Chapter 26 | Kondangan

2.2K 146 4
                                    


"Mas, pakai baju ini bagus nggak ?" Nina melebarkan dress ditangannya dan menempelkannya pada tubuhnya.

Rama melihat sekilas, lalu kembali fokus pada gamenya. "Bagus bagus aja sih" jawab Rama singkat tanpa peduli. 

Nina berdecak sebal "dari tadi semuanya bagus, kaya nggak ikhlas jawabnya" decih Nina. Padahal wanita itu berharap Rama lebih ekspresif lagi, namun ternyata pria yang sedang terduduk santai dengan benda persegi ditangannya itu malah bereaksi sebaliknya.

"Ya karena emang semuanya keliatan bagus, nggak ada baju kamu yang keliatan buluk tuh dari tadi" omel Rama.

Rama tak habis pikir, kenapa memilih baju saja Nina tak kunjung selesai ? padahal katanya harus berangkat jam tiga sore ini.

Nina sedikit melemparkan bajunya keatas kasur sembari bersungut sungut " Maksud Nina itu Mas Rama pilihin baju yang cocok buat Nina menurut Mas Ramaaa" sambung Nina.

Rama mengerutkan dahinya heran, lalu menatap Nina sejenak.

"Kamu pengen aku yang pilihin baju yang cocok untuk kamu pake ?" tanya Rama meyakinkan diri.

"Ntar nggak sesuai sama selera kamu lagi" terang Rama. Setau Rama, wanita memang suka  bertanya pendapat orang lain lalu ia akan memilih yang sebaliknya

Rama sendiri tidak pernah pusing memilih baju apa yang akan dia kenakan, karena apapun yang melekat pada tubuhnya pasti akan terlihat bagus bagus saja.

"Ya kan Nina pengennya pake baju yang sesuai selera suami, bukan orang lain" ungkap Nina jujur. Wanita itu kini masih berdiri didepan lemari bajunya. Sibuk memilih baju dengan bibir manyun.

Rama menggaruk kepalanya, lalu turun dari kasur. Tangannya kemudian melihat lihat gantungan baju dilemari mereka sebelum berhenti pada sebuah dress berwarna abu abu muda.

"Nih" ucapnya cuek sambil menempelkan dress yang ada ditangannya pada tubuh Nina.

Nina melipat bibirnya, menahan senyum senang diwajahnya. Meskipun Rama terlihat tidak peduli, namun ia masih mengikuti apa yang jadi kemauan Nina. Bahkan hal sepele seperti ini pun masih dituruti oleh Rama.

Dari tadi kek, bisik Nina dalam hati.

Nina meraih hanger yang diberikan oleh Rama, lalu ia berjalan menuju cermin yang tingginya hampir sama dengan Rama. Nina melihat pantulan dirinya dari cermin kamar mereka. Pilihan Rama memang bagus, Nina juga suka memakai ini.

Nina menoleh pada Rama lalu tersenyum senang, "pilihan Mas Rama emang bagus. Nina suka, sama kaya milih istri, bagus" celoteh Nina terkekeh sendiri. sementara si lawan hanya mengerutkan alis namun tak mau ambil pusing.

Usai memoleskan lipstik berwarna pink, Nina kembali melihat pantulan dirinya dicermin. "Terlihat seperti anak baik baik" ucapnya sendiri.

Emangnya selama ini bukan anak baik baik Nin ?

Setengah jam berselang, Rama yang sudah selesai dari tadi hampir tertidur saat Nina mengajaknya untuk berangkat.

"lama amat, kaya mau kondangan ke rumah pejabat" nyinyir Rama. Nina mendengus kesal " Emang! pejabat penerbit buku" tandas Nina kesal.

Namanya juga dandan, rambut mesti dicatok, pake alis, mascara, ini itu. Emangnya Rama, tinggal pake baju doang selesai.

Rama berjalan diikuti Nina yang seperti koala bergelantungan dilengan Rama. "Kamu mau aku beliin kursi roda sekalian ?" Sindir Rama sebal, karena Nina seperti makhluk tulang lunak yang tidak bisa berdiri sendiri.

"Hisshh, kalo punya mulut tuh dijaga. Emang mau punya istri diatas kursi roda ?" omel Nina tak terima.

"Kenapa mesti gelantungan gitu coba ? kaya makhluk tak bertulang  yang nggak bisa berdiri sendiri" balas Rama tak mau kalah.

RamaNina (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang