Chapter 39 | Please

5.4K 242 29
                                    


"Ramaaa, aku hamil Ram" Rani langsung memeluk Rama dan menumpahkan tangisannya.

Rama tertegun, terdiam ditempatnya berdiri kini. Rani sedang memeluk tubuhnya, sementara Nina berdiri dibelakanganya.

Rama bahkan tidak berani menolehkan kepalanya kebelakang. Entah apa yang ada didalam pikiran Nina saat ini. Yang jelas, bukan Rama yang menghamili Rani.

Rama tidak bisa membalas pelukan Rani, bahkan hanya sekedar untuk menenangkan seorang teman yang sedang membutuhkan bantuan.

Nina tak bisa menahan air matanya, melihat Rani menangis dan memeluk Rama tepat dihadapannya sungguh mengundang bara kemarahan dalam diri NIna. Nina tau bagaimana rasanya menangis didalam pelukan Rama. Rasanya semua kegundahan hatinya sirna begitu saja.

Tapi, kini Nina melihat Rani yang melakukan itu pada Rama. Sungguh, sumpah Nina ingin menjambak rambut Rani saat ini juga. Tapi, Nina sedang tidak ingin mengotori tangannya.

apa katanya tadi ? hamil ? anak siapa ? tidak mungkin anak Rama kan ?

Nina mengambil langkah lebar menuju kekamarnya, lalu membanting pintu kamarnya dengan sangat kuat.

bantingan pintu membuat Rani terkejut dan melepaskan pelukannya pada Rama. Entah Rani sadar atau tidak saat melakukannya, tapi ini adalah rumah Rama. Rumah dimana Rama dan Istrinya tinggal.

"Maaf..." cicit Rani sambil mengusap air matanya.

Rama tak berkata apapun, hanya menatap Rani. Karena kini pikirannya bukan sedang memikirkan siapa yang menghamili Rani, melainkan apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya saat ini.

Salah paham kah dia ?

mau tak mau Rama mempersilahkan Rani masuk. Melihat tampang kusut Rani, tidak mungkin Rama langsung mengusirnya. Apalagi jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

Rani duduk sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tak bisa menghentikan air matanya, bagaimana dirinya bisa kelepasan hingga hamil ? Apalagi jika mengingat saat ini pria yang menghamilinya sudah beristri.

"Aku nggak tau harus gimana lagi Ram..." ucap Rani disela isak tangisnya. Rama beranjak dari posisinya, dan berjalan menuju arah dapur.

"Minum dulu" Rama meletakkan segelas air putih dihadapan Rani. Rani mendongak "Nina ?" seolah baru sadar kalau dirumah ini bukan hanya ada Rama, tapi juga Nina.

Rama hanya tersenyum, lalu berbalik meninggalkan Rani. Membawa langkah kakinya menuju kamar mereka. .

dengan perasaan gugup, Rama memutar gagang pintu kamar. Dengan perlahan mendorong pintu berbahan kayu yang sangat kokoh, hingga ia bisa melihat Nina yang sedang terduduk ujung kasur mereka.

"Nina..." panggil Rama pelan. Yang dipanggil tak menyahut, Nina mengusap air matanya. Rama berjalan perlahan, mendekat kearah Nina.

"Aku nggak tau kalau dia bakalan kesini" Rama mencoba memberikan penjelasan. Nina masih diam, menggigit bibir bagian dalam karena menahan tangisannya.

"kamu nggak berpikir...aku.. yang.. meng.." cicit Rama ragu ragu sembari menelisik wajah Nina yang terlihat sembab.

Nina kontan melotot pada Rama, wanita itu lalu berdiri dan mengambil bantal yang ada disampingnya lalu melemparkannya ke tubuh Rama.

"Jahat  !! Kenapa kamu tega banget sih ?! aku masih ada di rumah, tapi kamu bawa kesini ?!!!!" Teriak Nina sekuat tenaga.

"I hate you !! I hate you!!"

Air matanya tak dapat lagi bendung, Nina menangis sekencang yang dia bisa. Tak peduli apakah Wanita itu akan mendengarnya atau tidak.

Sesuatu bagai meninju uluhati Rama. Nina, Istrinya, bahkan sudah ber aku-kamu. Rama sama sekali tidak pernah membayangkan kalau Nina akan ber aku-kamu padanya.

RamaNina (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang