"Assalamualaikum....." Teriak Nina saat ia memasuki kediaman Wulan, kakak Rama.Pagi ini Nina sudah merusuhi Rama yang sedang terbuai dalam pelukan selimut dan bantal bantalnya. Pasalnya keluarga mereka akan mengadakan pengajian tujuh bulanan Wulan yang saat ini akan dikaruniai anak kedua.
"Waalaikumsalam...." Sahut semua yang sudah tiba dirumah Wulan. Ada Mami dan Papi Rama, Ayah dan Bunda Nina, beserta Ryan adiknya dan sanak saudara yang lain. Namun sepupu mereka Bramantyo tidak bisa datang karena sedang berada diluar kota.
"Mi,Bun, ini ditaro dimana ?" tanya Nina begitu melangkah masuk ke dapur. Ayahnya dan papi Rama sedang sibuk mengobrol diruang tamu. Sedang Mami dan Bundanya sibuk menata kue kue diatas piring kertas untuk di hidangkan sepanjang pengajian nanti.
"Taro disana aja mbak" tunjuk bunda ke meja yang berada disamping Nina. "Mbak Wulannya dimana Mi ?" Tanya Nina yang sejak tadi belum melihat si empunya acara.
"Emang nggak ada didepan ? kalo nggak ada ya berarti dikamar" Mami Rama balik bertanya, sementara tangannya tetap cekatan menata kue.
"Kalian udah pada sarapan belum Nin ?" Tanya Mami lagi. Mengingat sekarang baru jam delapan pagi, dikurangi satu jam keberangkatan dari rumah mereka, ada kemungkinan mereka masih belum sarapan.
Nina menggeleng pelan "belum Mi, tadi Mas Rama dibanguninnya susah. Jadi nggak sempat sarapan" ujarnya.
"Yaudah, Mas mu diambilin sarapan dulu tuh, ntar sensi kalo perutnya kosong" lanjut Mami.
Nina nyengir kuda, merasa geli mendengar perkataan Maminya Rama. Karena memang Rama akan sangat sensi jika perutnya sedang kelaparan.
"Sekalian tolong panggilin adekmu ya mbak, dia juga belum sarapan tuh tadi" sambung Bunda yang ingat jika anak bontot nya juga belum mengisi perutnya.
"Lah, emang bunda kesiangan juga tadi ?" Tanya Nina heran, karena Ayah dan Bundanya adalah tipe orang yang suka bangun pagi, jadi kesiangan itu jarang terjadi dalam keluarga mereka.
"Enggak sih, tapi Bunda malas masak aja. Jadi mau numpang makan disini" ujar Bunda sembari tertawa renyah.
Nina mendengus "Ohh, kalo itu emang nggak bisa diapa apain sih bun" Nina pun ikutan tertawa. Karena memang Nina sering sekali tidak memberikan Rama sarapan karena ia kehabisan ide mau masak apa pagi pagi.
Nina kemudian menghampiri Rama yang sedang duduk berduaan dengan adiknya disofa dengan handphone ditangan mereka.
Nina menepuk pundak Rama yang mau tak mau membuat Rama menoleh sekilas "Kenapa ?" Tanya Rama yang tatapannya kini sudah kembali pada benda persegi ditangannya itu.
"Mas mau sarapan dulu nggak ? biar Nina ambilin" Tawar Nina.
"Ohh, boleh..." Jawab Rama tanpa melihat kearah sang istri yang sedang menawarinya makanan. Meski merasa jengkel, Nina tetap mengambilkan sarapan untuk Suami tercintanya itu.
"Mbak Wulan cantik banget..." Puji Nina saat melihat Wulan keluar dari kamarnya, seakan dia lupa kalau ia berjanji untuk mengambilkan sarapan Rama.
Nina melihat Wulan yang tampak cantik dengan balutan gamis berwarna pastel lengkap dengan make up tipisnya. Nina bisa lihat perut Wulan yang sudah sangat terlihat, karena usia kehamilanya yang sudah menginjak tujuh bulan.
Nina tidak tau bagaimana rasanya menjadi seorang calon ibu, tentu saja ada rasa iri yang diam diam terselip dibalik hati Nina. Membayangkan memiliki seorang anak yang merupakan perpaduan antara dirinya Rama pasti sangat membahagiakan.
Namun, apakah Rama juga memiliki pikiran seperti itu dalam hatinya ? atau bahkan sama sekali tidak pernah memikirkannya ? atau hal yang paling menakutkan untuk Nina adalah kalau Rama tidak ingin memiliki anak bersamanya ?
KAMU SEDANG MEMBACA
RamaNina (End)
Romanceini kisah Rama dan Nina. Kisah Nina yang selalu mengejar Rama, kisah Rama yang tidak pernah mengakui perasannya. Walaupun diacuhkan berkali kali, Nina tetap kembali pada Rama. Tidak ada rotan akar pun jadi, mati satu tumbuh seribu. Berbagai macam pe...