"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada Pak Armand dan Ibu Tiffany beserta bapak ibu sekalian, karena telah memilih kami sebagai tim yang akan merancang apliakasi perusahaan bapak/ ibu sekalian"
Rama menutup meeting finalisasi dengan perusahaan kosmetik yang mengontrak mereka untuk merancang aplikasi yang nantinya dapat digunakan oleh calon pembeli untuk mencari tau apa kebutuhan mereka.
"Pak David, terima kasih banyak Pak David" Rama menjabat tangan David Abraham, direktur pemasaran perusahaan tersebut dengan penuh semangat.
Pria yang berdiri dihadapannya itu tampak masih seumuran, tersenyum ramah sambil membalas jabatan tangan Rama.
"Wah, saya yang terima kasih pak Rama. Memang dari awal saya sudah sreg dengan presentasi bapak dan tim. Mudah mudahan kedepannya semuannya lancar dan bisa segera kita launching" balas Armand tak kalah antusias.
Rama tersenyum "siap, siap pak. Mudah mudahan semuanya lancar"
Armand tersenyum lalu pamit undur diri dari ruang meeting. Rama yang seorang pria saja, tidak bisa menolak pesona Armand.
**
"Balik ke kantor atau makan siang dulu ?" Nanda yang kali ini bergantian menjadi supir, bertanya pada Rama.
Pria disampingnya itu terlihat menyandarkan punggungnya ke jok mobil sambil melipat lengan kemeja nya.
Rama melihat jam di tangannya, sudah jam dua belas lewat.
"Makan aja dulu, cari yang parkirnya enak deket sini" mengisi perut yang kosong juga salah satu pekerjaan penting.
Project Aplikasi milik perusahaan kosmetik Armand akan memakan seluruh perhatian Rama dan timnya. Karena yang Rama tau, perusahaan ini salah satu perusahaan kosmetik terbesar di Indonesia.
Ikut tender nya saja sudah susah, Rama tidak pernah membayangkan bisa memenangkan project ini. Sedikit banyak nya, Rama menjadi bangga pada dirinya sendiri.
Nanda hanya mengangguk saat Rama menginstruksi kan untuk mencari makan siang dulu, karena Nanda pun merasakan hal yang sama. Lapar !
sekitar dua kilometer dari tempat mereka tadi, Nanda memarkirkan mobil di depan sebuah restaurant yang cukup ramai.
Suasana di siang hari pada jam kerja, tentu saja tempat makan akan penuh dimana mana.
"Masih ngambek ?" Tanya Nanda pada Rama yang kini berjalan disebelah nya saat akan memasuki restaurant.
Rama yang sedang memeriksa handphone ditangannya mendongak, tak mengerti maksud pertanyaan Nanda.
"Maksudnya ?"
Nanda tak menjawab, hanya menunjuk arah depan dengan dagunya. bingung dengan maksud Nanda, Rama mengikuti arah yang ditunjuk oleh Nanda.
Nina.
sedang tersenyum, dengan Fadli.
Rama tertegun, langkahnya terhenti.
Mengapa Nina ada disini ? dengan Fadli ? sambil tersenyum ?.
Rama memasukkan handphone yang tadi dipegangnya kedalam saku celana nya. Bergegas membawa langkah kakinya masuk menghampiri dua orang yang dikenalnya itu. Sementara Nanda hanya mengekori Rama dari belakang.
"Seru banget ngobrolnya" interupsi Rama.
Nina dan Fadli yang tidak tau kehadiran Rama, sontak terkejut. terlebih lagi Nina. Wanita itu terhenyak kaget melihat Rama berada tepat dihadapannya.
"Seru banget ngobrolnya sampe senyum senyum gitu" ucap Rama lagi.
Nina menatap jengkel pada Rama, begitu pun Rama. Pria itu menatap kesal pada Istri yang bisa bisanya mendiam kan nya berhari hari.
Dan sekarang Nina malah sedang tersenyum senyum pada pria lain ! Rama luar biasa jengkel melihatnya.
"kok kamu bisa disini Ram ?" Sapa Fadli basa basi, karena Rama sama sekali tidak melihat kearah nya.
"Abis meeting deket sini." Sahut Rama masih tanpa melihat kearah Fadli, karena kini dia justru sedang menatap penuh pertanyaan pada istrinya.
"Oh" Hanya itu respon Fadli.
"Boleh gabung kalau gitu ?" Kali ini Rama mengalih kan pandangannya pada Fadli. Karena ia yakin, kalau dia bertanya Nina, wanita itu tidak akan mau menjawabnya.
Fadli menangguk "boleh dong, kita juga baru pesen tadi. Belum dateng makanannya".
Rama menarik kursi disamping Nina, lalu Nanda duduk samping Fadli. Suasana terasa sangat canggung, bahkan untuk batuk saja Nanda merasa tidak leluasa.
Rama duduk sambil menyandarkan tubuhnya, kakinya saling bertumpu. Tangannya saling bersedekap didepan dadanya, menatap tajam pada Fadli.
"Lagi ngobrolin apa ?" Tanya Rama.
Fadli tersenyum, mungkin terasa lucu bagi Fadli.
"Naskahnya Nina udah siap terbit, jadi lagi jelasin step stepnya lagi aja"
"Wow, Nina bikin buku Nin ?" sahut Nanda spontan sembari melihat kearah Nina. Melupakan Rama yang sejak tadi merasa kesal pada Fadli.
Nina tersenyum senang "iya dong Mas, keren kaaan ?" sahut Nina gembira.
Rama yang berada disamping Nina, merasa iri pada Nanda. Bagaimana bisa, Nina begitu ceria menjawab pertanyaan Nanda, namun begitu dingin terhadapnya ?
**
"Nina pulang bareng saya atau Rama ?" pancing Fadli.
Mendengar satu kata keluar dari bibir Fadli saja sudah membuat Rama Emosi. Apalagi dia menawarkan diri untuk mengantar Nina.
"Nina pulang bareng suaminya" Sahut Rama sinis.
Nina menoleh kan kepalanya cepat, mengangkat satu alisnya seakan menyindir Rama.
"iya kan ?" Rama merapatkan bibirnya, bertanya pada Nina. Lebih tepatnya Rama sedang memaksa Nina.
Nina mau tak mau tersenyum pada Fadli, lalu mengangguk tak enak pada Fadli. "Iya Mas Fadli, saya pulangnya bareng dia"
Rama melotot tak senang, Nina menyebut Fadli "Mas", sedangkan menyebut dirinya "Dia" ? bagaimana bisa Nina memperlakukan Rama, yang notabene adalah suaminya seperti itu ?
"Oke deh, kalau gitu saya balik dulu ya. Sampai ketemu lagi ya." Sapa Fadli Ramah.
Sepeninggal Fadli, Nina menatap tak suka pada Rama. Lalu beranjak dan pergi meninggalkan Rama dan Nanda.
Nanda yang sejak tadi berusaha tak terlihat dan kasat mata, terkejut melihat Nina yang tiba tiba pergi.
Rama bergegas mengejar Nina yang pergi begitu saja tanpa berbicara padanya.
"Mau kemana kamu ?" Tanya Rama saat ia berhasil meraih lengan Nina.
Nina menoleh dengan wajah datar, "pulang" jawab Nina lalu kembali membalikkan badannya. Merasa diabaikan, Rama kembali menarik lengan Nina.
"kan aku bilang, pulangnya bareng aku. Emang kamu nggak denger tadi ?"
Nina terkejut, menaikkan sebelah alisnya "kamu nggak mungkin lagi cemburu kan ?" tanya Nina. Nina sendiri pun tak yakin, bagaimana mungkin dia berani bertanya seperti itu pada Rama ?
Bagaimana jika jawaban yang diberikan Rama justru tidak sesuai dengan yang diinginkannya ?
Rama gelagapan, tidak bisa menjawab.
"see ? please , kamu jangan buat aku salah paham. Jangan bikin harapan aku makin tinggi, padahal kamunya biasa aja !" Nina mendengus dan berlalu dari hadapan Rama.
Rama terdiam, merasa dipojokkan oleh Nina. Bibirnya tidak bisa menjawab pertanyaan Nina. Apakah dia cemburu ? benar kah ?
.....................................................
Halo,
Masih adakah yang menunggu Rama dan Nina ?
selamat membaca ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RamaNina (End)
Romanceini kisah Rama dan Nina. Kisah Nina yang selalu mengejar Rama, kisah Rama yang tidak pernah mengakui perasannya. Walaupun diacuhkan berkali kali, Nina tetap kembali pada Rama. Tidak ada rotan akar pun jadi, mati satu tumbuh seribu. Berbagai macam pe...