Warm

774 121 39
                                    

Musim semi hampir berlalu. Diikuti oleh suhu udara yang semakin menurun dan daun-daun yang mulai meninggalkan ranting pohon.

Akhir pekan pun tiba, Kouichi dan Miyuki masih terbangun dengan keduanya ada di kedua sisi meja di kamar Kouichi. Keduanya semalaman mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mereka.

Keduanya berencana secepatnya menyelesaikan tugas, agar mereka dapat menikmati akhir pekan dengan baik.

Rencananya begitu.

Pintu kamar Kouichi terbuka, ayah mereka berdiri di ambang pintu dengan senyum menyeramkan yang terlihat jelas. Dibalik tubuh besarnya ada ibu mereka yang tengah melihat dengan penuh kecemasan.

Karma mulai membuka mulutnya, membuat Kouichi dan Miyuki terdiam sambil menahan takut.

"Turun ke bawah. Bicara denganku setelah sarapan."
.
.
.
Karma duduk di lantai beralaskan karpet, dihadapannya duduk Kouichi dan Miyuki yang tengah bersimpuh dengan kepala tertunduk. Manami masih di dapur, membersihkan dan merapikan alat makan setelah sarapan selesai beberapa saat lalu.

"Kalian belum tidur?"

Keduanya tak menjawab, Karma menganggap bahwa tebakannya tepat.

"Kenapa kalian menyelesaikan tugas kalian malam-malam? Kalian bisa mengerjakannya hari ini 'kan? Aku bisa membantu kalian, dan itu akan lebih cepat selesai."

"T-tapi, itu akan mengurangi waktu untuk bermain 'kan?" ucap Miyuki sambil melirik takut ke arah Karma yang menatapnya.

"Kalian bisa main sepuasnya setelah selesai."

"Maksudnya, main dengan Tou-san," gumam Kouichi pelan.

Karma diam, membuat Kouichi dan Miyuki saling lirik satu sama lain dengan cemas. Bahkan Miyuki yakin bahwa telapak tangannya sudah basah oleh keringat karena rasa takut yang semakin kuat.

"Tugas kalian sudah selesai?"

Keduanya diam sesaat, Kouichi memberanikan diri untuk menjawab.

"Tinggal 2 soal lagi."

Helaan napas panjang terdengar, membuat Kouichi dan Miyuki waspada.

"Kalian duduk sini."

Kouichi dan Miyuki mengangkat kepala mereka, menatap Karma yang menepuk lantai di kedua sisi ia duduk. Mengisyaratkan keduanya untuk duduk di sebelahnya. Namun membuat keduanya curiga dan waspada.

"Kalian harus istirahat dulu. Nanti kubantu menyelesaikan tugas kalian. Setidaknya, kalian harus tidur dulu."
.
.
.
Manami menuruni anak tangga satu persatu dengan hati-hati. Miku yang berada di gendongannya bergerak perlahan, membuat Manami menepuk perlahan tubuh Miku untuk membuatnya tetap tenang.

Ia berjalan perlahan menuju ruang tamu, tempat terakhir ia melihat Karma dan kedua anak pertama mereka yang sama sekali belum tidur.

'Karma tidak akan memarahi mereka dengan berlebihan 'kan?'

Ia mengintip sedikit, lalu berjalan perlahan untuk melihat dari balik sofa. Mendapati Karma duduk di lantai sambil bersandar pada sofa. Kouichi dan Miyuki ada di kedua sisinya, dengan wajah tertidur yang terlihat tenang.

"Bisa tolong ambilkan selimut mereka?"

"Ah, iya."

"Biar aku yang pegang Miku."

Karma menjulurkan kedua tangannya, Manami memberikan Miku dan membiarkan Karma menggendongnya.

Ia lalu berjalan menuju kamar Miyuki untuk mengambil dua buah selimut. Lalu ia pun kembali ke ruang tamu.

Menyelimuti tubuh Kouichi dan Miyuki dengan selimut. Manami lalu mengangkat kepalanya, menatap Karma yang sudah dari awal menatapnya dalam diam.

"Kurasa kamu punya kemampuan untuk membuat mereka tidur 'ya?" ucap Manami dengan diikuti tawa kecil.

"Entahlah. Aku hanya menyuruh mereka untuk istirahat sebentar, dan tak sampai lima menit mereka sudah pulas."

"Tubuhmu hangat, jadi membuat nyaman."

Karma diam, Manami yang baru sadar akan apa yang ia ucapkan pun segera berdiri dari posisi jongkoknya.

"Tunggu, kamu mau kabur setelah berkata begitu?"

Senyum miring terlihat di wajah Karma. Ia ingin mendengar lebih.

"Beri aku waktu, aku akan menggendong mereka ke kamar mereka."

"Eh, memang kamu mau apa?"

"Tunggu saja di kamar 'ya."

Wajah Manami memerah, menyadari maksud dari ucapan Karma yang diikuti senyum cerah itu.

"Er... Karma, Miku masih 5 bulan saat ini."

"Lalu? Saat Kouichi dan Miyuki, kita langsung merawat 2 bayi sekaligus, dan kita bisa melakukannya 'kan?"

"Kamu 2 kali hampir pingsan saat di kantor karena kurang tidur, Karma."

"Hampir 'kan? Aku tahu batas tubuhku. Ini yang terakhir, aku janji."

Manami diam. Bukannya ia tak ingin punya anak lagi, hanya ia dan Karma sama-sana sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Terkadang keduanya terpaksa menitipkan Kouichi, Miyuki dan Miku pada kedua orang tua mereka -entah dari pihak Manami atau Karma, terkadang secara bergantian mereka berkunjung.

Secara keuangan pun sebenarnya tak ada masalah. Rumah yang sudah dibeli oleh Karma juga sangat luas. Menambah satu anak lagi bukan masalah.

Membesarkan mereka yang cukup menguras waktu, tenaga dan emosi. Manami sebenarnya bingung, kenapa Karma menginginkan lagi. Apa karena Karma adalah anak tunggal?

"Kamu terlalu banyak berpikir."

Karma menyentuh pipi Manami, mengusapnya perlahan. Membuat Manami mengernyitkan alisnya cukup dalam.

"Yah, kalau tak mau, aku tak akan memaksa."

"Sebenarnya, kalau kamu hanya ingin melakukannya, kita bisa bisa pakai pengaman 'kan?"

"Aku tak mau."

Manami menghela napas kecil. Sejak awal pernikahan mereka, Karma selalu menolak untuk memakai pengaman saat melakukan huhungan intim. Dia mengatakan kalau benda itu terlihat menjijikan.

'Mungkin, itu alasan kenapa ia tak pernah meminta untuk melakukan hubungan intim sebelum kami menikah...'

"Merawat mereka tak mudah, Karma."

Manami mengusap perlahan kepala Miku yang tertidur di pelukan Karma.

"Aku tahu. Karena itu, aku berusaha membatasi tindakan dan ucapanku di depan mereka."

Yang dikatakan Karma tidak salah. Ia memang berusaha keras untuk terlihat sebagai sosok orangtua yang baik di depan anak-anak mereka.

"Baiklah, aku tunggu di kamar."

Karma membalasnya dengan senyum lebar. Tidak mengatakan maksud sebenarnya dari tindakannya untuk menidurkan ketiga anaknya lebih dulu.

Ia hanya ingin menghabiskan waktu berdua dengan Manami yang sangat langka pada pagi hari di akhir pekan. Dan disiang hari, ia akan menghabiskan waktunya dengan ketiga anaknya yang manis. Itu rencana Karma setiap akhir pekan.

Karena ia dan Manami sama-sama sibuk dengan karir mereka masing-masing, waktu di akhir pekan adalah waktu terbaik untuk dihabiskan bersama. Walau ia sadar, bahwa alasan yang ia pakai kali ini membuat Manami tak nyaman.

Their LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang