Chapter 19 | Terlantar

2.5K 180 10
                                    


Nina membanting pintu kamarnya, tidak peduli apakah bangunan rumah ini akan roboh tidak. Bagitu pintu kamar tertutup dengan sempurna, Nina langsung terduduk lemah dipinggiran Kasur empuknya.

Hanya satu kalimat dari Rama, tapi itu sukses membuat Nina merasakan sakit didalam hatinya. Nina menatap nyalang kearah langit langit kamarnya, berusaha agar butiran bening yang menggenang dipelupuk matanya tidak terjun bebas kebawah.

Semakin ditahan tangisnya justru semakin membuat Nina ingin menangis.

"huuuuhuuuuu....." Geram Nina kesal sambil mengguling gulingkan tubuhnya diatas kasurnya. Nina tau, Nina paham betul kalau Rama memang tidak mencintai gadis itu.

Tapi yang Nina ingat, tidak pernah ada yang memaksa Rama menikahi Nina. Bahkan Nina tidak ingat ada drama drama penolakan, ataupun ancaman coret dari daftar ahli waris jika Rama tidak menikahi Nina.

Nina memandangi cincin yang melingkar Indah di jari manisnya, Nina ingat dulu saat dia memilih cincin untuk pernikahan mereka Rama tidak terlihat antusias apalagi repot. Bahkan Rama ikut bersama Nina membeli cincin juga berkat hasil dari kelicikan Nina. Yaitu memasang wajah memelas.Ahh, hati Nina makin sakit mengingatnya.

Sementara itu, dikamarnya Rama memikirkan apa yang terjadi barusan.

Pria itu memikirkan lagi apa yang dikatakan nya tadi. Apakah dia sudah keterlaluan ? Rama menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal. Berharap ada yang memberitahunya jika dia salah.

Rama menghendikkan bahunya, lalu memaksakan tubuh dan pikirannya untuk tertidur. Nina pasti hanya akan marah sebentar saja, karena menurut Rama ini bukan masalah yang patut dibesar besarkan. Benarkan ?

Namun sepertinya, apa yang diangaap kecil oleh Rama justru dianggap sebaliknya oleh istrinya. Karena pagi ini Nina memutuskan untuk memperlihatkan rasa marahnya pada Rama. Suaminya itu harus tau, kalau Nina memiliki perasaan dan perasaannya sedang tersakiti saat ini.

"Mas nggak usah anter Nina hari ini, Nina berangkat sendiri aja" Ucap Nina seraya berjalan kearah tempat cuci piring untuk meletakkan piring kotor bekas makannya.

Rama menatap Nina keheranan "Kenapa ?"

Nina tidak menjawab dan hanya diam, berjalan kearah Rama dan mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan suaminya itu.

Rama tidak serta memberikan tangannya dan bertanya sekali lagi "Kenapa ?" Tanya Rama menekankan agar istri nya itu menjawab.

"Nggak apa apa, Nina mau berangkat sendiri aja" Ucap Nina singkat, lalu mengambil tangan Rama dengan Paksa. "Oh iya, pulangnya nggak usah jemput Juga"

"Assalamualaikum" Ucap Nina lagi sambil berjalan keluar rumah tanpa mempedulikan reaksi kebingungan Rama.

Biarin Nina, kamu emang berhak marah. Yang kamu lakukan tadi tidak termasuk perilaku kurang ajar terhadap suami ucap Nina dalam hatinya.

**

Seharian mengajar di TK nya Nina merasa gelisah. Bagaimana tidak jika dari tadi Nina mengecek notifikasi di HP nya, tapi tidak ada satupun whatsapp atau telepon atau apapun itu dari Rama.

"ihhhhhh, gimana sihhhh orang lagi ngambek malah didieminnnn" gerutu Nina kesal sendiri.

"kamu kenapa Nin ? dari tadi ngomel sendiri, muka cemberut melulu" Winda salah satu temannya mengajar di TK ternyata memperhatikan perilaku Nina sedari tadi.

Nina menoleh masih dengan wajah cemberutnya "Nggak apa apa mbak Win, lagi sebel aja" jawab Nina singkat.

Winda mengerutkan dahinya heran tapi juga ingin tertawa "Sebel kenapa sih Nin ? berantem nih pasti sama mas mu ? yak an ?" tanya Winda kepo.

RamaNina (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang