa menyangkal kekhawatirannya. Namun Nina berusaha untuk tetap tenang, tetap ingin membicarakan segalanya dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RamaNina (End)
Romanceini kisah Rama dan Nina. Kisah Nina yang selalu mengejar Rama, kisah Rama yang tidak pernah mengakui perasannya. Walaupun diacuhkan berkali kali, Nina tetap kembali pada Rama. Tidak ada rotan akar pun jadi, mati satu tumbuh seribu. Berbagai macam pe...