Rama tidak bisa focus pada kerjaannya, daaaannnn semua ini gara gara Nina si anak manja tukang paksa !
Lah, gimana bisa tidur kalau 'dedek'nya semalaman disiksa sama Nina. Bukan gimana gimana ya, tapi kan Rama cowok normal yang hormonnya juga lagi bagus bagusnya.
Terus disuruh tidur peluk pelukan sama anak gadis berkulit mulus, berambut halus tanpa diapa apain. Yaaahh, salah Rama juga sih pake sok sok nggak mau ngegas. Padahal kalau Rama mau, Nina nya juga nggak masalah.
Rama emang munafik, sok sok nggak mau begituan dengan alasan nggak mau jadiin Nina pelarian. Padahal mah sebenarnya Rama takut aja tuh, kalau dia menuntaskan kewajibannya sebagai suami malah nanti terjalin ikatan batin antara dia dan Nina. Jadi susah lepas nantinya.
Eh, tapi kan emang Rama nggak ada niatan buat pisah, karena dari awal Rama sudah siap dengan segala komitmen jangka panjang yang akan diambilnya. Menikah bukan permainan, dan hanya akan Rama jalani sekali seumur hidupnya.
Jadi, intinya cepat atau lambat dia pasti bakal begituan juga kan dengan Nina ? Duh, wajah Rama memerah membayangkannya.
Tapi kaaaan, Nina masih keciiillll gerutu Rama dalam hati.
Alasan lain yang menjadi alasan Rama adalah, Nina adalah adik sepupunya. Sejak kecil Rama sudah mengenal Nina, bayangkan aja kita mesti menikah dengan saudara sepupu sendiri. Yah meskipun mereka tidak berbagi darah yang sama. Karena Nina adalah anak sambung dari tantenya Rama.
Aaaaakkkkkk, pusing ahhh ! Rama Lelah bertengkar dengan pikirannya sendiri.
Sementara itu Imam memandangi Rama yang bergelagat aneh pagi ini, pria itu berkali kali meneguk air digelasnya lalu menghembuskan napas kasar. Tidak biasanya, pikir Imam.
"Dek Rama kenapa ?" ejek Imam yang hanya dibalas lirikan malas dari Rama. Rama kembali focus pada laptop dihadapannya, malas menanggapi Imam. Padahal sebenarnya pikirannya sedang melanglang buana menyapa Nina dalam bayangannya.
Bisa gawat kalau tiga kunyuk ini tau kalau Rama sedang memikirkan Nina.
Haish! Lagian juga Nina kenapa mesti ngerek minta dipeluk sih kemarin ? gerutu Rama dalam hatinya.
Jika kemarin Nina bisa tidur dengan nyenyak bagaikan disurga, lain halnya dengan Rama. Pria berusia dua puluh Sembilan tahun itu malah tidak bisa tidur. Bahkan sampai sekarang saja dia masih bisa merasakan hangatnya tubuh Nina, bahkan rambut Nina yang wangi masih bisa dirasakan Rama dengan jelas.
Mamiiii, tolongin anaknya miiiii. Rengek Rama dalam hatinya. Rengekan Rama terhenti saat kepalanya ditoyor oleh Ridho.
"Kamu lagi mikir jorok kaaan ? dari tadi gelisah, terus telingamu merah begini" ledek Ridho. Imam yang sedari tadi menmandangi Rama ikut menimpali omongan Ridho.
"bener loh tapi yang kamu bilang do. Buktinya nih anak dari tadi nenggak minum terus, gelisah terus tuh dari tadi" cerocos Imam.
Rama berdecih kesal lalu mengangkat kepalanya sambil melipat kedua tangannya didepan dada. "Ck, daripada kalian sibuk ngurusin aku, mendingan kalian balik kerja sana"
Nanda yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya akhirnya tak tahan juga "Hiliiihhhh, perasaanmu doang kali. Siapa yang sibuk ngurusin kamu. Kita Cuma males denger suara desahan kamu dari tadi. Kalo suaranya Nina mah nggak apa apa"
Rama menatap kesal pada Nanda, seenaknya nyebut nyebut nama Nina "shut up!" balas Rama malas.
"heh, Ram. Ini minggu depan si Pak Darma minta kita presentasi di kantornya. Katanya direktur mereka pengen lihat customer portalnya gimana bentukannya" ucap Ridho kembali duduk dimejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RamaNina (End)
Romanceini kisah Rama dan Nina. Kisah Nina yang selalu mengejar Rama, kisah Rama yang tidak pernah mengakui perasannya. Walaupun diacuhkan berkali kali, Nina tetap kembali pada Rama. Tidak ada rotan akar pun jadi, mati satu tumbuh seribu. Berbagai macam pe...