Chapter 28 | Pengakuan

2.9K 167 3
                                    

Tepat saat air matanya akan turun, Nina merasakan genggaman tangan Rama. Tangan hangat Rama melingkupi tangan kecil milik Nina.

Nina menatap kearah Rama dengan tatapan sendu, apa Rama memperhatikannya ?

"Maaf tante, tapi Rama udah nikah sekarang"

Nina terkejut mendengarnya, menatap tak percaya pada Rama. Pun dengan ibunya Rani, wanita paruh baya itu merasakan keterkejutan pada dadanya.

"hah ? kamu udah nikah Ram ? sama siapa ?" Ibunya Rani setengah berteriak kala mendengar calon mantu idamannya itu telah menikah.

Rani menatap tangan Rama yang menggenggam tangan Nina dengan tak percaya "jangan bilang kamu..." Rani tak bisa melanjutkan kalimatnya.

Setau Rani, Nina memang menyukai Rama sejak dulu. Namun Rani tidak pernah ambil pusing karena Nina adalah sepupunya Rama.

Namun kini hal yang menurutnya tidak mungkin, malah terjadi. Bahkan lebih jauh dari yang ia duga, bahwa kini Rama telah menikah dengan Nina sepupu tiri kecilnya.

Ibunya Rani menatap Rama dan Nina bergantian, mencoba memahami apa maksud putrinya.

"Ini Nina, Istrinya Rama tante" Ucap Rama sopan.

**

Nina terduduk lesu diatas ranjangnya, serasa habis diterjang badai tiba tiba. Tak menyangka akan bertemu dengan Rani, dan Ibunya juga.

Rama yang baru menyelesaikan mandinya, berjalan mendekati ranjang. Matanya menangkap Istrinya yang kini tengah terduduk lesu, hanyut dalam lamunan yang dalam.

Rama pun sama terkejutnya dengan Nina, tak pernah sekalipun menyangka kalau dia akan bertemu dengan Rani dan ibunya di acara ulang tahun seorang anak TK. Muridnya Nina.

Rama menghempaskan dirinya dipinggir Ranjang, tepat disamping Nina. Menatap wajah lesu istrinya.

"Nina" ucapnya pelan, rasanya tak tega melihat Nina menjadi murung karena kejadian tadi. Entah apa yang berada dalam pikiran Nina saat ini. Yang pasti Rama tidak suka melihat istri nakalnya itu muram.

"Nina" ucapnya sekali lagi, kali ini tangannya menggenggam tangan Nina dan membawa tangan istrinya keatas pangkuannya.

Nina merundukkan wajahnya, Rama bisa mendengar Nina menangis. bahu Nina nampak bergetar, Rama mengerti bahwa sejak tadi Nina berusaha menahan tangisannya.

Tangan Rama mengusap kepala Nina, lalu membawanya kedalam pelukan Rama. Nina tidak bisa lagi menahan airmatanya.

Nina menangis kencang dalam pelukan Rama, memeluk Rama dengan erat. Memegang Rama, seakan takut Rama pergi dari sisinya.

Nina takut, Nina takut Rama akan berpaling darinya dan kembali pada Rani. Nina takut ditinggalkan oleh Rama, Nina tidak berani membayangkannya.

Seolah tau apa yang ada didalam pikiran Nina, Rama mengusap usap kepala Nina "Nina, aku disini. Aku nggak kemana mana" ucap Rama yang semakin membuat Nina menangis.

Rama sama sekali tidak berniat membiarkan kesalah pahaman terjadi, Rama tidak bermaksud membuat orang orang berpikir kalau dia pria yang belum menikah.

Karena bagi Rama, janjinya dihadapan penghulu dan orang orang harus dia pegang teguh sampai akhir.

Karena bagi Rama, menikah hanya untuk sekali seumur hidup. Rama tak pernah berniat untuk pergi dari Nina.

Rama hanya butuh tambahan waktu untuk terbiasa, terbiasa dalam alam bawah sadarnya kalau Nina adalah wanita dewasa. Bukan sepupu kecilnya dulu.

Saat tangisan Nina mulai mereda, Rama mengurai pelukan mereka. Rama bisa melihat wajah sembab Nina, ibu jarinya mengusap air mata yang terjatuh dipipi Nina.

"Aku disini Nina, nggak akan kemana mana" ucapnya pelan. Matanya menatap kedua netra hitam milik Nina.

Rama memperhatikan setiap inchi struktur wajah Nina. Wajah Nina memang masih seperti anak kecil, matanya bulat dan pipinya yang kemerahan.

Rama tidak pernah menyadarinya selama ini.

Rama meraih wajah Nina dan mengecup kedua pipi Nina dengan lembut. Matanya kembali menatap netra hitam milik Nina, hingga akhirnya Rama memberikan sebuah ciuman pada bibir milik Nina.

Nina menutup rapat kedua matanya, membiarkan Rama menjarah bibir miliknya. Nina lalu melingkarkan tangannya pada pinggang Rama saat ciuman mereka berubah menjadi ciuman yang intens.

Nina tidak tau apa yang terjadi, yang jelas yang Nina tau adalah Rama yang lebih dulu menciumnya. Jantung Nina berdebar, ada rasa menggelitik didada dan diperutnya. kalau ini hanya mimpi, Nina memohon dalam hatinya agar durasinya diperpanjang.

Dengan perlahan Rama mengurai ciuman mereka, Nina tampak bersemu merah. Kemudian ia mendaratkan kecupan didahi Nina.

"Nggak mau dilanjutin mas ?" celetuk Nina mencoba menetralkan suasana yang mulai panas. Bukan panas karena pertengkaran, tapi panas karena Rama yang memulai.

Rama berdehem, lalu menoyor dahi Nina dengan jari telunjuknya. "hari ini sampai sini dulu" ucapnya singkat.

"berarti bakalan ada lain kali dong" ujar Nina sumringah.

"Kita liat nanti sist" balas Rama yang merasa malu. Dirinya sendiri pun tak menyangka kalau dia akan memulai duluan untuk mencium Nina.

Rama tidak bisa melanjutkan lebih jauh lagi, Rama tidak mengerti. Ada rasa takut dalam hatinya, bukan takut, lebih tepatnya Rama merasa belum siap.

Tahap selanjutnya pastilah tahapan yang lebih serius lagi, Rama merasa harus mempersiapkan mentalnya sedikit lagi.

Nina manyun, namun tak juga dapat menyembunyikan raut bahagianya. Rama menciumnya, Rama yang lebih dulu menciumnya dan kali ini bukan hanya nempel tapi lebih dari sekedar tempel.

Nina ingin menari nari rasanya, namun malu karena ada Rama.

Nina menatap Rama yang kini tengah berada diatas ranjang dalam balutan selimut. Rama tampak sedang menatap Nina, lalu memberikan isyarat pada Nina untuk tidur juga.

menutupi debaran jantungnya, Nina langsung bergabung dengan Rama dan memeluknya dalam tidurnya.

Hari ini hari yang luar biasa, ada rasa sedih dan juga senang dalam hari yang sama.

................................................................................................................

Selamat Malam dari Mas Rama dan Nina.

Ada yang nungguin kah ? semoga suka part yang ini ya.

RamaNina (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang