Nina termenung sembari menatap jalanan dihadapannya, kepalanya ia sandarkan pada kaca mobil. Pikirannya menerawang pada percakapan ia dan Rama setengah jam yang lalu.
Rama bersikeras untuk pergi ke rumah sakit, tempat Rani sedang dirawat saat ini. Nina tidak bisa membiarkan itu terjadi, meskipun Rama melakukannya dengan alasan kemanusiaan. Tetap saja dulu mereka pernah saling berbagi kenangan yang sama.
"Nina juga harus ikut, dan Nina nggak perlu izin Mas Rama untuk ikut" tegas Nina saat itu.
Dari tempat ia duduk saat ini, Nina bisa melihat kekalutan dalam raut wajah Rama. Pria yang biasanya menyetir mobil dengan tenang, kini berganti menjadi sosok yang ugal ugalan. Seakan Rama takut terjadi sesuatu hal yang buruk pada Rani.
Hati Nina meringis, Nina tidak bisa membaca jalan pikiran Rama. Apakah Nina yang terlalu berpikiran buruk ? atau memang Rama sedang sangat khawatir saat ini ?
begitu mereka tiba di rumah sakit, Rama langsung bergegas menuju IGD. Tidak peduli apakah Nina berada disamping nya, atau bahkan jauh dibelakangnya.
Nina tertinggal dibelakangnya, dan hanya bisa menatap punggung Rama yang menghilang dibelokan halaman rumah sakit saat mereka berjalan menuju IGD.
Dengan nafas yang sedikit tersengal, Nina berjalan menuju kearah dimana Rama sedang berdiri sekarang. Dari kejauhan, Nina bisa melihat siapa saja yang berada dibalik tirai yang menjadi pembatas tempat tidur satu dan lainnya di ruangan IGD.
Seorang wanita yang sedang memejamkan matanya diatas tempat tidur, seorang wanita paruh baya yang sedang menumpahkan air matanya dalam rengkuhan suaminya itu.
Dalam diam, Nina bisa memaklumi mengapa Rama memeluk wanita paruh baya yang sedang menangis itu. Perasaan cemas seorang ibu saat melihat anak kesayangannya hampir berjalan melewati pagar pembatas antara kehidupan di dunia dan di alam yang tidak Nina ketahui bagaimana suasana nya.
"tante nggak tau kenapa dia mau coba bunuh diri Ram, yang tante tau dia selalu baik baik aja" ujar ibu Rani sembari menghapus air matanya mencoba untuk tetap berdiri tegar.
Nina masih diam memperhatikan, tapi matanya justru menangkap sesuatu yang menyakiti hatinya sendiri.
dari balik matanya, Nina tau bahwa kini Rama sedang merasa sangat khawatir. Sorot matanya yang tak lepas memperhatikan bagaimana wanita yang dulu pernah dia cintai kini erbaring memejamkan matanya.
Nina merasakan sesuatu yang sangat tajam sedang menghunus hatinya, jauh didalam hatinya Nina tidak mau Rama mengkhawatirkan wanita lain selain dirinya. Namun Nina hanya bisa menyimpannya rapi di satu sudut hatinya.
"eunghh..."
Rani mulai membuka matanya, Rama yang sejak tadi tidak melepaskan pandangannya dari Rani langsung bergegas membantu Rani yang hendak bangkit.
"are you okay ?" tanya Rama begitu Rani berhasil duduk bersandar pada tempat tidur.
Belum sempat Rani menjawab, Ibunya sudah lebih dulu menghambur memeluk anaknya. Suaranya tidak bisa menutupi kekhawatirannya.
"Kenapa sih nak ? kenapa kamu sampai coba mau bunuh diri nak ?" isak tangis ibunya, bibirnya tak henti menghujani wajah Rani dengan kecupan sembari tangannya mengusap lembut wajah cantik putrinya.
Rani tak menjawab, matanya malah menatap Rama yang berdiri di sisi satunya dengan tatapan sendu. Seolah ada sesuatu yang ingin ia ungkapkan, namun urung karena ada orang lain diantara mereka berdua.
"Nin, bisa tolong temenin tante Yani beli minum, tante Yani kayanya butuh istirahat" pinta Rama pada Nina. Ia meminta Nina untuk menemani Ibu nya Rani istirahat, sementara Rama akan menemani Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
RamaNina (End)
Romanceini kisah Rama dan Nina. Kisah Nina yang selalu mengejar Rama, kisah Rama yang tidak pernah mengakui perasannya. Walaupun diacuhkan berkali kali, Nina tetap kembali pada Rama. Tidak ada rotan akar pun jadi, mati satu tumbuh seribu. Berbagai macam pe...